webnovel

Soulless Heart

Rain Silverheart, seorang pemuda Half-Human, Half-Elf, terpaksa kembali menghadapi masa lalu yang kejam, mengulang semuanya kembali dari awal demi menyelamatkan semua orang, terlebih separuh jiwanya 'Caitlin Charlotte'. Jalan yang dia pilih tidaklah mudah, bagai neraka hidup, terus menyiksa dia dengan berbagai rasa sakit. Namun, demi keselamatan mereka, dia rela melalukan semua itu, bahkan mengulang lagi dan lagi demi meraih impian yang ia cita-citakan. Seorang pemuda yang berniat menukar nyawa sendiri demi keselamatan tiap orang, melawan takdir dan meratakan sebuah benua. Hanya dapat terselamatkan dengan sebuah artefak kuno, Soulless Heart yang memiliki bayaran besar. Apakah artefak tersebut akan menyelamatkannya atau justru membuat hidup bagai ruang hampa tanpa perasaan? Dan mampukah dia menguak misteri kemunculan para Ravagers? Apakah dia akan dapat bertahan dengan seluruh kejadian mengerikan yang terjadi di sekitarnya? Satu-satunya jalan hanyalah terus melangkah maju..

Jayzentz · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
13 Chs

Chapter 7

"Bolehkah aku meminta tolong untuk mengambilkan apel itu?"

Ryan hanya melirik Rain sekilas lalu lanjut memerhatikan pemandangan indah di luar "Salahmu sendiri, bertarung sampai terluka parah hanya untuk mendapatkan perhatian perempuan, cuma demi menerima sebuah hantaman di kepala" Tukasnya.

Itu memang benar walau memalukan. Tepat sesudah mengacungkan jempol, Char menghantam kepala Rain, tanpa sadar hantamannya terlalu keras sampai membuat dia jatuh pingsan. Padahal, Kevin dalam wujud naganya saja tak dapat melakukan itu pada Rain, menunjukkan Charlotte jauh lebih kuat.

"Lex, tolong ambilkan botol air itu, aku kehausan" Pinta Kevin sembari memasang wajah menggemaskan agar Alex luluh, namun justru jijik melihatnya.

Alex tetap fokus pada Crystal dia sebelum membalas "Kenapa kau juga harus ikut-ikutan melakukan hal bodoh tersebut? Kukira kau memiliki lebih banyak sel otak dibanding Rain?" Dengan ketus.

Ryan mendengus geli "Mereka pada dasarnya sama saja, tukang cari perhatian. Yang membedakan, salah satunya selalu sial, sementara yang lain selalu gagal"

Dan sayangnya, itu juga benar. Rain serta Kevin dulunya dikenal sebagai 'Player' atau laki-laki yang sering gonta-ganti pasangan. Alasan mereka melakukannya juga cukup bodoh. Mereka ingin melampiaskan rasa sakit hati karena pacar masing-masing, meninggalkan mereka. Kevin ditinggalkan karena pacar dia tergoda oleh senior sementara pacar Rain menolaknya sebelum sempat menjadi pacar yang menjadikan dia sebenarnya hanyalah seorang 'Crush'. Namun, sudah cukup lama mereka bersama tanpa sebuah status, sehingga Rain dengan sendirinya menganggap mereka telah pacaran.

Kini, mereka berempat dalam perjalanan menuju istana, di kawal oleh Charlotte dan Yuna, dua ksatria wanita yang sama-sama populernya, tetapi dengan sifat seperti langit dan bumi. Jika Char adalah gunung es, maka Yuna adalah lembah indah penuh tumbuhan cantik disertai sinar hangat Sang mentari. Bagaikan sebuah surga. Namun, aslinya, mereka berdua terbalik. Char adalah seorang tuan putri yang menyembunyikan diri dari dunia luar, sedangkan Yuna adalah seekor naga buas yang siap menerkam.

Harusnya, Kevin tak terluka begitu parah, mengingat Rain telah mengurangi kekuatan bola listriknya begitu menyentuh tubuh Kevin. Satu-satunya alasan dia tak dapat bergerak adalah baru saja diinjak-injak oleh Yuna dengan kekuatan tak kalah kuatnya dari Charlotte, hingga tubuh naga sekalipun tak mampu bertahan. Dan tinggallah dua remaja terbalut dalam gips tebal di seluruh tubuh agar tulang mereka dapat segera sembuh, (gips itu telah diberi sentuhan Healing Magic), sehingga tak perlu memakan waktu terlalu lama untuk pemulihan, selagi di dalam kereta kuda kerajaan yang besar serta mewah. Sayangnya, tak dapat menikmati kemewahan tersebut.

Sang Raja, seperti yang tertulis dalam surat resmi, telah memanggil Rain beserta kawan-kawannya untuk menghadiri rapat kerajaan, demi memutuskan sebuah diskusi penting yang melibatkan masa depan tak hanya kerajaan, tetapi juga seluruh daratan New Terra. Salah satunya adalah menggelar turnamen dalam rangka memperebutkan hak mempelai Ms. Charlotte meski alasan sebenarnya adalah mengukur kekuatan kerajaan lain serta mencari calon-calon aliansi (Seandainya sebuah 'situasi' terjadi).

Tak perlu dipungkiri bahwa tiap kerajaan masih menyimpan dendam masa lalu atas perang besar yang melibatkan satu benua dan mengambil sebanyak lima puluh juta nyawa. Perang itu disebut 'The Great War', perang yang mengubah tak hanya sejarah, namun juga struktur geografi benua karena melibatkan sihir dan tiap perang yang melibatkan sihir, tak peduli besar maupun kecil, dipastikan akan mengubah sebuah struktur geografi. Contoh paling mudahnya adalah 'The Floating Island', pulau yang sesungguhnya adalah daratan luas dan kaya akan hasil bumi, terkena dampak The Great War, lalu mulai melayang, beberapa ribu kaki di atas tanah, meninggalkan jurang besar serta dalam yang tak berani disentuh siapapun, termasuk para pemilik Dark Gold Core. Menurut mereka, ada sesuatu di dalam sana yang bahkan tak dapat mereka hadapi meski dengan menyatukan kekuatan. Padahal, kekuatan mereka sendiri mampu menghancurkan satu kerajaan dengan mudah.

Alasan sebenarnya perang dihentikan, jika saja para pemimpin tiap kerajaan ingin jujur, adalah karena tak ingin membangunkan apapun yang berada di dalam jurang besar tersebut.

Cukup ironi kalau diperhatikan, perang terhenti karena keberadaan kekuatan absolut di tengah-tengah semua itu. Perdamaian takkan pernah terjadi jika kekuatan tersebut tidak ada, bahkan mungkin, sekarang takkan menyisakan apa-apa kalau ditinjau dari dampak kerusakan 'The Great War'.

Sebuah dilema baru muncul sesudahnya, apakah kita harus berterima kasih atau justru merasa takut? Tak seorangpun ingin mencari tahu. Sebab, bagi mereka, hidup tenang dan damai di bawah bayang-bayang rasa takut, lebih terasa aman dibanding mencari kenyataan.

Tetapi, tidak dengan Rain. Rasa penasaran telah menguasai dia semenjak kecil. Dia takkan dapat tertidur tenang jika rasa penasarannya belum terobati. Dia telah bertekad, suatu saat nanti, dia akan turun ke bawah, mencari tahu dengan mata kepala sendiri apa yang sesungguhnya ditakuti oleh semua orang. Lagipula, menjelajah adalah nama tengahnya. Satu-satunya alasan dia masih berada di Kerajaan adalah karena wajib menyelesaikan akademi. Jika saja ini semua tak terjadi, yang ingin dia lakukan adalah menjelajah ke tempat-tempat berbahaya dan menguak misteri di dalamnya.

Ryan menguap kesal ketika perjalanan masih belum berakhir, sementara telah memakan lebih dari 30 menit semenjak kereta Kerajaan menjemput "Aku benar-benar bisa mati kebosanan di dalam sini. Kapan kita sampai!!" Jeritnya tak berdaya sambil menjatuhkan diri di atas bangku empuk dan lebar yang dapat menjadi tempat tidur untuk satu orang. Satu orang yang sungguh beruntung karena kursi ini dilapisi kain yang terasa begitu halus dan lembut, begitu mengundang untuk berbaring dan memejamkan mata di atasnya. Belum lagi warna indah oranye lembut seperti Sunset yang memanjakan mata.

"Kau sudah mengatakan itu lebih dari sepuluh kali dalam lima menit" Protes Alex yang juga telah merubah posisi duduk lebih dari sepuluh kali. Tampaknya, dia tak begitu menyukai kemewahan yang diberikan istana. Sekarang saja dia duduk dalam posisi terbalik. Tubuh di atas sandaran kaki, sementara kaki di sandaran kepala.

"Berhentilah mengeluh. Kalian tidak lihat kami yang sama sekali tak dapat bergerak dan tampak seperti kue jahe basi di atas pajangan mahal? Setidaknya, kalian bisa merasakan kemewahan dibanding kami yang harus dipenjara oleh gips-gips sialan ini" Tandas Kevin dengan nada meninggi di tiap akhir kalimat. Dia memang sudah berusaha untuk merasakan kelembutan kursi dengan berbagai cara yang dimungkinkan tubuhnya untuk bergerak, yang jujur saja, mirip seperti orang-orangan sawah belajar terbang dengan menggoyangkan kedua lengannya yang kaku. Belum lagi tiap erangan yang ia keluarkan karena kesakitan yang membuatnya tampak lebih buruk.

Rain hanya diam di atas kursi dalam posisi dibaringkan sehingga hanya dapat melihat langit-langit kereta padahal ingin menyaksikan pemandangan indah di sekitar istana yang dikelilingi hamparan rumput luas sejauh mata memandang. Setidaknya, dia tak seperti Kevin yang diletakkan secara asal-asalan oleh Yuna dan diberi perhatian lembut oleh Charlotte. Entah mengapa, semenjak pertarungan itu, Char makin tampak perduli padanya, tanpa melibatkan peristiwa hantaman kepala tentunya. Ia juga bingung dengan hubungan antara Kevin-Yuna. Mereka baru saja bertemu, tapi sudah tampak begitu cocok. Mungkin Ryan dan Alex iri sehingga mereka menghiraukan dua orang idiot di samping atau cuma kesal saja melihat tingkah laku bodoh yang mereka lakukan.

Sejauh yang Rain tahu, Ryan sama sekali tidak tertarik membina hubungan dengan siapapun, entah mengapa. Tiap kali ditanya, jawaban yang akan dia berikan adalah 'merepotkan' atau 'buang-buang waktu'. Sementara Alex.. Alex mungkin adalah tipe laki-laki yang selalu serba 'terserah'. Tak peduli kalau tak punya dan tak peduli juga kalau punya. Tetapi, sekali berpacaran, sosok perempuan yang bersamanya dapat dibandingkan dengan Char atau Yuna. Sebuah pertanyaan misteri yang sampai kini tak dapat dijawab oleh Rain, Kevin bahkan Ryan, apa yang membuat sosok gadis seperti itu mau bersama sosok sepertinya.

Namun, itulah cinta. Kau tak dapat memilih akan bersama siapa. Cinta.. Tiba-tiba saja terjadi, yang membuat Rain kembali bertanya-tanya. Mengapa Char peduli padanya? Rain tahu dia telah mendengar pengakuan Char ketika bertengkar, tetapi.. Masa iya bisa secepat itu? Memang ada yang namanya dari mata jatuh ke hati, tapi ini terlalu cepat, sampai-sampai sulit dipercaya.

"Ada apa denganmu? Dari tadi wajahmu terus berubah-ubah" Kata Ryan, mengalihkan perhatian padanya "Kau memikirkan ksatria itu lagi bukan?" Dia memang mengenal Rain terlalu baik.

Karena tak dapat menghindar, Rain menghela napas "Aku hanya bertanya-tanya, mengapa bisa seseorang sepertinya tertarik padaku. Aku takut, hal yang sama akan kembali terulang. Jujur saja, aku masih trauma" Ujarnya lesu "Rasa sakit dan penyesalan yang kualami, terasa begitu nyata dan menyesakkan. Kalau itu terjadi lagi.. " Rain menghela napas panjang, tak dapat melanjutkan kata-kata.

"Tak perlu dijelaskan, kami mengerti. Keadaanmu memang begitu payah ketika mengalaminya. Membayangkan seseorang sepertimu yang selalu terlihat bahagia, dapat jatuh hanya karena cinta, adalah salah satu alasan aku belum ingin membina hubungan" Balas Ryan tenang, tanpa menyadari membuat mata ketiga sahabatnya melotot lebar "Namun, jujur saja, kau juga memiliki tak sedikit kesalahan sehingga dia pergi meninggalkanmu meski harus kukatakan, dirinya bodoh karena meniggalkan seseorang yang benar-benar peduli padanya.

Semuanya telah berlalu Rain. Jangan biarkan rantai masa lalu mengekang dirimu. Kau harus belajar menerima kesalahan itu dan terus melangkah maju walau aku tahu rasanya sulit, terlebih dengan keadaan keluargamu. Kita tidak akan pernah tahu yang terjadi berikutnya, namun satu hal yang kutahu, selalu persiapkan hatimu, agar" Ia berhenti sejenak "Jika terjadi sesuatu yang tak kau bayangkan, dirimu telah siap menerimanya"

Alex yang pertama kali bertepuk tangan meriah, diikuti sorakan Kevin dan Rain, membuat Ryan tersipu malu, lalu menyembunyikannya dengan lelucon, kemudian menatap keluar jendela selama sisa perjalanan yang disertai pemandangan menakjubkan dari ibukota Kerajaan Jaerent. Kota ini memang terkenal akan kebesaran dan kemegahannya yang bakal tetap terlihat mengesankan sesering apapun kau pergi ke sana.

Menara-menara menjulang tinggi dari dalam kota. Menara-menara tersebut sebenarnya adalah sebuah bangunan milik guild-guild besar, namun hanya terlihat seperti sebuah tusuk gigi dari tempat keempat remaja itu berada, yaitu di jalan khusus milik para bangsawan yang dapat memotong arah tujuan sehingga bisa sampai lebih cepat dibanding harus melewati jalan utama melalui ibukota untuk mencapai istana yang sebenarnya memiliki peletakan sedikit aneh karena berada di luar ibukota kerajaan, sehingga tampak menjadi perbatasan antara kota Mireas dengan ibukota Jaerent.

Menurut gosip yang didengar, Sang Raja terdahulu sengaja meletakkan istananya di sana, untuk mencegah terjadinya perang saudara antara dua kota tersebut. Kabarnya, orang-orang di kota Jaerotta menganggap orang-orang dari Mireas 'barbar'. Rain rada setuju, namun tetaplah tidak etis menyebut mereka barbar apalagi mereka berasal dari satu naungan kerajaan yang sama.

Sudah cukup mengenai itu. Kembali membicarakan menara-menara tinggi di sana, tetap tak dapat mengalahkan enam menara besar serta tinggi di tiap sudut ibukota Jaerent, yang jika dibandingkan, akan membuat menara-menara guild terlihat seperti tusuk gigi dan enam menara tersebut adalah jari tengah laki-laki dewasa.

Empat menara itu merupakan menara pengawasan, jika ada pasukan asing mendekat atau monster datang 'berkunjung'. Di tiap menara telah terpasang pertahanan sihir paling mutakhir, yang menjadikan kerajaan Indenar lawan yang sulit. Belum lagi rakyatnya yang tak takut mati untuk kembali meraih kebebasan.

Dari tiap menara, terdapat jalanan setapak lebar serta besar dari bebatuan indah berwarna putih yang cukup menampung sebanyak sepuluh kereta kuda kalau dijejerkan, yang berarti lima kereta bangsawan. Jalanan tersebut tampak melengkung memanjang dari satu menara ke menara lainnya, sehingga tampak membentuk kaki laba-laba besar di atas kota. Lalu, dari sana, terdapat lebih banyak jalan setapak berukuran lebih kecil yang terus bergerak memutar, menyambungkan diri dengan jalanan setapak lain sebelum akhirnya kembali ke posisi semula.

Hal menakjubkan dari tiap jalanan itu adalah mereka mengambang di atas tanah berkat bola energi biru di bagian bawah tiap jalan, terletak di tengah-tengah dan diapit oleh dua dinding batu besar yang makin mendatar ke samping, sehingga membentuk semacam lintasan lompat terbalik.

Dan itu masihlah 'salah satu' bagian yang menarik dari ibukota kerajaan. Belum lagi dinding pertahanan ibukota yang berbentuk segi enam serta setinggi lima seratus lima puluh meter di atas permukaan tanah, dengan tebal seratus meter, di mana tiap lima puluh meter ke samping, terdapat ukiran berbentuk ksatria-ksatria dalam ukuran raksasa, hampir mencakup tinggi dinding tersebut.

Tak seorangpun tahu siapa yang mengukir atau membuat dinding raksasa ini, namun semua orang berterimakasih padanya. Semua orang dalam tanda kutip rakyat Indenar. Orang-orang dari luar justru tak senang harus menyaksikan dinding yang menjulang tinggi itu karena membuat mereka paham bahwa kerajaan Indenar bukanlah lawan yang dapat dianggap remeh.

Namun sebenarnya, Indenar selalu bersikap netral pada tiap kerajaan, sehingga menjadikannya sulit ditebak, apakah akan menjadi lawan atau kawan. Kerajaan-kerajaan lain mesti berhati-hati jika ingin melakukan pergerakan sebab meski Indenar tak pernah memihak siapapun, informasi mereka adalah aset paling penting.

Bersikap netral membuatnya menjadi kerajaan pertukaran informasi penting dan sudah menjadi rahasia umum rakyat Indenar akan melakukan pergerakan sendiri kalau menemukan adanya kerajaan yang mencurigakan, bahkan kalau kerajaan tersebut cuma menjelek-jelekkan nama Indenar. Lalu, apa yang dapat kerajaan itu lakukan? Tentu saja tidak ada. Informasi penting mereka berada dalam tangan yang jika disebarluaskan, akan membuat kerajaan tersebut hancur dalam semalam.

Tentu saja tak menghilangkan faktor bahwa banyak mata-mata kerajaan lain di dalam Indenar. Indenar juga dapat diserang dari dalam kalau tak berhati-hati. Tetapi, satu hal yang membuat Sang Raja membiarkan rakyatnya bergerak meski tak diperintahkan adalah walaupun adanya mata-mata, penyerangan dari dalam serta hanya sedikit kerajaan yang akan membantu, rakyat Indenar akan terus bangkit lagi dan lagi, tak peduli seberapa banyak nyawa terbuang, mereka akan berusaha dan tak pernah berhenti meraih kemenangan.

Salah satu hal yang membuat hingga sekarang tak ada kerajaan yang ingin menyentuh Indenar, mereka tahu hal tersebut benar. Setelah diperbudak selama 500 tahun, tentu saja Indenar takkan menyerah untuk mendapatkan kedamaian, seperti yang selalu mereka katakan, Indenar harga mati.