webnovel

Tertangkap Basah

Soca

Ruang bawah tanah yang gelap berubah gaduh. Orang-orang berlarian ke sana kemari memeriksa tiap-tiap sudut dengan rinci. Cahaya obor berseliweran. Para penjaga bertanya dan berteriak pada satu sama lain.

"Penyusup itu tidak ada di sini!"

"Di sini juga tidak ada!"

"Coba cari ke sebelah sana!"

Sementara itu, di satu sudut yang gelap, seseorang bermata menyala tengah berdiam. Di tangan kanan tergenggam sebilah belati berlumuran darah yang masih segar. Rigel mengintip dari balik dinding, mengawasi keadaan .

Roman wajah pemuda berambut pirang itu tampak kesal.

Mungkin, karena saat ini ia terpojok. Walau bagaimana hebat kemampuan yang dimiliki, tetap saja bunuh diri bila melawan langsung sedemikian banyak orang sekaligus. Jumlah para penjaga bukan hanya belasan, tetapi puluhan dan terus bertambah banyak. Bisa jadi mencapai ratusan.

"Sial!" Rigel mengumpat pelan.

Beberapa penjaga pergi ke arah lain, cepat-cepat pemuda pirang itu berkelit di antara pilar. Dirinya masih terjebak di ruang bawah tanah. Pintu menuju ke permukaan sudah ditutup. Dijaga ketat oleh belasan orang.

Ruang bawah tanah didesain mirip labirin, memiliki banyak lorong juga ruas-ruas. Memudahkan Rigel untuk berkelit dan bersembunyi. Kendati demikian, saat ini ia sudah tidak bisa bersembunyi lagi. Walau bagaimana mesti menampakkan diri bila ingin melarikan diri. Harus menerobos. Tidak mungkin bisa bersembunyi terus-menerus.

Membulatkan tekad, dengan serta-merta Rigel langsung menerjang para penjaga di sekitar pintu keluar. Sontak kemunculannya yang mendadak membuat gaduh. Penjaga yang tidak menduga akan datangnya serangan terhempas naas, terkena pukulan telak dan pingsan.

Sementara itu, penjaga lain langsung mengeroyok. Keributan sengit tidak dapat dihindarkan lagi. Meski seorang diri, Rigel mampu mengimbangi. Beberapa penjaga──yang terus bertambah jumlahnya──terlempar kian ke sana kemari. Dihantam pukulan dan tendangan.

Satu lawan banyak, tetap saja tidak seimbang. Pada akhirnya, Rigel kecolongan juga. Seorang penjaga bertubuh pendek kekar berhasil memukul punggungnya. Otomatis ia terhuyung-huyung ke depan. Penjaga lain langsung memanfaatkan untuk menendang perut dan yang lain menendang rahang kiri.

Tak ayal, tubuh Rigel jatuh juga mencium lantai.

"Hahahaha ... masih bocah rupanya tikus nakal yang bikin onar ini." Si penjaga bertubuh kekar tertawa bercekakakan. Bertolak pinggang, menatap dengan pandangan remeh.

Di saat itu, mendadak Rigel bangkit dengan gerakan yang sangat cepat. Berputar sekali kemudian mendorong tangan ke depan. Meninju keras wajah penjaga yang tengah menertawainya.

Kertak! Suara tulang retak bergemertak.

Tubuh penjaga yang kena ditinju langsung ambruk. Tidak bangun lagi. Suara tawanya telah lenyap, melayang bersama selembar nyawa yang hilang.

Gemap.

Kejadian tak terduga itu membuat para penjaga lain merasa kaget dan ngeri.

Rigel memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri. Mendobrak pintu dan melompat ke permukaan. Melarikan diri. Namun, beberapa penjaga yang sudah sadar dari gemap langsung mengejar. Terjadilah aksi kejar-kejaran.

Rigel bergerak lurus, menerobos apa pun yang ada di hadapannya. Entah itu orang, bangunan, atau palang. Sesekali, ia melompat-lompat di atas atau pun di antara bangunan satu dengan yang lain. Beberapa penjaga yang memiliki kemampuan meringankan tubuh terus mengejar.

Ketika berhasil keluar dari wahana Pattidie X-ros. Rigel berhenti di sebuah jembatan tanpa langkan di kedua sisinya.

Senyuman dingin terukir. Rigel menatap remeh para penjaga yang berhasil menyusulnya. "Boleh juga kemampuan kalian bisa mengejarku sampai kemari!"

"Banyak omong! Hai, Bocah, cepat menyerahlah!" Salah satu dari enam penjaga bersungut.

"Cih! Bajingan busuk!" Rigel menghentakkan keras kaki kanannya pada jembatan.

Jembatan yang terbuat dari papan kayu hancur seketika. Menjatuhkan keenam penjaga yang tengah berdiri di tengah. Jarak antara sungai dan jembatan tidak terlalu tinggi. Jika para penjaga itu dapat berenang, mereka pasti akan selamat. Namun, jika tidak, akan tewas dibawa hanyut derasnya arus.

Dari timur, cahaya jingga kemerahan membentang, menandangkan pagi akan segera tiba. Rigel menyipitkan kedua mata. Membiarkan cahaya keemasan dari ufuk timur memendar, menyinari dan menghangatkan hatinya yang dingin.

Sangat dingin.

Lebih dingin dari es mana pun di dunia.

Bersambung ....