webnovel

Spekulasi Luke

Nona Vina kembali dari kamar pribadinya. Ia turun mengenakan pakaian yang membuat siapapun setuju, ia terlihat sangat menarik. Dengan warna putih tulang dan sepatu berheels tinggi. Membuatnya tampak sempurna.

"Luke, kita perlu bicara", katanya mengahampiriku. Aku hampir-hampir terhipnotis dengan setiap lekukan tubuhnya saat berjalan. Jika saja ia tak bersuara tegas saat bicara, mungkin aku sudah jauh melayang-layang dalam lamunanku sendiri.

"Tentu"

Aku pergi meninggalkan halaman tengah rumah Lux. Mengikuti ke mana bidadari ini membawaku. Entah mengapa terbersit di kepalaku, semoga ia mengajukan gugatan cerai secepat mungkin.

"Berikan semua suratnya. Aku akan mendatanginya."

Aku terbelalak mendengar ucapannya. Baru beberapa saat lalu ia menolak semua itu. Kini ia ingin memandatangininya?

"Tentu, tunggu sebentar"

Wanita memang mudah sekali ditebak. Dengan harta sebanyak itu, siapa yang tak mau?. Sepertinya aku tak akan punya kesempatan untuk menantinya bercerai.

"Silahkan Nona" kataku, membalik satu per satu dokumen yang harus ia tanda tangani. Goresan tangannya begitu tegas. Penuh impian. Apa yang ia rencanakan? Wanita tipe seperti ini pasti memiliki pemikirannya sendiri.

"Sudah?"

Pertanyaannya membuyarkan lamuanku. Berdiri di sampingnya, membuat waktu serasa berjalan begitu cepat.

"Aku akan mengurus sisanya. Mulai besuk, dana akan secara bertahap dipindah tangankan ke rekening anda. Selain itu, aku juga akan mengurus semua balik nama secepatnya."

Wanita itu berdiri dan mengucapkan terimakasih. Ia melenggang dengan penuh percaya diri kembali ke ruang tengah. Tempat di mana semua orang berkumpul.

Aku membereskan semua dokumen dan menyimpannya baik-baik. Meletaknya di meja dekat televisi dan menelpon asistenku.

"Catya, aku ingin kau selesaikan semuanya secapat mungkin. Apa kau paham?"

Seperti biasa, wanita keturunan India asistenku menyanggupinya. Memperkerjakannya adalah pilihan yang tidak pernah salah.

"Luke, aku ingin kau siapkan konfersi pers secepatnya." Aku menoleh. Itu adalah suara Sandra.

"Untuk apa?" tanyaku singkat. "Mengumunkan pernikahan Lux dan Vina ke publik."

Ohh, aku tak sengaja mengeluarkan suara kecewa. Untunglah Sandra bukan Lux yang sensitive. Ia tak banyak protes maupun mempertanyakan responku.

"Apa Nona Vina sudah setuju?" tanyaku meyakinkan.

Sandra mengambil segelas wine, dan meneguknya. Ia mencicipi rasa wine itu. "Ia harus setuju. Bukankah ia telah menandatangani pembagian harta itu?"

Aku mengagguk.

"Maka ia harus setuju." Jawabnya singkat. "Ia adalah Nyonya Immanuel saat ini."

"Aku mengerti." Jawabku tak ingin panjang lebar berdebat.

Sandra pergi. Ia memukul gelas beberapa kali dengan sedok yang ia bawa.

"Tuan dan Nyonya. Selamat datang di hari yang bahagia ini. Kami akan merayakan pernikahan Tuan dan Nyonya Immanuel secara sederhana malam ini. Izinkan aku membuka pestanya."

Semua orang bertepuk tangan. Secara sederhana, ini hanyalah pesta makan malam kecil. Hanya ada beberapa orang yang diundang.

"Kita akan segera membuat pengumuman resmi kepada media. Tentang pernikahan ini. Mari kita bersulang." Kata Sandra lagi.

Semua orang bersulang. Dari wajah mereka terlihat bahagia. Tapi benarkan demikian?

"Hei, kau adalah pengacara Lux bukan. Selamat ya, kau berhasil membuat Vina menikahi Lux."

Aku tersenyum pada orang yang mendekatiku. Ia adalah Hansel. Artis yang sedang naik daun. Terkenal dengan sikap play boynya. Tidur dengan wanita berbeda setiap harinya. Dengan reputasi seperti itu, jangan harap bisa mendapatkan wanita seperti Vina.

"Pernikahan ini, adalah keputusan Nona Vina secara pribadi. Tak ada paksaan dari pihak manapun."

Hansel tertawa. Apa ia mabuk?

"Luke, Vina tidak akan menikahi orang yang tidak menguntungkannya. Kau pasti tahu itu bukan?"

Aku tersenyum sedikit. "Tuan Hansel, aku permisi sebentar"

Bicara denga orang seperti Hansel adalah kesia-siaan belaka. Ia terlalu narsistik dan percaya diri.

"Angela"

Ia menoleh.

"Tuan Luke?"

"Aku ingin kau buat jadwal khusus untuk membahas rencana konfersnsi pers mereka." kataku. "Akan sangat baik, jika ini dilakukan di rumah saja. Bukan di kantor. Tolong beritahu aku jadwal satu minggu kedepan Tuan Lux."

Angela mengangkat gelas winenya. "Aku mengerti."

"Terima kasih."

Rumah yang terlalu luas. Aku duduk di salah satu kursi pantai. Mengamati Bidadari cantik yang kini berdiri memegang lengan Lux. Apa yang ia rencanakan?

Bagaimana jika, Georgia menyerangnya? Mungkin aku harus menguruskan asuransi untuknya terlebih dahulu.

"Anda tidak ingin makan Tuan Luke?" tanya seorang pelayan.

"Gina, apa semua CCTV berfungsi dengan baik?" tanyaku padanya. Ia terlihat bingung. Ia menarik nampan berisi kue croissant yang ia sodorkan padaku.

"Sepertinya begitu, Apa tuan ingin saya mengeceknya sekarang?"

Aku menggeleng.

"Aku akan mengeceknya sendiri setelah ini."

Pelayan itu terlihat canggung. "Apakah ada lagi yang ingin anda tanyakan?" tanyanya padaku.

"Tidak terimakasih. Kau boleh pergi."

Ia mengangguk dan pergi ke tamu yang lain.

Satu pergi datang lagi satu.

"Apa yang membuatmu terlihat begitu hebat Lucas?"

"Kau berhasil memberikan solusi yang tepat kepada klientmu. Tidak hanya tepat tapi juga sangat menguntungkan. Aku yakin setelah ini kau, akan semakin terkenal." Kata pria dari kantor kedutaan besar Indonesia.

"Terimakasih. Aku hanya melakukan yang terbaik."

"Bagus, tapi kau harus ingat. Kasus Vina belum berakhir. Ia masih harus mengahadapi tuntutan di pengadilan. Pastikan saja, Bos wanita mu itu tak terlibat skandal yang lain."

Skandal yang lain? Ah mengapa aku merasa kata-kata itu begitu dramatis. Selama ini aku selalu memandang Vina sebagai wanita misterius yang tak perlu dicurigai. Bagiamana jika ia memang memiliki skandal yang lain?