"Nona Penny, Nona Vina sudah meninggalkan toko perhiasan ini." Kata Angela melalui sambungan video call.
"Benarkah?"
"Aku baru saya mendapatkan kembali perhiasannya. Apa kau punya cara untuk melacak keberadaannya?"
Penny segera menelepon seseorang dengan telepon yang ada di mejanya. Ia mulai meminta seorang ahli di perusahaan untuk melakukan pencarian.
"Kita akan mencoba mencari sekuat tenaga. Ini akan memakan sedikit waktu."
"Pastikan saja, ia tidak keluar dari negara ini. Yang ia lakukan adalah sebuah tindakan illegal. Sleep and See adalah salah satu perusahaan yang tidak mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia. Aku yakin mereka sudah mengetahui bahwa Vina datang ke negara ini untuk mengikuti program Sleep and See. Jika ia kembali, ia juga harus menghadapi hukum yang berlaku di negaranya."
"Aku mengerti. Aku pastikan ia tidak bisa kembali ke Indonesia saat ini. Ia dicekal dan untuk sementara paspornya sudah mendapat tanda merah. Ia tidak akan bisa keluar dari negaa ini sampai kasus menjeratnya berakhir."
Bagiman bisa wanita ini berkata begitu santai mengenai nasib Vina? Jika ia tahu paspor Vina dinonaktivkan sementara waktu bukankah seharusnya ia tidak mengusirnya? Setelah ini, aku akan membuat Penny menyesal dalam hidupnya. Kecuali ia bisa memperbaiki situasi ini.
"Penny, aku mau kau mengirimkan salinan tuntutan John pada pengacaraku, Luke!"
Angela menoleh padaku yang bicara dari belakang.
"Lakukan secepatnya jika kau masih ingin bekerja pada Sleep and See dan tidak mendapat masalah hukum."
Telepon Penny berdering. Ia segera mengangkatnya.
"Tuan Imanuel, pihak KBRI mengkonfirmasi bahwa Nona Vina mendatangi kantor mereka siang tadi."
Mendengar kata KBRI, aku langsung meminta Angela membawaku ke sana. Selama perjalanan, aku menghubungi Luke dan memintanya mempelajari kasus yang menjerat Vina.
"Saya akan tiba di Kantor Kedutaan Besar Indonesia secepat yang saya bisa"
Tiba di KBRI aku bertemu dengan Bapak Sukirna. Ia yang menemui Vina saing tadi. Tanpa basa basi dan menutup-nutupi sesuatu, ia jelasakan dengan gambalang bahwa pihak mereka tak bisa membantu banyak dalam kasus yang menjerat Vina.
Hal ini di sebabkan karena Vina memasuki negara lain dengan jaminan dari Sleep and See serta terlibat dalam progam kami. Di Indonesia progam Sleep and See andalah program, illegal yang dianggap tidak bermoral karena alasan keagamaan.
Bagi siapa saja WNI yang mengikuti program Sleep and See, maka ia akan dikenai saksi tegas. Yang mereka bisa lakukan hanya melakukan pengawalan saja. Mereka akan datang untuk memantau. Namun tidak dapat mengusahakan banyak hal.
"Jika begitu, apa VIna mengatakan kemana ia akan pergi atau tinggal? Bukankah ia harus melaporkan hal semacam ini pada KBRI?"
"Benar, tapi ia tidak mengatakan kemana ia pergi atau di mana ia akan tinggal."
Pernyataan bapak Sukirna serasa membuat jalan semakin buntu. Bagaimana bisa mereka tidak berusaha mencarika tempat tinggal sementara warga negara mereka sedang dalam masalah. Apalagi menurut catatan mereka, Vina sama sekali tidak memiliki kenalan di Amerika.
"Bagimana kalian akan menghubungi Nona Vina?"
"Ia meninggalkan nomor ponselnya. Kau pengacaranyanya Tuan Luke?"
Luke mengiakan pertanyaan bapak Sukirna.
"Bagus, kau punya rekam jejak yang baaik Tuan Luke. Ku harap kau bisa menangani masalah ini secepatnya dan sebaik mungkin. Setelah selesai dengan hukum yang berlaku di Amerika, kami akan segera memprosesnya berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia."
Pernyataan Sukirna mengisyratkan bahwa Vina tidak akan lolos begitu saja dari hukum di Indonesia. Kalau pun Luke bisa membuktikannya tidak bersalah, bukti dari media akan memberatkannya di persidangan saat di Indonesia. Ia benar-benar terbukti bersalah dengan mengikuti program kami.
"Bisakah saya mendapatkan berkas-berkas tentang Nona Vina?"
"Tentu jika kau benar-benar pengacaranya. Kami tidak akan menghambat kalian. Lebih cepat lebih baik."
Pertemuan dengan pihak KBRI berakhir. Aku belum bisa menemukan Vina. Bagaimana cara menemukan orang yang jalan pikirannya tidak mudah ditebak ini?
"Tuan Lux, lihat apa yang Penny temukan", kata Angela menunjukkan sebuah akun instagram berita.
Ada sebuah gambar yang mendadak viral dalam hitungan jam. Terlihat gambar seorang pria sedang duduk berhadapan dengan wanita. Foto tersebut mendapat banyak like dan komentar dari para netizens.
Siapa wanita misterus yang duduk bersama aktor terkenal sekelas Hansel? Tulis dalam keterangan foto tersebut. Banyak yang menanggapi positif tak jarang berkomentar negatif.
Saat layar ponsel di Tarik turun ke bawah aku melihat gambar dari sisi lain. Kali ini wanita yang sama terlihat duduk di bangku sebuah taman. Dengan pakaian yang sama, sepertinya wanita itu terlihat akbrab berbicara di depan kamera.
"Aku tahu harus ke mana menemukannya" kataku pada Angela.
Dari sini, aku mengambil alih mobil. Luke meminta izin pergi dan tidak bisa ikut. Ia harus menyiapkan banyak hal. Aku memacu mobil secepat yang aku bisa. Mengapa harus Hansel? Lagi dan lagi?
Tiba di gerbang perumahan petugas keamanan mendatangi kami. Setelah pemeriksaan kendaraan, mereka membiarkanku pergi. Tepat tiba di halaman rumah Hansel, aku melihat dua mobil terparkir. Satu mobil sport dan yang lain mobil mewah yang terlihat mahal dengan inisial nama wanita pada plat nomornya. Apa si Hansel itu sedang berpesta lagi? Pikirku dalam hati.
Membayangkan wajah Hansel membuatku merasa aku harus menemukan Vina dan menjauhkannya sesegera mungkin. Aku mengetuk pintu. Tak seorang pun membukanya. Apa suaraku gedoranku kurang keras? Atau mereka yang memang tak mendengar karena asik berpesta.
"Teruslah mengetuk", perintahku pada Angela. "Dalam lima menit, mereka tak membuka pintu kita akan memanggil pihak keamanan."
Angela memberi isyarat mengerti. Aku mencoba menghubungi Sandra.
"Lux? Ada apa ini? Mengapa menelpon malam-malam?" tanya Sandra dari seberang telepon.
"Aku akan pulang malam ini. Bisakah kau siapkan sebuah kamar?"
Sandra menjawab dengan ramah seperti biasa. "Tentu saja. Kamarmu selalu siap."
"Bukan untukku, tapi untuk Vina." Sahutku. Sandra tak memberikan respon cepat. tapi ia berjanji akan mengusahakannya sebisanya.
Selesai menelpon aku dikejutkan dengan suara pintu yang terbuka. Betapa aku merasa bimbang dan cemas saat pintu itu dibuka. Apa yang aku akan dapati bilang masuk ke dalam rumah ini? Apa yang harus aku lakukan jika mendapati Vina melakukan sesuatu yang tidak ingin aku lihat dengan Hansel?
"Angela?" kata seseorang yang membuka pintu itu. Suara terdengar sangat familiar bagiku. Tak berapa lama Angela menyingkir. Aku bisa melihat wajah orang yang berdiri membuka pintu. Saat itu jantungku berdetak sangat kencang. Namun aku mulai tenang saat mendapati wajahnya.
"Vina, mengapa kau mudah sekali ditebak?" kataku berusaha menyembunyikan rasa khawatirku.
Aku memaksa masuk tanpa memberinya waktu untuk bicara. Memasuki ruang tamu, aku mendengar suara Hansel yang berpesta dengan seseorang dan menikmati pesta gila itu. Entah kali ini dengan siapa ia berpesta? Pasti salah satu artis atau model ternama pemilik mobil di depan.
"Kemasi barangmu dan ikut dengan ku sekarang!" kataku memberi perintah pada Vina. Aku mengamatinya dari ujung rambut sampai kaki. Saat ku dapati ia rapi betapa lega hatiku.
Aku melirik ke sekeliling saat Vina pergi ke kamar mengambil barang-barangnya. Ada teh dan beberapa makanan di meja. Seperti baru akan disantap. Ia pasti belum makan apapun.
"Aku akan mengemudi, setelah aku tiba di rumah kau boleh pulang Angela."
"Saya mengerti."
Hai semua, terima kasih sudah membaca sampai bab ini. Mohon dukungannya dengan memberikan komentar membangun untuk penulisan bab berikutnya. Jangan lupa berikan tanggapan berupa penilaian dari pembaca sekalian.