SMA Kenari , Pukul 07.55
Nyaris saja, mereka sampai di sekolah pada menit-menit terakhir. Untungnya jarak sekolah dan hotel tidak begitu jauh . Ditambah lagi, mereka berangkat menggunakan motor dengan kecepatan tinggi. Azka langsung melajukan motornya menuju parkiran khusus yang ada di tengah - tengah sekolah .
Begitu mereka memasuki halaman, semua mata seakan tertuju ke arah mereka . Sepenjuru sekolah di hebohkan dengan kedatangan Azka dengan seorang gadis . Azka yang terkesan cool, dan pendiam ini terkenal akan ke tidak peduliannya terhadap wanita. Ia nyaris tidak pernah dekat dengan satu perempuan pun , terkecuali para guru . Bahkan saat setiap wanita begitu tergila-gila padanya pun ia terkesan Tak acuh sama sekali .
Tetapi pagi ini, suasana seakan begitu berbeda . Ia bukan hanya membonceng seorang gadis, tetapi juga membantu nya turun dengan menggandengnya dan melepaskan helmnya .Seorang gadis yang manis dengan rambut yang lurus panjang terurai . Mereka nampak serasi , membuat iri setiap mata yang memandang .
"*Siapakah ia? Kenapa ia bisa bersama Azka, disaat Linka gadis nomor satu disekolah saja sampai ia tolak . "
" Oh tidak, gadis itu begitu manis . Siapakah ia ? Bahkan Linka dan geng pun tak ada apa-apanya . "
" Azka Pradipta ditaklukan!! Oh Tuhan , siapa gadis itu ."
" Oh bukankah ada kabar burung bahwa Azka tidak menyukai wanita? Ternyata diam-diam ia memiliki selera yang diatas rata-rata rupanya . "
" Oh Azka kau membuat seisi sekolah patah hati* . "
Seisi sekolah gempar. Bahkan bukan hanya siswa, para guru pun dibuat tercengang dan heboh . Kedatangan Azka dengan seorang gadis seketika menjadi topik terhangat . Bukan hanya di SMA Kenari, tetapi juga berbagai media sosial turut dibuat heboh olehnya .
Azka menuntun Diza menyusuri lorong menuju ruangan kepala sekolah . Menyelesaikan urusan administrasi dan pendaftaran , dan kemudian membawanya ke kelas XI A . Kelas yang hanya berjarak dua ruangan dari kelasnya XII B . Mereka tidak bisa berada di kelas yang sama, karena usia mereka terpaut satu tahun .
Sepanjang perjalanan mereka menuju kelas yang berada di lantai 3 , Diza merasakan keanehan . Setiap mata tertuju kearahnya dan seakan membicarakannya dan membuatnya merasa tidak nyaman . Ia semakin mencengkeram tangan Azka dalam genggamannya , ia merasa malu atas segala perhatian yang terkesan berlebihan dari seisi sekolah .
"Semua orang menatapku kak, aku merasa aneh dan tidak nyaman. "
" Tenanglah, mereka membicarakan ku bukan kau . Jangan merasa tidak nyaman begitu . "
" Tapi kak?" ujarnya memelas .
" Genggam tanganku agar kau merasa nyaman . " ujarnya usil sambil mengedipkan sebelah matanya kearah Diza yang sontak membuat gadis itu semakin tersipu dan memukulnya gemas di bahu .
" Oh apa ini ? Ini sekolah , tolong jangan buat heboh karena kemesraan kalian . " tegur William sahabat Azka yang tiba-tiba muncul dan merangkulnya .
" Siapa dia? Siapa gadis yang telah membuat hari patah sedunia di SMA Kenari ini ?" ledeknya .
" Dia Diza tunangan ku . Jangan coba-coba merayunya . " ujar Azka santai .
"Tunanganmu ? Dan bahkan kau tidak menceritakan apapun terhadapku ?"
" Ceritanya panjang, lain kali aku akan menceritakannya padamu . "
Azka pun sampai di depan kelas Diza dan mengantarnya masuk dan menyerahkannya kepada guru wali kelas yang sudah berdiri di depan pintu .
" Saya titip Diza bu, kesehatannya sedang kurang baik . Saya harap ibu bisa membantu saya menjaganya . " ujarnya sopan sambil membungkukkan badan tanda hormat .
" Baiklah, serahkan dia pada Ibu. Ibu akan menjaganya untukmu . Oh ya, selamat atas pertunangan kalian . Ibu senang kau bisa mengambil keputusan sebesar ini Azka . Bertanggung jawab lah mulai sekarang , jangan coba-coba mempermainkan nya . "
" Aku bahkan tidak pernah mempermainkan gadis manapun bu. "
" Kau mungkin tidak melakukannya . Tapi sikap dingin dan kerenmu itu telah merebut hati para gadis di sekolah ini . Dan sekarang kau telah sukses membuat mereka semua patah hati . "
"Ibu hanya melebih - lebih kan . Diza jangan percaya , sungguh kau yang pertama dan terakhir untukku ." ujarnya menggoda Diza.
" Sikapmu begitu manis . Bahkan gadis ini juga , dimanakah kau menemukannya . Jika ada yang lain seperti ini, bisakah kau memberikannya satu untuk putraku . " goda Bu Rina wali kelas Diza sekaligus guru pembimbing OSIS yang amat dekat dengan Azka .
" Ehem...ehem..." William yang berdiri di sebelah Azka berdehem mengisyaratkan bahwa ia adalah orang manis lain nya yang mungkin akan dipilih Bu Rina untuk anaknya .
" Apa maksudmu ? Sudahlah jangan berkhayal, Bu Rina takkan mau kau yang menjadi menantunya . " ledek Azka sambil memukul kepalanya .
" Lagi pula, aku mengatakan untuk putraku . William kau takkan mungkin menyukai putraku kan ?" sindir Bu Rina yang membuat William tersenyum malu .
" Bukankah Ibu memiliki putri ." tanya William penasaran . " Bukankah jika ibunya cantik maka anaknya akan mewarisi kecantikan ibunya. Ayolah Bu, izinkan aku . " rengeknya yang dibalas oleh tawa Azka dan Diza yang mendengarnya .
" Iya , kau benar . Tetapi ia telah bersuami . Kau tidak berniat menjadi suami keduanya bukan . " Jawaban usil Bu Rina sontak mengundang tawa keras dari seisi kelas yang mendengarnya. Mereka begitu asyik berbincang hingga tak menyadari bahwa sedari tadi mereka tengah berdiri di depan pintu kelas yang sedang terbuka .
"Sudah kembali lah ke kelasmu . Sebelum nanti Pak Rudi mendahuluimu dan menghukummu berjemur di terik mentari sepagi ini . " Bu Rina mengarahkan pandangannya pada Pak Rudi , guru yang terkesan paling mematikan dan super disiplin satu sekolah . Lelaki paruh baya yang sudah berada di ambang pintu itu pun tersenyum licik memandang Bu Rina. Ia kemudian mempercepat langkahnya menjadi setengah berlari menuju ke dalam ruangan kelas dan langsung menutup pintu dan menguncinya dari dalam .
Melihat tingkah iseng dan kenak-kanakan Pak Rudi, Bu Rina pun tak sanggup menahan tawanya . Sedangkan William yang merasa dirugikan justru malah merengek-rengek sambil menggedor-gedor pintu kelas dengan Pak Rudi di baliknya . Ia benar-benar bertingkah selayaknya anak kecil yang minta dibelikan mainan . Merengek sambil menghentak-hentakan kaki ke lantai . Ia memohon-mohon untuk dibukakan pintu atau setidaknya dijauhkan dari hukuman Pak Rudi yang akan membuat kulit mulusnya terbakar matahari .
" Bagaimana bisa kau hanya tertawa . Bukankah kau juga terlambat . " rengeknya pada Azka .
" Aku memiliki ini . " Azka tertawa bahagia sambil menunjukkan surat izin yang dipegangnya .
" Kau ingat William , syarat untuk mengikuti kelasku ? " seru Pak Rudi dari dalam kelas .
" Berlari keliling lapangan sebanyak tiga puluh putaran. Dilarang berlindung dari sinar matahari , termasuk memakai topi." ujarnya lesu .
Hukuman Pak Rudi memang adalah yang hukuman yang paling dihindari oleh para Siswa SMA Kenari . Bagaimana tidak, SMA Kenari kebanyakan diisi dengan siswa dengan latar belakang keluarga kaya dan juga manja . Dan yang terpenting dari siswa -siwa itu adalah merawat kulit mereka agar tetap halus . Dan hukuman berjemur , serta lari keliling lapangan adalah hukuman terberat karena akan membuat kulit mereka gelap san perawatan yang mereka jalani sia-sia .