webnovel

Skandalisme

GRATIS! WARNING: BANYAK KONTEN DEWASA 21++ Perhatikan usia anda, harap menanggapi dengan bijak hanya untuk hiburan semata Shinta gadis naif yang membenci pria bucin! Pertemuannya dengan Eki si mesum, Darwin si budak cinta, membuat sisi lugu Shinta pudar, dia menjadi gadis berani dan agresif. Shinta berniat membuat Eki jera dengan tingkah mesumnya, dia juga ingin Darwin sadar kalau Ratih, kekasih pria itu tak pantas untuknya. Terjebak dengan hubungan dua pria! Oh tidak! Masih ada Rama, adiknya yang menderita sister kompleks.. begitu menyayangi kakak perempuan nya. Siapa yang akan menjadi final destinasi Shinta?

Ayun_8947 · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
15 Chs

Kenikmatan.

Sebelum kita membahas cerita dari sisi Eki dan Rama, sebelumnya mari kita selesaikan kisah bucin Darwin pada Ratih

Awal menjadi siswa sekolah menengah atas, seorang siswa baru datang terlambat, dia menuruni mobil mewah yang dikemudikan sopir dengan pakaian safari khas itu, bapak itu membukakan pintu meminta si pemilik mobil untuk bergabung bersama barisan yang kompak menoleh ke arah kedatangannya

Dia lah Darwin Darmono, anak seorang pejabat teras negeri ini, wajahnya manis dan senyuman ragunya cukup bisa memikat, tapi tak terlalu mengandung banyak magic, buktinya karena terlambat dia mendapatkan hukuman juga dari pembina yang sudah di tunjuk untuk acara penyambutan murid baru

Ratih lah gadis pertama yang mengulurkan tangan padanya, sementara yang lain hanya berani mencuri lirik ke arah nya, Darwin sudah terbiasa, daripada takjub mereka lebih ke segan untuk menyapa kehadirannya, makanya Darwin tak ingin terlalu sok hangat, dia tak mau memiliki teman sampah seperti di masa sekolah junior nya, dia hanya ingin menjadi remaja biasa saja saat ini

Tapi uluran tangan Ratih dan senyuman ramahnya membuat Darwin harus membalasnya, lihatlah seorang gadis dengan lekuk tubuh yang indah dengan rambut ekor kuda, cahaya terik matahari terlalu panas untuk kulit lembutnya, sebutir keringat menelusuri rahang halusnya hingga menetes di ujung dagu lancip milik Ratih, sungguh komposisi yang sempurna

Darwin mendongakkan kepala memperhatikan raut wajah Ratih yang masih tersenyum hangat, gadis itu kini berjongkok ke arah dirinya, shit ! Darwin mengalihkan pandangan, posisi gadis ini menggoda jiwanya, bagaimana mungkin kau berjongkok dihadapan seorang pemuda dengan posisi seperti ini

Ratih menumpukan kedua telapak tangannya pada lutut, dia mengulurkan segelas air mineral pada Darwin dan segera di raih dengan cepat, cepatlah pergi dari hadapan ku ! ujar batin Darwin yang terus memberontak, dia masih mengatur nafas kelelahan karena hukuman situp nya

" hahaa.. pembina memang keras " ujar Ratih seperti berbisik, matanya mengedip genit, Darwin menahan senyuman sinisnya, bukan ! bukan gaya imut Ratih yang mengganggu perasaannya saat ini, tapi kedua gunung kembar yang menyembul dari sekat bajunya yang mengantong tepat dihadapan Darwin, walaupun pemuda itu mencoba membuang pandangan tetap saja itu mencuri liriknya

" kenapa gadis ini harus melepas kancing kedua kemejanya, kemana peraturan sekolah ? batin Darwin tak habis pikir, bukan hanya gerah karena olahraga dadakannya kini jagoan di bawah perutnya juga harus ikut menahan panas juga

" hari ini panas sekali ya.. " ucap Ratih mengangkat tubuhnya, kini dia berjongkok di hadapan Darwin, jarinya menyubit pangkal kerah dan menggoyang goyangkan pelan, Darwin menelan tegukan air mineralnya dengan perlahan, dia tak ingin terus menatap lekukkan tubuh atas Ratih yang mengintip, tapi apa yang gadis ini lakukan ? sekarang collar bonenya yang kena kibasan kerah kemeja jelas sangat menggoda

Seseorang berteriak memanggil Ratih hingga dia beranjak dari posisinya

" ah, kau istirahat saja dulu, tidak apa apa " ujarnya mendaratkan telapak tangan pada paha ku, sontak mata ku melotot tak percaya, kemon itu kulit sensitif untuk pria, kenapa kau menyentuhnya ?

Ratih beranjak dan meninggalkan ku, aku meluruskan kaki melemaskan diri, ahh.. untunglah dia pergi, lega batin ku tak sanggup menahan gejolak tak menentu di dalam tubuh ini

" kau kenal kak Ratih ? " seseorang yang lain meminta perhatian ku

Ternyata dia pun siswa baru seperti diriku, dia membagi senyum kecilnya memaksa aku harus membalas senyuman itu, aku menggeleng pelan, menjawab tidak pada pertanyaanya

" oh, tapi dia terlihat akrab dengan mu " lanjutnya lagi, aku tak begitu peduli dengan raut heran pemuda di sebelah ku ini, aku hanya mau melemaskan badan ku yang kepanasan dan kelelahan

Itu adalah hari dimana Darwin memulai hubungan akrab nya dengan Ratih, oh tepatnya Ratih adalah tipe gadis yang agresif, selain populer gadis itu juga memiliki otak yang cerdas, itulah mengapa hubungan mereka semakin dekat, antara keduanya membutuhkan timbal balik

****

POV Darwin

di dalam rumah Darwin yang mewah

" Kenapa rumah mu sepi sekali ? " Ratih meraih sebotol minuman kaleng dari kulkas dan mendaratkan diri di bar kecil dapur rumah ku, aku ikut mendaratkan kursi di sebelah Ratih, kami memutar mutar posisi duduk hanya untuk melepaskan kecangguhan

" orang tua ku sibuk " jawab ku singkat, ah tidak usah membahas masalah itu, tidak terlalu penting juga untukku

" apa kau sering sendiri di rumah ? " tanya Ratih dengan wajahnya yang tertutup kaleng karena ingin terus menyeruput isi minuman segar itu

" iya, aku sekarang lebih banyak sendiri, menghabiskan waktu bermain game online " jawab ku jujur apa adanya

" eh, kau tak mau ganti baju, kan dingin " ujar ku memperhatikan kimono handuk yang dipakai Ratih, sementara aku sudah menggunakan pakaian kasual, gadis ini masih saja mondar mandir dengan kimono handuknya

" aah.. " wajahnya sedikit merengut dan ada rona merah di sana, aku mengerutkan dahi heran

" aku lupa membawa salin " ujarnya dengan suara pelan, aku tersenyum geli melihat tingkah malu malunya itu

" aku ceroboh ya " ujarnya malu sendiri, aku tertawa kecil membuat wajah cantiknya kian cemberut dan merah

" kau bisa pakai baju ku, ayo ikut ! " aku mengajak Ratih meninggalkan bar dan menaiki tangga, kami menuju ke kamarku

Sebelumnya tak ada yang mengganggu pikiran ku, aku sepertinya lupa jika Ratih tak sama dengan teman lelaki ku jaman SMP, dia melangkah ragu ragu memasuki kamar ku, matanya menyapu ruangan

" ah maaf, berantakan ! " ujarku seraya cepat meraih baju yang berserakan di atas ranjang, aku juga berusaha mengambil banyak buku bertebaran di lantai dan Ratih masih setia menunggu aku membereskan semua dulu, setelah selesai aku melemparkan senyuman kecil ke arah Ratih, dia membalasnya perlahan mengembangkan bibir mungilnya, ah bibir yang kunikmati di kolam tadi

Jika sedang berdua seperti ini yang ketiga adalah setan, begitu kata orang kolot zaman dahulu, dan sepertinya itu masih terus berlaku. Gadis di depan ku itu melangkah pelan menangkap tubuh ku, karena tinggi kami yang sejajar membuat figure yang menempel tepat sasaran, sesuatu bergejolak dalam diriku, tak tahan lagi

Pertama kali dalam hidup ku, dan pertama kali juga untuk dirinya, saat itu aku masih kelas satu sekolah atas, dan Ratih dua tahun di atas ku, dia adalah senior ku di sekolah, mungkin itulah kenapa tingkah nya lebih pengalaman dari ku, tubuh ku seolah dituntun perlahan oleh tangannya

Tangannya meminta telapak ku untuk menyusup di balik kimono handuk yang dia kenakan, menelusuri kulit halus hingga menyentuh dua buah bentuk kenyal di dadanya, gadis itu melengguh di telinga ku membuat dada ku berdebar hebat, aku hanya bisa menggigit bibir saat telapak nya ikut menelusuri lekuk tubuhku dan mengelus pelan juniorku yang sudah siaga, aku sudah diambang batas

Ratih tersenyum malu malu menanti adegan selanjutnya dengan wajah menggoda dan penuh gairah, tangannya meraih leher kaos ku dan menarik paksa hingga kami terjatuh saling menimpa di atas ranjang ku. Oh my God! lalu apa yang harus aku lakukan. ayolah Darwin berpikir cepat, berpikirlah! bukankah banyak video yang sering aku tonton! ayolah.

Tanganku terangkat gemetar. mataku terpejam antara takut, ragu tapi sangat penasaran. Sepertinya Ratih paham itu. diantara bibir kami yang berebut hebat, tangannya meraih telapakku, menuntun ke arah pribadi miliknya. Basah, hangat dan menggetarkan. Dadaku bergemuruh hebat, seakan sedang menikmati wahana histeria dengan ketinggian langit. Rasanya tak terkira. Tak perlu kujelaskan, kalian mungkin sudah tahu rasanya. Rasa yang sungguh tak bisa ku ceritakan detail. Nikmat!