webnovel

Sipatiti' Sibau "Ekspedisi Titi' (Tato) Mentawai"

Pada Tahun 2019, Kemendikbud riset dan teknologi mengadakan sebuah kegiatan yang di beri nama Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) 2019 yang di hadiri oleh seluruh kaum muda nasional, dalam kontes perlombaan ini setiap daerah diminta mengirim sebuah proposal kecil yang menceritakan tentang apa masalah budaya yang terjadi sekarang di daerah masing-masing calon penerima bantuan dana KBKM, dengan Tema yang di usung oleh panitia pelaksana, ada seorang wanita yang berasal dari kabupaten kepulauan Mentawai kecamatan Siberut Selatan Desa maileppet tertarik untuk ikut ambil bagian dalam perlombaan tersebut, namanya akrab di sapa Cici, Cici dengan senang memberitahukan kepada saya bahwa ada lomba yang kemungkinan kita bisa ambil bagian di dalamnya, tanpa basa-basi saya juga tertarik dengan kegiatan tersebut dan saya mengajaknya langsung untuk ke basecamp Tato Mentawai nama basecamp nya adalah SITASIMATTAOI yang kebetulan itu adalah basecamp para pegiat tato Mentawai, kami menuju kesana dengan motor dan beberapa menit kemudian kami sampai, kebetulan waktu itu disana ada bajak paburut kerei, toinong lakeu, kora sakoddobat dan pitto gagai, setiba disana kami saling salam sapa dan ngk menye-menye kami langsung cerita apa tujuan kami ke kesana.

Sarno_Cependi · Hiện thực
Không đủ số lượng người đọc
9 Chs

1. Anak Mentawai Di Kota Padang

Di kota Padang, kita mengetahui banyak sekali anak-anak muda mentawai yang mencoba mengasuh nasib di kota kecil itu, kota yang menjanjikan masa depan bagi anak-anak muda khususnya Mentawai, seperti layaknya tanah suci yang menjadikan kedamaian, begitu pula dengan kota Padang, yang menjanjikan perguruan tinggi dan hidup yang lebih baik, bagaimana tidak, kota ini jauh berbeda dengan kepulauan Mentawai yang tidak memiliki gedung gedung tinggi, sekolah tinggi yang lebih tinggi, kendaraan yang begitu berwarna-warni dan lampu kota yang saya saja sampai sekarang masing bingung lampu sen itu gunanya apa, he he, maklum anak desa,

Banyak generasi Mentawai yang mengadu nasib di kota itu (Padang), yang tinggal di kos, ada yang tinggal di sekretariat, ada yang tinggal di kontrakan, ada yang tinggal dengan keluarga dan ada juga yang inisiatif memyewa sebuah rumah dan menjadikannya bascamp atau ruang kreatif, kenapa begitu, karena kami dari Mentawai harus menyebrang dengan kapal Veri 8 jam dari Mentawai ke kota Padang, akhirnya kami memilih untuk menyewa tempat tinggal agar kami bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi,