webnovel

SINCERE LOVE

Setelah dikhianati oleh Aron, Qiran akhirnya memutuskan hubungan mereka. Tak butuh waktu lama, Alby, pria yang selalu berhasil membuatnya tersenyum, mulai membuka hatinya. Hubungan mereka pun tumbuh, penuh kebahagiaan. Namun, tanpa sepengetahuan keduanya, ayah Qiran—Pak Marco, dan ibu Alby—Bu Melin, ternyata sudah lama saling jatuh cinta dan sepakat untuk menikah. Rencana besar ini akan mereka umumkan pada sebuah makan malam keluarga. Ketika malam itu tiba, Alby dan Qiran yang tengah menikmati masa-masa indah cinta mereka dibuat terkejut. Kabar bahwa ayah atau ibu mereka akan menikah, mengubah segalanya. Apa yang terjadi ketika cinta yang tumbuh di antara mereka kini terancam oleh hubungan baru orang tua mereka? Mampukah mereka menghadapi kenyataan bahwa orang yang mereka cintai mungkin akan menjadi saudara tiri?

Kim_Miso_21 · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
181 Chs

My Lovely

Pak Marco langsung turun dari mobilnya. Ia keheranan, ketika melihat sosok laki-laki yang tidak ia kenali ada di rumahnya.

Sementara Alby, merasa was-was dan gugup ketika Pak Marco menghampirinya.

Ia hanya menundukan kepala sembari didampingi oleh Pak Satpam.

"Anda siapa yah?" ucap Pak Marco sembari mengkernyitkan alisnya.

"Maaf Pak, sa-saya ... "

Belum juga selesai bicara, Pak Satpam langsung memotong pembicaraannya, "Oh ini kenalkan Pak, temannya Non Qiran," celetuk Pak Satpam.

"Teman Qiran? Oh, iya-iya aku tahu! He he pasti Aron kan? Ayo masuk dulu, pasti Qiran senang bertemu dengan kamu," ucap Pak Marco senang.

"Eh tapi Pak! Aku ... "

"Sudah gak apa-apa, nanti kita bicarakan di dalam, yuk!" ajak Pak Marco sambil menarik lengan Alby.

Mereka pun langsung masuk ke dalam rumah. Sementara, Pak Satpam kebingungan. Karena setahu dia, teman Qiran hanyalah Alby.

"Perasaan, tadi namanya bukan Aron deh! Ah masa bodoh, mendingan bikin kopi," ucap Pak Satpam sembari berjalan menuju dapur.

                    🍭🍭🍭🍭🍭

Qiran yang sedari tadi berada di lantai atas, kini sudah turun menghampiri Ayahnya. Meski hatinya tidak karuan, ia berusaha tetap optimis sebagaimana mestinya sosok Qiran yang selalu ceria dan cerewet.

"Sayang, coba lihat siapa yang datang? Dudidam-dudidam, uhuyy my lovely," canda Pak Marco sembari bersiul.

Sementara, Alby sangat kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh Pak Marco. Ia ingin menjelaskan kalau dia bukan Aron. Tapi Pak Marco tidak mau mendengarkannya.

"Hah! My lovely? Apa maksudnya?" kata Qiran dalam hatinya.

"Eh, Daddy!" teriak Qiran sambil menghampiri mereka berdua.

"Cie-cie, my lovely nya datang," canda Pak Marco lagi.

"A-apa? Ma-maksudnya Dad?" ucap Qiran keheranan.

"Sudah, kalian sana ngobrol dulu, Daddy mau ganti baju dulu. Oia, Aron, kamu tau tidak? Kamu adalah teman laki-laki Qiran yang pertama kali masuk ke rumah ini," ujar Pak Marco dengan semangatnya.

"Ah, i-iyakah? He he he," ucap Alby sembari menggaruk kepalanya, padahal tidak gatal sedikit pun.

"Daddy, apa-apaan sih," ucap Qiran malu.

Pak Marco pun langsung menuju ke kamarnya, sementara Alby dan Qiran masih berdiri dan hanya terdiam malu.

"Aku ..." ucap mereka barengan.

"Ah, silahkan kamu duluan saja," ucap Qiran malu.

"Ah tidak-tidak! Kamu saja, yang duluan," kata Alby gugup.

"Oh, itu a-aku minta maaf atas sikap Daddy tadi. Dia orangnya memang seperti itu, suka bercanda he he," ucap Qiran.

"Iya gak apa-apa. Tapi kenapa dia panggil aku Aron? Siapa Aron? Dan my lovely juga itu ... "

Belum juga selesai bicara, Qiran langsung memotong pembicaraan Alby.

"Ah, kalau yang itu tidak perlu dibahas. Lupakan saja he he," ucap Qiran cengengesan.

"Oh, ya sudah. Oia aku mau pulang dulu, ini sudah malam, lain kali kita bertemu lagi," ucap Alby.

"Okelah. Hati-hati di jalan ya!" ujar Qiran.

Tiba-tiba Pak Satpam datang menghampiri mereka berdua.

"Dek, jadi dianterin gak? Mumpung belum terlalu malam nih,"

"Oh jadi Pak. Bye Ran titip salam buat ayahmu yah." ucap Alby sembari berjalan menuju ke luar rumah.

Qiran hanya menganggukan kepala saja sembari tersenyum manis. Rasanya seperti masuk ke dunia baru lagi setelah berdamai dengan Alby, di mana rasa hatinya kini tenang dan damai. Namun, di sisi lain, Ia tidak tahu jika sepeda kesayangannya itu hilang. Entah bagaimana kalau dia tahu, pasti semua yang ada di rumah kena dampaknya.

Setelah Alby pergi bersama Pak Satpam, Pak Marco pun akhirnya keluar dari kamarnya. Dengan Perasaan happynya yang masih melekat dihatinya.

Ditambah lagi, ia bertemu dengan sosok pria yang sopan dan ganteng. Yang melainkan adalah teman puterinya. Ia sudah tidak kecewa lagi karena, ia berpikir jika pria itu adalah Aron, yang ia ketahui dari handpone puterinya itu.

"Sayang, mana Aron? Sudah pulang kah?" tanya Pak Marco sembari menghampiri anaknya di ruang keluarga.

"Hah? Aron? Alby kali Dad," tutur Qiran sembari menonton TV.

"Loh, pria yang tadi kesini bukan Aron?" ucap Pak Marco keheranan.

"Bukan!" jawab Qiran Singkat.

"Lah terus siapa donk? Daddy pikir dia Aron. Kata Pak Satpam katanya teman kamu. Pantesan dia kebingungan ketika Daddy panggil Aron,"

Ketika mereka asyik mengobrol, asisten rumah tangganya datang membawakan secangkir teh hangat dan cemilan lainnya.

"Dia itu namanya Alby Dad. Teman kuliah dan satu jurusan malah sama aku. Lagian, teman aku banyak Dad, bukan Aron saja," kata Qiran sembari mengambil secangkir teh. "Wah, makasih Bi," tutur Qiran sembari menyantap makanan ringan kesukaannya.

"Sama-sama Non. Oia maaf Non mau tanya, apakah pria tadi bilang sesuatu sama Non Qiran?

"Emang bilang apa Bi?" sambung Pak Marco sambil meneguk teh kesukaannya.

"Gak Bi, emang ada apa yah?" ujar Qiran penasaran.

"Tadi Pak Satpam bilang, kalau sepeda Non Qiran hilang bersama motornya pria yang tadi ke sini itu loh!"

"Apa? hilang? Kok, dia gak bilang apapun sama aku Bi!" ucap Qiran kaget.

"Gimana ceritanya bisa hilang?" ucap Pak Marco sembari mengambil teh hangat nya.

"Ta-tadi tuh Dad, dia sedang mendorong motornya yang mogok, terus aku ketawain dia. Ehh akunya malah terjatuh dari sepeda, terus dia nolongin aku dan mengantarkan aku pulang sampai ke rumah," tutur Qiran gugup.

"Ha ha ha makanya jadi orang jangan jahil. Itulah akibatnya kalau jahil sama orang. Karma masih berlaku loh Qiran!" ucap pak Marco terkekeh-kekeh.

"Ya habisnya dia pria menyebalkan yang pernah aku temui, Dad!" ucap Qiran kesal.

"Tapi dia romantis kan Non. Tau tidak Pak? dia yang mengobati lukanya Non Qiran loh!"

"Aciee, benih-benih cinta tumbuh disaat terjatuh dari sepeda," canda Pak Marco sembari terkekeh-kekeh. Dan Bi Mira yang selalu setia menjadi asisten rumah tangganya Pak Marco, ikutan menertawakan Qiran.

"Ih apaan si kalian. Gak lucu tau," ucap Qiran menyunggingkan bibirnya.

"Berarti dia tulus membantu kamu dan tidak mendendam. Jika orang yang gak benar, dia pasti akan membalas perbuatan kamu ini, dan mengabaikan kamu di tengah jalan!" ucap Pak Marco menasehati puterinya.

"Iya Dad maaf," ucap qiran singkat.

"Sudahlah. Lain kali jangan begitu lagi. Ingat pesan Daddy yah, kamu ini wanita, harus anggun donk jangan galak-galak, malu tau! Kalau kamu begitu terus, nanti bisa-bisa gak ada yang mau sama kamu," ucap Pak Marco dengan serius.

"Iya Dad, iya ...!" kata Qiran sembari mengkerlingkan matanya.

"Oia Bi, tolong hubungi asisten Adin, besok suruh dia belikan motor yang keluaran terbaru yah, pokoknya besok harus sudah siap," ucap Pak marco kepada asisten rumah tangganya.

"Baik Pak!"

Bi Mira pun langsung bergegas menghubungi asisten Adin. Karena semua keinginan Pak Marco, selalu disiapkan oleh asisten Adin.

"Kalau sepedanya Dad? Aku juga mau sepeda yang keluaran terbaru juga lah. Terus kalau bisa Dad ... "

belum juga Qiran selesai bicara, Pak Marco langsung menyelang perkataan Qiran. "Sudah! tidak perlu. Mendingan kamu numpang saja sama Alby," ucap Pak Marco sembari meninggalkan tempat duduknya.

"What? Numpang? Yang benar saja Dad!" teriak Qiran kesal.

"Masa si Cumi dibelikan, sementara aku tidak! Ini tidak adil, Dad!" gerutu Qiran dalam hati.

****

Sementara di tempat lain ...

Alby sudah tiba di depan rumahnya bersama Pak Satpam. Ia tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada Pak Satpam yang sudah mengantarkan ia pulang.

"Pak, makasih ya. Oia mau masuk dulu tidak?" ucap Alby sembari turun dari motor Pak Satpam.

"Gak usah, Dek. Udah malam, aku mesti segera pulang lagi. Tugas negara sudah menanti he he,"

"Oia, udah bilang belum sama Non Qiran, kalau sepedanya hilang?"

"Ya ampun! Lupa Pak! Aku belum bilang," ucap Alby sambil memegang kedua pipinya.

"Hah? Belum?" ucap Pak Satpam kaget dan terlihat seperti sedang mencemaskan sesuatu.

*

*

*

BERSAMBUNG...