Suara itu seperti tidak asing yang terdengar di gendang telingaku. Alangkah sulitnya untuk melihat dengan jelas karena ruangan ini kedap cahaya. Hanya lampu di tengah bergelantungan secara tidak beraturan, sehingga cahayanya melesat ke mana-mana.
Bayangan pria di depanku mulai miring, memperlihatkan sisi bayangan segera datang menghampiri. Dia, seperti orang terdekatku. Sudah tidak salah lagi, dialah pria cinta pertamaku. Ayah.
Tuan Darwis yang pernah berjaya setelah kakekku meninggal, lalu menumpaskan segalanya, hingga bisnisnya bangkrut. Kami menjadi meralat, dan harus bekerja membanting tulang untuk menyambung hidup.
"Papa?" Ketika mulutku dibuka oleh tak dikenal ini.
Lalu, di balik punggung ayahku diikuti oleh dua pria sedang berjalan secara berdampingan. Dan pria itu tidak lain terpampang dengan jelas. Itu Adrian, sedang dijinjing oleh salah seorang pria bertubuh kekar, baju berlengan kutung.
"Hah!" sergahku tidak percaya.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com