webnovel

Chapter 2: Fate or Destiny? (Part 1)

Julia POV

Sudah satu minggu Julia tinggal di rumah kecil tersebut. Sejauh ini, Julia tidak mendapat perlakuan yang menurutnya tidak sopan selama tinggal di kota tersebut. "Wolfie? Wolfie?" Julia berjalan menuju terasnya dan mendapati seorang wanita sedang berdiri di samping mobilnya.

Ia tersenyum dan melambaikan tangannya. Julia hanya menghela napasnya kasar dan berjalan menghampirinya. "Anjing mu baru saja... keluar." Julia hanya tersenyum dan menghampiri wanita tersebut dan merebut lap kuning yang di pegangnya.

"Silahkan..."

"Aku akan segera berangkat ke kantor." Julia tertawa kecil dan menepis tangannya.

"Nama mu siapa?" Julia menatap mata cokelat milik wanita itu. "Bukankah tidak adil..."

"Rose. Rose Whitetaker!" Ucapnya dengan kesal.

Julia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Ms. Whitetaker kan? Bisa gak mundurin... mobilnya? Saya pengen..."

Rose menghela napasnya kasar dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir tepat di belakang mobilnya. Julia berjalan mengikuti dan membantunya untuk melakukan atret mundur. Di rasa sudah ia berjalan menghampiri kaca pengemudi dan tersenyum.

Rose menurunkan kaca mobilnya dan menatapnya dengan kesal.

Rose POV

"Selamat pagi, Ms. Whitetaker." Rose mengerutkan keningnya. "Saya adalah Julia, bukan Aurellia." Pertanyaan Julia membuatnya menghela napasnya kasar.

Rose memberikan kartu namanya. Julia menatap kartu nama tersebut dan tersenyum. "Maaf..." Rose langsung menginjakan gasnya menuju kantor.

Julia POV

Julia hanya bisa menghela napasnya kasar dan tersenyum getir. "Sehebat itukah dirimu?" Irene mengerutkan keningnya ketika ia melihat Julia sedang berdiri di tengah jalan.

"Julia! Lo ngapain di situ!?" Julia berlari kecil menghampiri Irene yang sudah berada di samping mobilnya sambil menggendong Wolfie.

Julia menggelengkan kepalanya dan memasukkan kartu namanya di dalam kantong celana jeans. "Ga...apa-apa kok." Julia membukakan pintu penumpang bagian depan untuk Irene dan bagian belakang untuk Wolfie.

Irene hanya diam dan mengawasi gerak-gerik Julia dari dalam mobil dan menghela napasnya. "Lo tadi tumben ngebiarin Wolfie jalan sendiri, ada apa?" Julia menengok ke belakang dan melakukan atret.

Julia mentancapkan gasnya dan melirik ke Irene. "Gue lagi... masak." Irene hanya menganggukkan kepalanya. "Mari kita nyalakan radio..." Julia memutar radio dari dalam mobilnya.

Rose POV

Rose menatap mobil hijau tua berlalu di hadapannya. Ia menghela napasnya kasar dan mengambil handphone-nya. "Dasar kurang ajar. Kau membuat ku sungguh kesal!" Rose memencet tombol bewarna hijau dan mendekatkan handphone-nya di telinganya.

"Han ini aku," ucap Rose sambil menyalakan mesin mobilnya dan berlalu pergi dari tempat persembunyinya. "Ikuti plat nomor yang aku bilang kemarin. Jangan sampai ketahuan, mengerti!?" Rose mengakhiri hubungannya dan menghela napasnya.

Rose menggelengkan kepalanya pelan tertawa kecil. "Aku akan mengikuti alur permainan mu, Aurellia." Gumamnya.

.

.

.

.

.

.

Julia POV

Julia berjalan menghampiri Mrs. Kenwood lalu, ia meletakkan iPadnya di atas meja kerja miliknya. "Apa... klien sudah acc sama desainnya?" Tanya Mrs. Kenwood.

Julia menganggukkan kepalanya. "Kedua mempelai sudah approve. Tinggal... tunggu selesai produksinya kaya gimana." Balas Julia dengan senyuman menawannya.

Mrs. Kenwood mengembalikan iPad miliknya dan tersenyum. "Tau gini kamu saya rekrut dari dulu. Kenapa kamu baru sekarang munculnya!?" Julia hanya tertawa kecil dan mengendikkan bahunya.

Julia hanya tertawa kecil dan menghela napasnya kasar. "Mungkin takdir, Mrs. Kenwood." ucapannya barusan membuatnya terdiam sejenak. Julia menghela napasnya kasar dan tersenyum tipis. "Ya, takdir," ucapnya lirih.

Mrs. Kenwood hanya menepuk-nepuk pundak Julia. "Yang sabar ya? Mungkin ada yang bisa saya bantu selama kamu tinggal di sini?" Tawar Mrs. Kenwood. Julia menghela napasnya kasarnya dan menggelengkan kepalanya.

Julia berjalan menuju meja kerjanya dan membereskan mejanya karena saat ini adalah jam makan siang. "Eh, lo mau ikut makan di Ha'na Lous? Restorannya baru buka kemarin sih..." Julia masih fokus ke monitor laptopnya.

"Jul," Julia mendangakkan kepalanya. "Lo ikut gak? Si Scott yang traktir." Julia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Gue..."

Suara lonceng terdengar membuat seluruh pasang mata menatap tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Julia menghela napasnya kasar dan menggaruk rambutnya. "Itu kan..." Julia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri loker untuk mengambil makanannya.

"Kau sudah merindukan ku, Aurellia?" Julia menutup pintu lokernya dan menghela napasnya kasar.

"Lo lagi... lo lagi..." Ia menyandarkan punggungnya dan menatap wanita di depannya. Julia menghela napasnya kasar dan menggaruk jidatnya yang gatal.

Rose menyodorkan paperbag cokelat dan tersenyum. "Apa... kau mau makan siang dengan ku?" Julia tertawa kecil dan menatapnya. "Ini daging rusa," suaranya ia pelankan agar tidak terdengar orang lain.

Julia melepas lensa kontaknya dan menghela napasnya kasar. "You've got me, Eponine." Rose tersenyum. Julia merebut paperbag tersebut dan menatap mata cokelatnya. "Aku tidak bisa memakan ini sekarang. Sekarang pergilah, aku ingin..."

"Kau akan menjadi istri ku, Julia. Itu sudah takdir."

Julia hanya terdiam dan menatap mata cokelat milik Rose. "Beri aku waktu," ucapnya dengan datar. Julia berjalan menuju kulkas dan mesukkan dagingnya di dalam kulkas tersebut. "Aku..." Rose memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya di pundak Julia.

"Aku tahu," Ia memasukkan tangannya ke dalam saku celana jeans milik Julia dan menghela napasnya kasar. "Kau menyimpannya dengan baik." Julia membalikkan badannya dan menahan tangannya.

"Lalu?" Julia berjalan menuju mejanya setelah ia mengambil tempat minum dan tempat makannya. Ia menatap seluruh orang yang berada di dalam ruangan tersebut menatapnya dengan mata yang melotot dan mulut yang menganga.

Rose yang muncul di belakangnya hanya diam dan mengerutkan keningnya.

"Kalian pacaran u-udah berapa lama?" Julia menepuk jidatnya dan menghela napasnya kasar. Rose hanya menghela napasnya kasar dan ia berjalan keluar dari tempat tersebut.

"Jangan pergi lo! Diem di situ dan jelasin kalo semuanya cuman salah paham."

Rose POV

Rose menghentikan langkahnya dengan senyuman mengembang di wajahnya. "Benar, aku ke sini... untuk menemui calon ku dan... mengurus pernikahan kita." Julia berjongkok dan menghela napasnya kasar.

Mrs. Kenwood dan beberapa orang lainnya pingsan. Rose yang melihat hal tersebut langsung menelpon petugas 911.

Julia POV

Julia menghela napasnya kasar. Ia mengusap-usapkan dadanya dan berusaha mencerna apa yang di katakan oleh 'calon istrinya' tersebut. "Gue yang butch, mana dia yang propose." gumamnya. Julia berdiri dan berjalan menghampirinya.

Julia mengeluarkan minyak kayu putih dan mengoleskannya di bawah hidung dan jidat kepada orang-orang yang pingsan. "Julia? Apa yang..." Julia tidak menghiraukan Rose yang kini sedang duduk di sebelahnya.

"Tolong ambilkan aku mantel mereka," Rose menganggukkan kepalanya dan melaksanakan perintah Julia. Julia hanya bisa menghela napasnya kasar. "Apes amet sih anjir!" Gumamnya lirih.

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa untuk share, vote, komen, dan tambahkan ke library! Karena setiap hal kecil yang kalian lakukan dapat membantu Author makin termotivasi untuk menulis.