webnovel

Chapter 14: Saturday Night (Part 2)

Rose POV

Rose menutup pintu sehabis Mr. dan Mrs. Kuncoro pergi, termasuk Adi yang berjalan mengikuti orang tuanya. Ia menatap Julia yang wajahnya penuh dengan lebam. "Ada yang sakit?" Julia menengok ke samping dan tersenyum.

Ia menepuk tempat kosong yang ada di sampingnya. "Aku tidak apa-apa," balasnya. Julia menyandarkan kepalanya di pundak Rose dan memejamkan matanya.

Julia POV

Julia menghela napasnya kasar. "Aku kira paman ku akan datang untuk menyuruhku balik ke San Fransisco," ucapnya.

Rose menggenggam tangannya. "Kapan kau akan kembali ke sana?" Julia menatap wajah Rose dan tersenyum.

"Aku akan kembali sehabis tahun baru. Apa kau ingin kembali hari ini?" Tanya Julia. Rose menghela napasnya kasar dan menggeleng.

Julia tersenyum ia meletakkan kepalanya di paha Rose dan merasakan ada yang basah di bagian perutnya. Rose yang melihat jahitan Julia lepas, ia segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju laci dapur.

"Rose," Julia menahan tangannya dan menggeleng. Ia mengangkat bajunya. "Regenerasi ku sudah kembali." Rose tersenyum dan menghela napasnya lega.

Tidak ada percakapan yang mereka lontarkan. Hanya ada suara dari televisi yang Julia tonton. "Aku tidak menangka jika paman dan bibi mu merestui hubungan kita," ucapan Rose membuat Julia tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Rose mengerutkan keningnya bingung. "Mereka terpaksa merestui, Rose. Ntah apa mereka sudah menghubungi orang tua ku atau belum..." Julia menghela napasnya kasar dan menopang dagunya. "Aku belum berkenalan dengan orang tua mu." Julia menatap Rose.

Rose hanya terdiam. Julia menatapnya sambil mengangkat satu alisnya. "Um... kau ingin bertemu?" Tanya Rose.

Julia menganggukkan kepalanya. "Aku ingin berkenalan dengan orang tua mu." Rose menghela napasnya kasar dan menatap layar tv di depannya dengan kosong. "Ada apa?" Rose hanya menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban.

"Tidak apa." Julia hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

Julia mematikan tv dan menatap Rose lekat-lekat. "Aku tidak masalah, Rose. Aku berjanji tidak akan meninggalkan mu. Janji."

Rose menghela napasnya dan mengangguk pelan, "baiklah," ucap Rose.

Julia tersenyum lebar dan menghela napasnya. "Kau tahu kan, jika negara ku sangat membenci hubungan kita? Bahkan orang tua ku sangat membenci hubungan ini."

Rose POV

Rose menatap Julia yang menundukkan wajahnya. Ia menggenggam tanganya dengan erat dan mengusap punggung tangannya. Jantungnya berdebar kencang. "Aku hanya ingin... mempunyai hubungan dengan orang yang aku cintai dan membuat ku nyaman, tapi di sisi lain..." omongannya terpotong karena Rose mencium bibirnya.

Julia mendorong Rose dan menghela napasnya. Jantungnya berdetak dengan kencang. "A-apa..."

Julia menggelengkan kepalanya. "Aku menyukaimu ingin mempunyai hidup dengan mu, tapi apa kau bisa bersabar?" Rose hanya diam sambil menunggu Julia menuntaskan kalimatnya. "Aku bisa menerima mu, tapi bukan masalah keluarga ku. Aku tidak peduli jika aku sudah di anggap mati oleh seluruh keluarga ku di sana. Aku tidak peduli, yang jelas..." Julia menggenggam tangan Rose dengan erat.

"...yang jelas aku akan tetap menikahi mu walaupun tanpa restu dari mereka," ucap Julia sambil menatap mata Rose dengan tajam.

Rose yang terenyuh dengan perkataan Julia hanya diam. Ia mengusap pipinya dan tersenyum. "Apa kau akan memperkenalkan aku dengan keluarga mu yang lain?" Julia menganggukkan kepalanya.

Rose menghela napasnya kasar dan tersenyum. "Aku akan mengikuti mu sampai kapan pun." Ucapan Rose membuat Julia memeluknya dengan erat.

Rose membalas pelukan Julia dan mengusap rambutnya. "Aku akan berusaha untuk menyembuhkan luka yang belum aku sempat perbaiki." Rose melonggarkan pelukannya dan mendorong bahunya pelan.

"Apa yang membuat mu terluka?" Tanya Rose.

Julia hanya diam untuk beberapa saat. Julia mengambil napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan dari mulut. "Dulu... aku mempunyai seseorang yang aku cintai. Dia adalah orang pertama yang membuat ku nyaman, hingga..." Julia menelan salivanya.

Dadanya terasa sesak dan lidahnya susah untuk di gerakkan. "Hingga?" Rose mengangkat alisnya.

"Hi-hingga suatu hari dia meninggalkan ku dengan laki-laki lain. Awalnya, aku kira aku yang salah di situasi ini. Mungkin aku terlalu kenak-kanakan atau melakukan hal yang tidak ia sukai namun, beberapa bulan kemudian... aku tahu alasannya." Jelasnya.

"Aku rela jika aku di bunuh keluarganya, tapi baginya kata-kata itu hanya omongan belaka."

Rose mengusap-usap punggung Julia dan tersenyum. "Aku tahu kau bukan orang yang suka mengingkari janji." Julia menatapnya. "Menurut mu, kau tidak kenak-kanakan seperti apa yang dia gambarkan. Melainkan dianya saja." Julia menatap Rose.

"Benarkah?" Tanyanya.

Rose menganggukkan kepalanya sambil mengusap punggung tangan Julia dengan lembut. "Aku bisa melihat perlakuan dia kepada mu." Rose menyandarkan punggungnya. "Seorang yang suka menyakiti orang lain, dia akan menyesal di kemudian hari." Julia mengerutkan keningnya.

"Maksudnya?"

Rose mengambil toples yang ada di atas meja dan memakan nastar. "Apa kau... pernah menonton film tentang... Mr. Kim dan Ms. Han?" Julia hanya terdiam dan menatap Rose.

"Mr. Kim putus dengan Ms. Han dan beberapa tahun kemudian, mereka di pertemukan kembali. Mr. Kim, tapi Mr. Kim melihat Ms. Han berpacaran dengan dengan Mr. Jang dan mereka bahagia." Julia masih mengerutkan keningnya.

Melihat Julia yang kini menatapnya dengan kerutan di dahinya hanya memutar matanya malas. Julia hanya menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Aku... lebih suka film Ford V Ferrari. Kau harus menontonnya!" Rose menghela napasnya.

"Apa kau pernah menonton film romansa?" Tanya Rose.

Julia mengusap dagunya, "um.... jika dipikir-pikir, aku pernah menontonnya. Um.... Habibie & Ainun!" Ucapnya antusias.

"Habibie & Ainun?! Apa itu film romansa?" Julia tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Cinta mereka melukiskan sejarah di negaraku," ucap Julia sambil menggenggam tangan Rose.

"Aku ingin sekali pergi berkunjung ke negara mu, Julia. Aku benar-benar ingin ke sana." Rose menyandarkan kepalanya di pundak Julia dan menatap wajahnya dari samping. "Apa kau mempunyai tempat yang ingin kau kunjungi?" Tanya Rose.

Julia menggelengkan kepalanya. "Aku sudah hampir mengelilingi negaraku sebanyak 2 kali," ucap Julia dengan sombong.

Rose memukul kepalanya menggunakan bantal sofa dan membuat Julia tertawa kecil. Rose kembali memukul kepalanya dan Julia berhasil menangkis pukulan yang di layangkan oleh Rose. Ia tersenyum dan menindih dirinya di sofa ruang tamu.

"Aku akan melaporkan paman mu!" Julia tidak bergemi dan masih menahan kedua tangannya. Pipi Rose mulai memerah dan menghindari kontak mata Julia. "D-dasar tukang gombal!" Ucapnya dengan nada yang kaku.

"Pelafalan mu masih saja kaku." Rose menarik kerah kemeja yang di kenakan Julia dan menatapnya tajam.

"Se...karang s-siapa... y-yang... m-me...sum?" Tanyanya terbata-bata.

Julia tersenyum dan mencium keningnya. Jantung Julia berdetak dengan kencang dan ia merasakan sesuatu seperti yang ingin keluar dari perutnya. "Kau seharusnya bersyukur apa yang kau dapatkan saat ini, Julia. Ini adalah buah dari kesabaran mu." Rose mendorong leher Julia dan mereka mulai melumat.

TBC