webnovel

Chapter 12: Two of Us

Kentucky, United States of America

Julia POV

Julia menghela napasnya kasar sambil menatap gemerlap malam dari rooftop apartemen di temani oleh secangkir cokelat hangat di tangannya. Julia memutuskan untuk pergi berlibur di rumah pamannya dan menenangkan pikirannya.

"Apa kabar, Eponine?" Julia menyesap coklat panasnya sambil menatap ke depan.

"Aku merindukan mu." Julia membalikkan tubuhnya dan mendapati Rose berdiri dengan mata yang berkaca-kaca. Ia langsung memeluk erat Julia.

Julia membalas pelukan Rose dan mengusap rambut panjang cokelatnya. "Aku juga," balasnya berbisik.

Rose melepaskan pelukannya dan tersenyum. "Kembalilah," ucapnya. Julia hanya menghela napasnya kasar dan menggelengkan kepalanya. "A-apa kau sudah berfikir untuk tidak kembali ke San Fransisco? Bukannya visamu hanya bisa bekerja di sana?" Sederet pertanyaan membuat Julia hanya terdiam.

Julia membalikkan badannya menatap gedung-gedung. "Aku suka di sini, Rose. Di sini tenang. Aku suka dengan suasana kota sekaligus pedesaan," ucapnya.

Julia menengok ke belakang dan sudah mendapati Rose yang sudah menangis. Julia berjalan menghampirinya, lalu ia memeluknya. "Kau jahat!" Julia hanya tertawa kecil dan menghapus air mata yang mengalir deras.

"Aku tidak akan membiarkan mu berkuasa sendirian," Rose menepuk pundaknya dan menghela napasnya kasar. Mata mereka bertemu dan beratatap satu sama lain. "Aku sangat merindukan mu, Rose. Aku benar-benar merindukan mu," Julia mengusap pipi Rose dengan jemponya.

Angin berhembus menerpa rambutnya. Suara klakson dari mobil menjadi bagian dari momen mereka berdua. "Texas tidak jauh dengan San Fransisco," Rose menarik kerah kemeja yang di kenakan Julia.

Julia hanya tersenyum menyeringai. Ia langsung menarik tangan Rose masuk ke dalam kamarnya dan mengunci sliding door yang menghubungkan dengan balkon kamar arpatemennya.

.

.

.

.

.

.

Julia menutup pintu kamarnya sambil menenteng pastik yang berisi makanan dan minuman ringan serta 4 box pizza di tangannya. Ia berjalan menghampiri Rose yang sedang duduk di kasur yang terbalutkan dengan selimut.

"Mandilah," perintah Julia. Rose menggelengkan kepalanya. Ia berjalan menarik Julia kepelukannya dan mencium bibirnya.

"Aku ingin lagi," Julia hanya menghela napasnya kasar dan menggelengkan kepalanya.

"Kau memang buas, Rose." Julia langsung menahan tangan Rose dan menggigit lehernya. Aktivitas mereka di ganggu dengan suara deringan telpon dari handphone Rose. "Angkat telpon mu, itu dari Hansen."

Rose berdecih dan Julia duduk di sampingnya. Rose melempar handphone-nya ke dalam tempat sampah. "Nanti aku angkat," ucapnya sambil mengambil satu potong pizza peperoni.

Julia menyandarkan punggungnya di headboard dan mengambil handphone-nya. "Irene sering menelpon ku," Rose langsung merebut handpohone Julia dan mengerutkan keningnya.

"Irene terlalu bahaya untuk mu, Julia. Aku benar-benar tidak ingin kejadian waktu itu terjadi lagi," ucapnya lirih.

Julia menggenggam tangan Rose dan tersenyum. Jantungnya berdebar dan ia merasakan sesuatu yang aneh dari dalam tubuhnya. Julia melingkarkan tangannya di perut Rose dan meletakkan dagunya di pundak polosnya.

"Aku memiliki seorang tunangan yang memiliki dokter vampir cantik," Rose memukul tulang kering Julia.

Julia hanya tertawa dan mencium pipi Rose namun, ia menghindar.

"Jangan mencium ku! Cium saja dokter itu!" Rose berusaha melepaskan tangan yang melingkar di perutnya.

"Hahaha..." Julia menghela napasnya dan tersenyum. "Aku rindu menggoda mu," ungkapnya.

Rose menyandarkan punggungnya dan mendangakkan kepalanya. "Aku juga merindukan sifat mu yang membuat ku kesal." Rose mengusap pipi Julia lalu turun ke bibir.

Julia menyunggingkan senyumannya dan ia mengecup jari telunjuk dan menggenggam tangannya. Mereka kembali berciuman. Tangan kiri Julia berusaha untuk menanggalkan selimut yang melingkar di tubuhnya namun, Rose menahan tangannya.

Julia menghela napasnya kasar dan Rose kini duduk berhadapan dengannya. Tatapan mereka bertemu. Julia mengusap pipi Rose namun Rose memegang tangan Julia dan menggelengkan kepalanya. "Aku ingin... berbicara sesuatu dengan mu, Julia. Aku hanya penasaran." Rose menghela napasnya kasar. "Apa kau siap menceritakan apa yang terjadi dengan mu?"

Rose menatap mata hijau Julia. Mereka kembali berciuman. Kini Rose membiarkan Julia menanggalkan selimut yang melingkar di tubuhnya. Suara desahan Rose menjadi musik bagi Julia yang kini sedang mengecup lehernya.

Rose mendorong bahu Julia pelan dan menatap matanya sekali lagi. "Separah itu kah luka mu?" Julia hanya menganggukkan kepalanya.

Suara ketukan dari luar membuat Julia dan Rose gelagapan. "Aduh... mampus gue," gumam Julia. Julia langsung turun dari kasurnya dan melemparkan kemeja miliknya yang tergeletak di lantai.

"Julia, lo lagi nonton film apaan woy?! Gue ikut dong," suara panggilan dari luar kamar membuat Julia langsung menyalakan tvnya. "Juliani Putri!" Panggil sepupunya.

"Bentar anjir! Gue... abis makan anjir!" Julia langsung bergegas dan menatap tajam sepupunya. Rose hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya.

"Oh, lo lagi ada tamu," Julia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Gue denger kok ada suara desahan? Lo abis nonton film apaan emang?" Tanya sepupunya sambil menyipitkan matanya.

"American Pie! Udah lah, lo tau juga itu film apaan!" Julia melebarkan pintunya. Sepupunya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Awas aja melakukan hal yang gak senonoh di kamar gue. Gue masak lo jadi rendang daging serigala!" Julia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Gue mau nginep di rumahnya John." Julia menganggukkan kepalanya.

"Yaudah hati-hati." Julia ingin menutup pintunya namun, sepupunya menahan pintunya. Julia menatap tajam sepupunya yang mengadahkan tangannya ke atas. "Gak ada ongkos-ongkosan!" Sepupunya masih berdiri di depan pintu sambil menatapnya dengan malas.

"Gak kasih, gue bakalan bilang Om Andre kalo lo nonton American Pie," ancamnya. Mau tidak mau Julia mengeluarkan dompetnya dan memberinya uang 100 dollar. Senyuman sepupunya mengembang.

Julia menarik kembali dan menatapnya tajam. "Jangan bilangin kalo gue nonton American Pie pake akun Netlix bokap lo. Kalo lo ngelanggar, gue bakalan buka rahasia lo di lemari," sepupu Julia yang mendengar ancaman darinya langsung menggeram dan mengambil uang di tangannya.

"Bacot!" Julia hanya tertawa kecil lalu menutup dan mengunci pintunya.

Rose tertawa kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Kenapa?" Tanya Julia. Dia berjalan menghampiri Rose yang sedang memegang remote.

"Selera film mu buruk, Julia. Aku tidak tahu mengapa kau menyukai film tersebut." Ucap Rose.

Julia hanya menghela napasnya kasar dan duduk di samping Rose. "Aku tidak setuju." Rose menaikkan satu alisnya dan menatapnya. "Film favorit ku adalah Fast and Furious. Yang paling aku suka dari seluruh serinya adalah Hobbs and Shaw." Rose menganggukkan kepalanya.

Julia membuka kaosnya dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut. "Julia." Julia menengok ke kiri. "Apa kau ingin pergi mandi?" Julia menganggukkan kepalanya.

"Apa kau ingin membersihkan diri juga?" Rose berjalan menghampirinya dan ia mengusap bekas luka tusuk.

"Aku benar-benar ingin menerkamnya, Julia. Demi Tuhan, aku akan membunuhnya," ucap Rose.

Julia menarik Rose ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya. Ia membuka satu per satu kancing kemeja yang di kenakan oleh Rose dan menyunggingkan senyumnya. "Dokter vampir mu sudah bilang. Aku akan baik-baik saja." Julia mencium bibir Rose dan sesekali melumatnya.

Julia menarik Rose ke dalam pelukannya dan mengunci pintu kamar mandi.

TBC