webnovel

Chapter 11: Irene's Wrath (Part 2)

Julia POV

Julia mentancapkan cangkulnya ke tanah lalu ia mendangakkan kepalanya menatap Irene. "Terus hubungannya sama gue apa!?" Tanya Julia kesal.

Irene menatap Julia tajam. "Lo seorang Luna kan?!" Julia menghela napasnya dan menggelengkan kepalanya.

"Bukan, Rene! Kalo emangnya gue itu Luna lo punya bukti apa? Orang..." Irene turun ke bawah dan menatap mata Julia.

Irene terdiam. "Lanjutkan," ucapnya singkat. Julia melempar cangkul dan pipi Irene tergores.

Julia menarik pundak Irene dan menatap matanya tajam. "Gue tanya salah gue apa?!" Irene hanya diam dan tidak membalas pertanyaan Julia. "Gue gak ada salah sama lo. Okelah, gue mungkin marah gegara lo nebeng mulu tiap hari, tapi ini udah keterlaluan!" Keluhan Julia hanya di tanggapi oleh Irene dengan helaan napas.

"Kalo emang lo bukan Luna, tolong yakinin gue." Tantangnya.

Julia menganggukkan kepalanya pelan dan menatap mata Irene tajam. Hembusan angin malam menerpa rambut hitam pendek Julia. Julia menatap mata Irene tanpa berkedip. "Udah?" Irene masih diam.

Ia tidak mengeluarkan sepatah kata apa pun. Irene menghela napasnya kasar dan mengelap darah yang mengalir dari pipinya. Irene menjilat darah tersebut dan menikam perut Julia. "Kalo emang bukan orang yang gue cari, lo bakalan pingsan." Ucapnya.

Julia merasakan sakit, tapi sebisa mungkin ia tidak melakukan regenerasi di depan Irene karena wanita tersebut masih berdiri di hadapannya. Suara lolongan serigala terdengar.

Julia berusaha mengunci mulutnya rapat-rapat dan menatap Irene. Pemandangan nya mulai kabur dan kepalanya pusing. Irene mendorong masuk pisau yang masih tertancap di perutnya. "I-Irene." Irene hanya diam.

Seakan tuli, ia menarik keluar pisau yang di genggamnya dan menusuk kembali di lengannya. Lolongan serigala saling bersahutan dan Julia masih berusaha menahannya. Darah segar mengalir dari mulutnya.

"Apa yang kau lakukan sudah kelewatan, Irene." Rose mendorong Irene hingga ia terpental dan punggungnya terbentur batu hingga hancur. Lutut Julia terasa lemas sehingga ia jatuh berlutut.

Tubuh Irene bergetar karena ia kini sudah di kelilingi serigala berwarna hitam, cokelat, dan putih sedang menatapnya tajam. Julia menggenggam tangan Rose dan menggelengkan kepalanya. "Jangan." Julia terjatuh dan tidak sadarkan diri.

Irene POV

Irene membelalakkan matanya saat melihat tubuh Julia yang tergeletak di tanah dengan darah yang terus mengalir. "G-gue..." Rose menahan pundak Irene dan mengepalkan tangannya.

Ia menatap wanita di depannya dengan tajam. "Jika terjadi yang tidak aku ingin kan. Aku akan membunuh mu," ucap Rose sembari menatap Irene dengan tajam.

Irene hanya diam. Dia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun

Setelah kepergian Rose dan bala tentarannya, Irene masih terdiam. Tubuhnya basah dan kotor karena hujan yang bercampiur dengan tanah. Ia menghela napasnya kasar dan keluar dari lubang tersebut. "Irene, Irene," panggil Samuel sambil berjalan menghampirinya.

"Kamu ngapain di sini!? Di sini serem!" Samuel menatap ke sekelilingnya sambil memegang payung. Ia menatap ke tangan kanan Irene yang berlumuran dengan darah. "Kamun gapain bawa piso begini!" Samuel merebut pisau yang ada di tangan Irene dan membuangnya ke samping. Tangannya yang penuh dengan darah Samuel mengelap tangan Irene dengan sapu tangannya.

"Kenapa?" Samuel menatap Irene. "Kenapa kamu lakuin itu? Padahal aku denger kamu lagi berbuat mesum di kantor!" Samuel berusaha menenangkan Irene.

"K-kamu salah paham, Irene!" Irene tidak menggubris perkataan Samuel. Ia mendorong pria tersebut ke arah lubang yang digali oleh Julia.

"Salah paham gimana? Aku denger suara desahan dari dalam, Samuel Kang!" Suara petir bersahut-sahutan ketika Irene meninggikan suaranya.

Samuel yang sudah tidak bisa mengelak lagi ia hanya menghela napasnya. "A-aku khilaf," ucapnya dengan lirih. "Aku janji akan berubah." Samuel memegang pundak Irene dan menatap matanya.

"Khilaf? Aku hamil anak kamu. Apa itu juga khilaf?" Samuel hanya diam. Wajahnya kini sudah basah karena air hujan. Samuel menghela napasnya dan berusaha untuk menarik Irene namun, ia merasakan dirinya akan terjatuh.

Irene yang sadar Samuel berada di tepi lubang langsung mendorongnya dengan tenaga yang ia miliki. Jatuhnya Samuel membuat suara petir kembali bersahut-sahutan. Samuel yang terjatuh ke dalam lubang hanya bisa menatap Irene yang kini menatapnya dengan tajam.

Samuel bangun dan menahan sakit di seluruh tubuhnya. "Irene! Maafin aku," lagi-lagi setiap kali Samuel berucap petir kembali menyambar.

Irene tidak bergeming. Ia menatap Samuel dengan tatapan tajam. Samuel masih meneriaki namanya. Tangan Irene mengepal. "Keluar aja sendiri!" Irene berjalan menuju mobil Samuel yang terparkir di bawah bohon.

Rose POV

Rose menatap jendela dan menghela napasnya kasar. Ia merasa tidak tenang karena Julia masih di tangani oleh dokter pribadi keluarganya. Hansen dan Wolfie berjalan menghampiri Rose yang sedang duduk di kursi kebesarannya. "Julia berhasil selamat. Karena jamur yang ia makan regenrasinya akan terhambat. Sekarang tabib itu akan mengeluarkan jamur dan sisa-sisa perak yang ada di tubuhnya," ucap Wolfie.

Rose masih menatap ke arah jendela di belakangnya sambil menyesap teh. Ia menopang dagunya dan melihat petir yang menyambar di langit malam itu. Suara hujan yang bersahut-sahutan dengan petir memenuhi indera pendengaran mereka.

"Apa Julia bisa memprediksi masa depan?" Rose memutar kursinya dan menatap Wolfie yang sedang berdiri di samping Han.

Wolfie mengendikan bahunya. "Apa yang Princess Aurellia lakukan. Aku tidak pernah bertanya," balas Wolfie dengan tegas.

Rose hanya diam dan menopang dagunya. "Kemarahan Irene benar-benar membuatku terkejut." Rose menyandarkan punggungnya dan menatap jam. Suara lonceng yang menandakan sudah tengah malam membuat ia menghela napasnya.

Rose mendengar suara gemuruh yang menyambar dan membuat teh yang ada di dalamnya bergetar pelan. Suara alarm mobil dari luar bersahutan. Ia menghela napasnya kasar. "Malam ini aku yang berjaga." Rose beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar dimana orang tuanya berada.

Irene POV

Irene menghela napasnya kasar karena menatap Samuel yang masuk dengan keadaan sangat kotor dengan tanah. "Irene, maafin aku ya?" Irene masih diam. "Aku janji, kejadian dua hari yang lalu itu yang terakhir, ya?" Irene masih tidak menggubris Samuel.

Samuel hanya menghela napasnya kasar dan menggenggam tangan Irene. Irene melepaskan genggaman tangan Samuel dan melepaskan cincin yang melingkar di jari manisnya. "Antar aku pulang ke rumah lama ku!" Samuel menggelengkan kepalanya.

Irene langsung keluar dan berjalan meninggalkan Samuel seorang diri di dalam mobilnya. Irene terus berjalan tanpa mendengar panggilan Samuel.

.

.

.

.

.

.

Irene masuk ke dalam rumahnya, lalu ia mengunci pintu rumahnya. Ia menghela napasnya kasar dan melihat ke seluruh isi ruangan. Ia berjalan menuju kamar lamanya dan terlihat sosok lelaki yang berdiri di pojok ruangan. "Sudah saatnya." Irene mengangguk pelan dan menyalakan api dari tangannya.

TBC