Nampan berisi makan siang kali ini rasanya terasa begitu banyak hingga bibir mungil Seul Gi tidak menyunggingkan tanda kenikmatan sama sekali. Seperti biasa, ia makan ditemani sosok memukai yang duduk tepat diseberang meja. Sosok itu memancing banyak mata hanya untuk curi-curi pandang.
Namun tatapan itu tidak mengganggu Park Ji Min sama sekali justru ia terganggu melihat wanita didepannya sedang memberengut dan menyuap nasi kedalam mulutnya dengan sangat tidak wajar. Hanya beberapa butir yang berhasil masuk kedalam mulut itu dan disusul segelintir kimchi. Daging ataupun sayur disis lain tidak tersentuh sama sekali.
"apa kau akan menyelesaikan makan siangmu hingga besok?", gusar Jimin karena makanannya sudah habis sedari tadi.
Pertanyaan itu mendukung keluh kesah yang ada di hati Seul Gi sedari tadi. Nafsu makannya hilang sejak ia melihat bagaimana ibunya menangis tempo hari ditambah suatu kabar yang tidak menyenangkan.
"Apa kau ingin makan makanan yang lain? akan kubelikan untukmu", Jimin mengeluarkan handphonenya dari dalam saku celananya yang langsung dihentikan Seul Gi.
"Tidak perlu. Ini saja tidak habis-habis", tolak Seul Gi seraya melihat nampan makan siangnya, "aku benar-benar tidak selera. Ayo kita ke kelas saja".
Rahang Jimin mengeras, "mana mungkin! Tidak ada satu suap yang berhasil kau rapel dengan suapanmu itu. Tunggu disini", suara perhatian Jimin begitu tegas membuat Seul Gi terintimidasi dan tidak dapat melawan.
Selang berapa menit, laki-laki tampan itu membawa satu gelas susu strawberrry. Ia menaruhnya dengan galak, "kalau kau tidak minum. Tidak ada latihan hari ini", ujarnya lalu pergi, tidak ingin memperlihatkan atensinya lebih jauh karena ia masih tidak mengerti dengan perasaan dirinya sendiri.
.
Sembari menyusuri sekolah Seul Gi menyesap susu perisa strawberry yang diberikan Jimin dengan galak sembari berfikir mengenai hal yang ia khawatirkan.
Kakinya sampai diambang pintu kelas dan ia sudah mendapati Jimin duduk ditempat duduknya. Ia melongok apa yang sedang Jimin tonton, yaitu video dance practice the Eve. Seul Gi tahu bahwa Jimin sudah lancar dan sudah menguasai dance dilagu itu namun ia tidak henti-hentinya menonton video itu demi dapat mendalami ekspresinya nanti saat perform.
Hati Seul Gi berderit mengingat pilihan yang ia sendiri bingung namun ia tidak ingin melihat ibunya mengemis dan menangis dibawah bantal seperti tempo hari.
Panas hati Seul Gi membuatnya meneguhkan hatinya. Tapi ia masih belum mendapatkan bagaimana harusnya ia menghadapi Jimin.
Jimin merasakan kehadiran Seul Gi lalu ia berdiri dan menarik Seul Gi agar duduk. Ia bersimpuh disamping perempuan yang sudah menguncir rambutnya. Jimin hendak memasangkan headset ditelinga Seul Gi namun alih-alih maniknya terjerembab oleh tengkuk mulus Seul Gi yang membuat desiran darahnya menjadi deras.
Jimin melepaskan ikatan rambut Seul Gi dengan cekatan. Mata Seul Gi langsung menusuk seakan-akan bertanya.
"hmmm aku pinjam kunciran ini", ujar Jimin asal lalu ia keluar dari kelas dengan langkah besar-besar.
"HEI PARK JI MIN, KEMBALIKANNNNN", tensi darah Seul Gi naik dan ia mengejar Jimin yang sudah kabur menjauh dari kelas.
Jimin berhenti dibawah pohon rindang karena ia lelah. Tangan mungilnya meraba dada bagian kiri yang sekarang sudah berdegup benar-benar cepat. Pipinya yang seputih mochi terasa panas dan ia yakin bahwa wajahnya sudah berubah seperti udang direbus.
Mata Seul Gi menangkap sosok menyebalkan Jimin sedang duduk dengan ikat rambut yang masih ia bawa-bawa. Dengan cekatan ia lari dan menyambar kunciran itu.
"kau ini apa-apaan sih! Akukan gerah!", sembur Seul Gi lalu is kembali menguncir rambutnya didepan Jimin yang sudah tidak karuan harus melihat pemandangan Seul Gi meraih seluruh rambutnya dan mengikatnya tinggi ditambah ada beberapa peluh dibagian dahinya dan tengkuknya karena lelah mengejar Jimin yang lari secepat kilat.
Jimin berdiri dan tanpa ia sadari, tangannya menahan tangan Seul Gi yang sedang mengikat rambut.
"cukup!", kata Jimin menghentikan aktifitas Seul Gi.
Hazel Seul Gi membulat sempurna meminta penjelasan apa maksud dari perlakuan Jimin namun mulutnya terkunci karena posisi mereka yang tidak biasa.
Jimin menarik tangan Seul Gi untuk menyentuh dadanya, tangan langsing itu awalnya memberontak namun Jimin terlalu kuat hingga Seul Gi merasakan detak yang tidak biasa.
Manik Seul Gi mencari manik Jimin dengan cepat yang memang menatapnya sedari tadi.
"chaeball... Jangan membuat aku lelah lagi", bisik Jimin.
Setelah Seul Gi merasa genggaman Jimin mengendur, ia menarik tangannya, "apa sih maksudmu?".
"Jangan menguncir rambutmu didepanku. Jangan menunjukkan keringatmu didepanku dan jangan tidak makan lagi didelanku!", Setelah mengomel Jimin pergi meninggalkan Seul Gi yang masih mengerjapkan matanya dan mencerna apa maksud dari ucapan Jimin.
.
.
Mungkin ini namanya sial karena tidak memiliki sahabat dekat selalin Oennie Jin Shim dan Sunny yang sekarang hanya tertawa setelah mendengar cerita Seul Gi mengenai Jimin tadi siang.
Mereka sedang berkumpul untuk latihan menari di studio biasa dahulu Seul Gi ikut melatih gerak tubuhnya dan menghafal gerakan-gerakan sexy.
"Seul gi-a paboo!", Sunny menarik rambut Seul Gi, "Jimin pasti merasa gerah melihatmu begitu karena kau sexy dimatanya. Mungkin sebentar lagi dia bisa menciummu".
Perkataan Sunny sontak membuat Seul Gi menutup mulutnya yang belum pernah terjamah oleh lelaki manapun, "OENNIE!".
"tapi kurasa tidak hanya itu. Pasti ia menyukaimu karena ia marah saat kau tidak makan tadi siang", Oh Jin Shim memang selalu memiliki sisi romantis dalam dirinya walaupun ia sendiri tidak mempercayai itu untuk dirinya sendiri.
Seul Gi menghela nafas, "jangan mengada-ngada. Aku dan dia sangat berbeda Oennie".
"Apa maksudmu?", Jin Shim sangat tidak meyukai jika sikap tidak percaya diri Seul Gi keluar.
Kepala itu menggeleng seperti mengusir pikiran-pikiran yang tidak baik dalam otaknya, "Sudahlah. Aku hanya akan fokus pada apa yang harus aku lakukan!".
"baiklah. Ayo kita ganti baju dan makan malam", ajak Sunny yang sudah berdiri lebih dulu. Perutnya selalu terasa keroncongan sehabis menguras energi didepan kaca besar diruangan ini.
.
.
Ketiga perempuan yang sudah sangat kelelahan dan kelaparan ini mampir ke sebuah kedai ramyeon dipinggir jalan. Saat tiga mangkuk ramyeon datang dengan asap mengepul sempurna, semuanya langsung menyantap dengan semangat sembari mengobrol random things.
"wow Aku tidak menyangka Doh Hyon bisa sedewasa ini", ujar Jin Shim sembari mengeluarkan asap panas dr mulutnya.
Seul Gi pun terkekeh, "Mungkin kecelakaan Eomma ada dampak positivenya bagi dia. Tapi yaaa ... begitulah, Eomma masih belum bisa membuka toko".
Sunny dan Jin Shim mengangguk, mereka tahu jelas bagaimana keadaan Kang Seul Gi dan perempuan kecil ini membuat mereka berdua kagum karena Seul Gi selalu bersemangat untuk membantu ibunya.
"kuharap kau cepat mendapatkan part time. Maaf kami belum bisa membantu", ujar Jin Shim penuh dengan rasa sayang.
"dengan kalian mendengarkanku, aku sudah lebih bersyukur dari apapun Oennie".
Sunny paham betul karena mereka tahu betapa Seul Gi sebenarnya kesepian karena tidak memiliki teman seumuran yang dekat diumurnya yang masih belia karena reputasinya yang tidak baik.
"oh ya bagaimana kabar teman sekelasmu dahulu yang selalu menempel padamu?", tanya Sunny, ya begitulah obrolan random mereka akan menyabet apapun yang terbesit didalam otak mereka.
Seul Gi juga tidak tahu kabar Kim Nam Joon yang lumayan lama izin untuk tidak masuk sekolah. Setelah Jimin selalu berada disampingnya, dan mereka pernah bertengkar, Nam Joon memilih mundur teratur dan itu membuat Seul Gi lupa dengan eksistensi lelaki bertubuh tinggi itu.
"entahlah. Ia sedang izin tidak masuk sekolah".
"ah sudahlah, lebih baik ceritakan Park Jimin lagi", rengek Jin Shim yang selalu semangat mendengar kisah remaja mereka berdua.
Seul Gi hanya tertawa melihat Eonnie terlihat begitu semangat. Sejujurnya ia tidak ingin berharap dengan apapun apalagi dengan perasaan lelaki yang sepertinya tidak mungkin ia jangkau walaupun mereka sangat dekat. Jimin terlalu sempurna dengan segala yang ia miliki untuk perempuan penuh masalah seperti Seul Gi.
***