webnovel

Sepeda Rongsok

Refta seorang anak laki-laki dari keluarga sederhana yang berhasil lolos ke sebuah sekolah elit swasta di kotanya. Dia diumumkan di papan pengumuman sekolah dengan nilai yang terdendah di antara semua murid yang mengikuti tes secara bersamaan. Namun siapa sangka sebenarnya dia menyembunyikan kecerdasan dan kemampuan yang sebenarnya, keinginannya untuk hidup dengan bebas dan menikmati kehidupannya, membuatnya justru terjebak dalam banyak permasalahan yang dia hadapi, di samping itu dia juga di suka banyak wanita dan juga mendapat banyak sahabat. Sebuah perjalanan Refta dengan banyak kisah di dalamnya.

DM_Karim · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
380 Chs

Hari Pertama Selesai

Selesai makan siang bersama, kami berempat segera menuju keruang kelas kami, pelan-pelan kami beranjak dari tempat duduk kami, menuju ke pintu keluar kantin, suasana kantin yang semula sangat ramai, dengan cepat berubah menjadi sangat sepi.

Sampai diruang kelasku, masih terlihat semuanya mengobrol dan sangat ceria, belum terlihat masalah-masalah di wajah mereka, tanda kalau semua masih baik-baik saja, walaupun sedikit guncangan dengan kata-kata di awal kelas, namun belum benar-benar membuat hati para siswa di kelas ini benar-benar gentar.

Pelajaranpun di mulai dengan tenang, saat ibu Alixia menerangkan pelajarannya, tidak semua menyimak dengan baik, ada yang bermain dengan handphonenya, ada yang membuat gambar di kertas, ada yang sambil berbicara pelan-pelan, namun tidak ada teguran sama sekali oleh ibu Alixia, membuat sedikit penasaran, sebenarnya apa saja kriteria dalam penilaian agar kami bisa lolos sampai tahap akhir.

Bel pun berbunyi tanda pelajaran telah berakhir. "Mau pulang bersamaku Olivia" Ajakku kepada Olivia, karena dari pagi selalu Olivia yang mengajakku.

"Boleh aku ikut naik sepedamu juga?" Tanya Olivia dengan mengarahkan senyuman kepadaku

"Karena aku yang mengajakmu, tentu saja boleh jika kamu mau" Jawabku sambil menggendong tasku.

"Ayo Refta" Olivia dengan cepat mengarah ke pintu keluar kelas.

Aku dan Olivia bergegas keluar kelas dan menuju ke parkiran sepedaku, ku siapkan sepedaku, ku naiki sepedaku, lalu Olivia ikut naik bersamaku, dia duduk menyamping, benar-benar terlihat sangat anggun, dia wanita pertama yang aku boncengi, menyenangkan dan aku merasa untuk pertama kalinya jantungku terasa berdetak dengan cepat, namun diriku tetap tenang dan menggoes sepedaku dengan santai, kami berjalan pelan-pelan, karena aku baru pertama kali juga bersama dengan wanita.

Aku dan Olivia pulang bersama di hari pertama dengan mengendarai sepeda rongsokku, perjalanan terasa begitu nyaman dan tenang, alampun seakan-akan mendukung pertemuan kami berdua.

"Sepeda ini punya banyak kenangan ya untukmu, sehingga kamu memakainya ke sekolah" Tanya Olivia sambil memegang pinggulku saat aku mengayuh sepedaku.

"Sebelumnya, saat ini, dan yang akan datang akan banyak kenangan dengan sepeda ini, bahkan untukmu juga akan menjadi kenangan"Jawabku kepada Olivia

Olivia sedikit tertawa mendengar jawabanku, "Apa kamu boleh pernah dibonceng oleh laki-laki?" Tanyaku dengan sedikit penasaran.

"Pernah dan sering" Jawabnya singkat

Mendengar jawabannya aku hanya terdiam, namun dia melanjutkan kata-katanya "Ayahku dan kakakku sering memboncengiku"Jawabnya sambil tersenyum.

Kami berjalan di samping sungai, kota pinggiran memang begitu indah karena pemandangannya di dekat dengan pegunungan, dan di kelilingi sungai membuat pemandangan yang begitu menakjubkan, dan perjalanan pertamaku bersama dengan Olivia membuat kenangan tersendiri di hati kami masing-masing.

Hampir dekat dengan rumah Olivia, langit terlihat mendung, dan pelan-pelan terasa rintikan hujan turun, aku dan Olivia berteduh di halte bus, yang kebetulan tepat sekali di depan kami.

"Kita berteduh di depan dulu ya"Ajakku kepada Olivia

"Iya di depan ada Halte kita kesana dulu aja" Sambung Olivia menjawab ajakanku

Rasanya canggung dan kaku dengan keadaan yang baru saja kami alami, hanya berdua di bawah halte bus menunggu hujan.

"Apa orang tua mu tidak menjemput?" Tanya ku sedikit penasaran

"Dari kecil aku sudah di latih mandiri, Refta pun sepertinya anak yang mandiri ya" Jawab Olivia sambil melihat mataku dan memberikan tanggapan.

"Tidak selalu, kadang aku pun butuh bantuan seseorang saat melakukan sesuatu" Sedikit merendah untuk menjawab tanggapan Olivia.

"Kapan-kapan aku boleh mampir ke rumahmu?" Pinta Olivia kepadaku

"Tentu saja, itupun jika kamu ingin melihat rumah gubukku" Aku melihat kearah matanya, diapun melihat ke arah ku sambil tersenyum.

"Aku belum pernah melihatmu tersenyum, apa kamu tidak senang bersamaku Refta" Sebuah pertanyaan yang membuat jantungku sedikit berdebar untuk menjawabnya.

"Kita tidak pernah tahu seseorang senang atau tidak kepada kita hanya karena dia tersenyum atau tidak kepada kita"Aku menepis pernyatannya

"Memangnya kamu tersenyum karena kamu senang, atau karena dirimu yang memang mudah untuk tersenyum" Lanjutku membuat pertanyaan kepada Olivia.

"Ayahku mengajarkan kepadaku apapun keadaan kita harus tetap tersenyum, karena dengan senyuman kita bisa menjadi kuat, dan senyuman juga yang akan memberikan kekuatan kepada orang-orang di sekitar kita" Jawab Olivia dengan riang sambil tersenyum kepadaku.

Aku pun tersenyum mendengar jawaban darinya, hujan pun reda, dan sudah kembali tampak cerah seketika, kami melanjutkan perjalanan, ku antarkan Olivia ke rumahnya, tepat sampai depan halaman rumahnya, besar dan sangat mewah, berbanding terbalik dengan rumahku.

Olivia turun dengan perlahan, benar-benar anggun layaknya tingkah seorang putri dari sebuah kerajaan, tingkah laku karisma dan keanggunannya membuat siapapun akan mudah terpesona, hanya saja terkadang kata-katanya terlalu polos dan sangat jujur, apalagi dalam sehari dia bisa menyakiti orang saat mengatakan sesuatu, untungnya dia berkata kepadaku, dan aku memang sangat cuek untuk kata-kata yang menyakiti telinga.

"Terima kasih Refta" Kata-kata yang sangat lembut dan tulus keluar dari ucapannya, membuatku benar-benar terpesona saat itu.

"Tidak perlu sungkan, lagi pula ini baru awalan" Jawabku kepada Olivia.

"Apa kamu mau mampir?" Tanya Olivia, sambil memegang pundakku.

"Lain kali aku akan mampir" Jawabku kepada Olivia

"Olivia" Panggilku sebelum dia akan memasuki pagarnya

"Ada apa Refta" Sambil membalikkan badannya dengan cepat, rambutnya pun terkena hembusan angin, saat dia membalikkan badannya dengan cepat.

"Kenapa Matahari harus tenggelam di hari yang sempurna" Kata-kata yang tidak sadar aku keluarkan saat itu juga.

Tersenyum Olivia mendengarnya, lalu dia melambaikan tangannya kepadaku "Sampai jumpa besok Refta"

Aku pun melanjutkan perjalanan kearah rumahku, masih terbayang sejenak indahnya pulang bersama-sama dengan Olivia, membuat kesan yang indah di hari pertama sekolahku, bertemu dengannya dipagi hari, disapa dan disambut dengan senyuman yang sangat hangat membuat ku benar-benar senang berada di satu sekolah dengannya.

Lalu saat masuk kedalam kelas penuh dengan anak-anak yang ceria, penuh semangat dan juga benar-benar punya motivasi dan kepercayaan diri yang tinggi, meskipun hanya berada di kelas terbawah, meskipun tidak terlihat menonjol, dan meskipun dengan aturan yang ketat sekalipun, semuanya tampak yakin dan mampu untuk melewatinya.

Kepercayaan diri, motivasi, keinginan yang kuat sebuah jawaban yang terdengar dalam hatiku saat berada disini, bagaimana didepan nanti, atau apa yang pernah terjadi dibelakang, aku pun tidak tahu, yang aku tahu saat ini menikmati semua kebebasan yang aku miliki, menikmati setiap kejadian, dan menikmati semua pemberian yang diberikan, serta menjaga titipan yang ada padaku, itulah yang akan aku lakukan saat ini.

Hari pertama ku tutup dengan senyuman yang indah dan kedepan nanti akan seperti apa, itulah misteri yang akan ku hadapi nantinya.