Ayu mengehala napas lega karena berhasil mengelabui orang-orang terdekatnya. Niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya sudah terpatri kuat.
KREK~~~
Pintu ruangan Om Satya terbuka setengah, menyembulkan sosok cantik di baliknya, Suci Indah Ayu.
Terkejut? Tentu itulah yang dirasakan Om Satya saat ini, pria paru baya itu berpikir bahwa niat Ayu hanya bertahan semalaman. Namun dia salah, kedatangan Ayu pagi ini seakan mempertegaskan niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya.
"Kamu masih mau mendonorkan ginjalmu untuk pasien yang bernama Firman Afif itu?" Ayu tahu dan sangat memahami maksud dari pertanyaan Om Satya, apalagi jika bukan untuk membatalkan niat Ayu melakukan tindak mulia tersebut.
"Kamu harus dapat persetujuan Mama dan Papamu untuk mendonorkan ginjalmu, Nak," ucap Om Satya saat melihat anggukan kepala Ayu. Kenapa susah sekali untuk membujuk Ayu agar mau mengurungkan niatnya.
"Aku ini wanita bersuami, Om! Papa sudah mengalihkan tanggungnya pada suamiku," jelas Ayu dengan nada yang sedikit meninggi dari sebelumnya.
"Suamimu mendukungmu?" tanya Om Satya dengan tatapan penuh selidik. Kemudian di jawab dengan gerakan kepala naik turun oleh Ayu.
Om Satya menyerah, mungkin memang saat ini dia takdirkan untuk mewujudkan keinginan Ayu. Om Satya mulai menjelaskan lebih jauh tentang Transplantasi Ginjal pada Ayu.
Donor ginjal merupakan salah satu solusi untuk membantu mengatasi pasien gagal ginjal. Meski mulia dan dapat menyelamatkan nyawa, tindakan ini bukan tanpa risiko.
Efek samping dari transplantasi ginjal antara lain Nyeri, Infeksi pada area operasi, Pneumonia, Hernia, Kehilangan darah dan yang paling fatal adalah Kematian.
Meskipun harus bertaruh nyawa, Ayu tidak akan mundur apalagi sampai menyerah. Firman harus sembuh, mereka harus berkumpul sebagai keluarga utuh nan bahagia. Ayu tak melakukan ini sepenuhnya untu kesembuhan Firman, tapi juga untuk Zaskia yang membutuhkan figur sosok ayah di hidupnya.
Hal pertama yang perlu dilakukan saat hendak menjadi pendonor ginjal adalah menilai kecocokan ginjal Anda dengan calon penerima ginjal. Pemeriksaan ini akan dilakukan oleh tim medis di rumah sakit yang akan melakukan operasi donor ginjal.
Kecocokan ginjal dapat diketahui dari tes darah, baik tes golongan darah, tes silang darah, dan jika diperlukan, tes HLA untuk mengetahui kecocokan sel induk penerima dan pendonor ginjal.
Pemeriksaan golongan darah dilakukan menggunakan sistem A, B, AB dan O. Resipien dan donor harus memiliki golongan darah yang sama atau kompatibel, yaitu:
•Apabila resipien memiliki Golongan Darah A, maka golongan darah Donor harus A atau O
•Apabila resipien memiliki Golongan Darah B, maka golongan darah Donor harus B atau O
•Apabila resipien memiliki Golongan Darah O, maka golongan darah Donor harus O
•Apabila resipien memiliki Golongan Darah AB, maka golongan darah Donor dapat berasal dari seluruh golongan darah (A,B, AB atau O)
Apabila resipien menerima donor ginjal yang tidak sesuai, maka tubuh penerima akan mengenali ginjal tersebut sebagai benda asing dan merusaknya.
Tes berikutnya adalah pemeriksaan Human Leukocyte Antigen (HLA) dari darah untuk mengenali jenis tipe jaringan baik dari pendonor maupun dari resipien. Antigen sebagai marker dapat ditemui di berbagai sel tubuh yang membedakan tiap-tiap orang secara unik. Marker ini diturunkan dari kedua orang tua. Untuk dapat menerima ginjal yang diberikan, maka antara marker resipien dengan marker donor harus memiliki tingkat kesamaan yang tinggi (perfect match).
Transplantasi dengan tingkat kesamaan yang tinggi akan memberikan hasil yang lebih baik selama beberapa tahun ke depan. Tingkat kecocokan yang baik biasa ditemui pada pendonor yang masih merupakan kerabat dekat resipien.
Antibodi akan terbentuk pada saat terjadi infeksi, kehamilan, transfusi darah, hingga proses transplantasi. Apabila terdapat antibodi terhadap ginjal donor, maka tubuh resipien akan menghancurkan ginjal tersebut. Oleh sebab itu, uji silang (crossmatch) harus dilakukan untuk memastikan resipien dapat menerima ginjal donor dengan baik.
Pengujian dilakukan dengan mencampurkan darah dari resipien dengan sel jaringan dari donor. Apabila uji silang positif, berarti resipien memiliki antibodi terhadap donor. Sebaliknya, jika hasil uji silang negatif berarti resipien tidak memiliki antibodi terhadap donor dan dapat menerima ginjal donor. Uji silang ini dilakukan selama beberapa kali pada tahap persiapan transplantasi, dan uji terakhir harus dilakukan dalam waktu 48 jam sebelum transplantasi dilakukan.
Pemeriksaan serologi dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi virus HIV, hepatitis, dan cytomegalovirus (CMV) agar dapat diberikan terapi pencegahan yang tepat setelah dilakukan transplantasi. Pemeriksaan ini dilakukan pada semua donor, guna mencegah terjadinya penularan ke resipien.
Hal pertama yang perlu dilakukan saat hendak menjadi pendonor ginjal adalah menilai kecocokan ginjal Anda dengan calon penerima ginjal. Pemeriksaan ini akan dilakukan oleh tim medis di rumah sakit yang akan melakukan operasi donor ginjal.
Kecocokan ginjal dapat diketahui dari tes darah, baik tes golongan darah, tes silang darah, dan jika diperlukan, tes HLA untuk mengetahui kecocokan sel induk penerima dan pendonor ginjal.
Calon pendonor ginjal juga harus dalam kondisi fisik yang sehat, mental yang baik, dan berat badan yang ideal. Selain itu, orang yang hendak menjadi pendonor ginjal tidak boleh memiliki gangguan ginjal atau kondisi kesehatan lain yang berisiko menyebabkan penyakit ginjal, misalnya diabetes dan hipertensi.
Meski demikian, penderita diabetes dan hipertensi masih memungkinkan untuk mendonorkan ginjalnya, bila kadar gula darah dan tekanan darahnya terkontrol dengan baik.
Seorang pendonor ginjal juga sebaiknya tidak menderita penyakit lain, seperti penyakit kardiovaskular, penyakit paru, gangguan pembekuan darah, kanker, dan HIV/AIDS.
Sebelum donor ginjal dilakukan, dokter akan melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh untuk memastikan bahwa tindakan ini tidak akan membahayakan kesehatan pendonor dan penerima.
Jika hasil pemeriksaan menyatakan bahwa ginjal pendonor sehat dan cocok dengan penerima donor ginjal, serta kondisi kesehatan pendonor baik secara keseluruhan, operasi transplantasi ginjal pun dapat dilakukan.
Ayu mendengar penjelasan Om Satya dengan sangat teliti dan tanpa menyela sedikipun. Untuk terakhir kalinya Om Satya menanyakan apakah Ayu sungguh-sungguh ingin menjadi pendonor dan jawabannya tetaplah iya.
Seharusnya Om Satya menyadari dari awal bahwa wanita di hadapannya ini adalah anak yang mewarisi tabiat keras kepala sang Papa, Galih Surya Atmadja.
Ayu akan memegang teguh pendiriannya, sekali dia berujur A maka selamanya akan tetap A tidak akan berubah menjadi B apalagi sampai Z.
Om Satya mengantarkan Ayu ke ruangan Dokter Riyan untuk menjalankan rangkaian pemeriksaan yang sebelumnya telah dijalankan oleh Om Satya.
Tiga jam menjalani rangkaian pemeriksaan tidaklah melegakan hati wanita berparas Ayu sebab dia harus menunggu lagi sampai awal pekan, karena hasil pemeriksaan akan keluar tiga hari ke depan.
Dering ponsel Ayu mengalihkan atensinya. Keningnya tercetak dalam kala melihat siapa yang menelponnya. Kabar apalagi yang akan dia dengar kali ini.
Bersambung...