Bonita menatap pria dengan wajah dingin di depannya dengan canggung. Hatinya tenggelam, dan dia merasakan kekosongan yang tak terlukiskan.
Mata itu terlihat seperti jurang maut yang akan menelannya ke dalam kegelapan, tanpa gejolak emosi.
Tatapan itu membuat Bonita percaya diri untuk pertama kalinya bahwa dia mungkin benar-benar tidak dapat menangkap hati pria dingin ini.
Keluarga Soekamto tidak berbicara, tetapi mereka saling melirik. Mata mereka penuh ironi saat menatap sosok Bonita yang berdiri dengan canggung.
Alia merasa sedikit pusing, dan dia ingin menyuruh Handoko selesai meminum secangkir teh ini dengan cepat, keluar, dan berhenti duduk di rumahnya sendiri seperti tuan rumah laki-laki.
Setiap orang memiliki kekhawatiran mereka sendiri, dan ruangan itu menjadi hening sejenak. Tapi Thalia tiba-tiba berteriak.
"Ya Tuhan, Kendra! ada apa denganmu!? Mengapa begitu banyak bintik merah tiba-tiba tumbuh di tubuhmu!?"
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com