webnovel

Sekretaris Willona

Willona Adara Paramadhita—perempuan cantik bertalenta dengan otak cerdas. Ia harus mendapati perusahaan keluarganya bangkrut dan memaksa dirinya untuk menjadi seorang sekretaris dari Kenan Argadinatha—Argants Contructions Corporation. Sudah dua tahun lamanya Willona menjadi sekretaris Kenan menghadapi sikap dingin, angkuh, dan tak berperikemanusiaan memberinya lembur setiap malam. Lalu apa yang membuat Willona bertahan? Gaji besar! Jelas. Orang buta pun tahu jika seorang Kenan tak akan memberi gaji kecil kepada siapa pun yang berada di lingkup kerjanya. Dan hal inilah yang membuat Willona bertahan hingga detik ini. Namun, suatu malam mengubah segalanya. Willona harus menghadapi pernikahan mendadak dari keluarganya hanya karena sebuah janji. Terpaksa, hanya itulah kata keluar dari mulutnya untuk mengiyakan. Willona tidak menyangka seseorang yang telah menjadi suaminya adalah bossnya sendiri. Dan hal itu yang membuat Willona membrontak dalam hati karena mendapati Kenan bukanlah lelaki single. Dia mempunyai kekasih. Lalu, apa yang akan dilakukan Willona? Memilih bercerai atau tetap mempertahan pernikahan dengan menahan sesak di hati?

SenyaSSM · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
18 Chs

Pernikahan Mantan Laknat

"Tetaplah bersikap biasa. Jangan perlihatkan keterkejutanmu," bisik Kenan, "aku tau dia kekasihmu bukan?"

Willona meneguk kasar ludahnya, pandangan Willona melemas. Ia menoleh pada Kenan tanpa membuka mulut.

Bahkan kedua kaki Willona terasa sulit digerakan, jika Kenan tidak menahan pinggang ramping Willona.

Rencana Tuhan apa ini? Kenapa dada Willona sangat sakit?

Bak petir di siang bolong, apa yang Willona lihat seakan semu. Seluruh senyum dan tawa yang ia dengar dari kejauhan seakan hanya bunga tidur yang mengacaukan mimpi-mimpi indah yang telah disimpan rapat.

Willona menoleh kembali ke arah Kenan kemudian mengangguk berat, meski Willona sangat terkejut atas pengkhianatan Jerry, tapi apa bedanya dengan dirinya?

Untuk saat ini jangan menangis, Willona menguatkan dirinya sendiri.

Kepercayaan yang telah Willona berikan kepada kekasihnya begitu saja menguar, berakhir dengan kekecewaan yang luar biasa. Padahal Willona sudah menjaga mahkotanya hanya untuk Jerry.

Akan tetapi, apa yang Willona dengar? Pernikahan ini dilaksanakan secara mendadak karena keponakan Kenan hamil. Ini artinya Jerry sudah menyelingkuhi dirinya cukup lama? Atau justru Willonalah yang menjadi pelakor?

"Selamat atas pernikahanmu, Tania." Kenan menjulurkan tangan di depan wanita cantik yang tersenyum hangat menyambut jabatan tangan sang tamu istimewa, Kenan.

Willona berjengit saat mendengar suara Kenan. Tanpa sadar lelaki itu telah membawanya mendekat dengan pemilik acara malam ini.

Jantung Willona berdetak tak beraturan. Air matanya hampir saja jatuh, beruntung ekor matanya melirik lengan tangan kekar yang kembali melingkar di pinggang Willona, dengan seperti ini Kenan seakan berkata jika Willona tak datang seorang diri.

"Terima kasih, Paman. Aku sangat senang kamu bisa datang. Aku tau betapa sibuknya kamu mengurus perusahaan. Aku pikir kedatangan kamu kali ini hanya sebuah mimpi saja," ucapnya bercanda, dan hanya dibalas Kenan dengan senyum simpul.

Tania menoleh ke arah lelaki yang berdiri tepat di sampingnya dengan pakaian pengantin yang sama dengan dirinya.

"Paman, ini suamiku ... Jerry. Sayang, perkenalkan ini pamanku Ke—"

"Tidak perlu Tania. Aku sangat mengenal Pak Kenan, dia Boss di perusahaan aku bekerja," sahut Jerry cepat seraya melirik ke arah wanita cantik di samping Kenan.

Tania mengangguk-angguk paham mendengar perkataan suaminya. Tatapan Tania tiba-tiba juga teralih pada sosok cantik dengan setengah senyum, sedang menunduk.

Kedua alis Tania bertaut dengan kening berkerut ketika melihat wanita yang dibawa sang paman, terlihat tak asing.

'Aku harus bagaimana sekarang?' batin Willona kebingungan mengatur hatinya, apalagi ekspresi di wajahnya agar terlihat bahagia di sela hatinya yang potek.

Seharusnya Willona tak mempercayai segala perkataan Jerry siang tadi yang mengatakan jika dia menghilang hampir satu minggu lebih karena mengurus acara keluarga.

Akan tetapi, apa yang Willona lihat sekarang?

Acara keluarga yang berbalut gaun pengantin, dengan Jerry memakai jas putih rapi? C'mon Willona tidak buta.

'Jerry, pria sepertimu seharusnya tidak ada di dunia ini! Dasar brengsek!' umpat Willona dalam hati pilunya.

"Siapa wanita cantik di samping Paman? Apa dia sekretarismu yang selalu kamu bawa itu?" tanya Tania penasaran yang membuat Kenan menoleh ke samping, sedikit menunduk lantas menautkan jari mereka mesra.

Kecupan mesra tak lupa Kenan berikan pada pucuk kepala Willona sebagai penambah tanda kepemilikan sang penguasa raja bisnis itu. Sekaligus mengatakan pada lelaki yang berada di depannya, bahwa dia tak pantas disebut sebagi seorang lelaki.

"Dia istriku. Kau pasti sudah mendengar dari kedua orang tuamu bukan? Maaf, aku hanya bisa mengundang mereka," jawab Kenan dengan bangga mendeklarasikan Willona sebagai miliknya di hadapan lelaki tak berguna seperti Jerry.

'I-istri? Willona istri Pak Kenan? Apa aku tidak salah dengar, tapi sejak kapan?' batin Jerry tercengang. Beribu-ribu pertanyaan menyerang benak Jerry.

Jerry hampir terhuyung ke belakang saat mendengar status Willona yang tak pernah ia sangka. Bahkan melebihi dirinya, ini luar biasa!

"Kamu kenapa Sayang? Kamu kelelahan?" Tania menoleh pada sang suami, ia sangat cemas dengan keadaan suaminya. Tania sejenak melupakan jawaban dari Kenan.

"Katakan sesuatu, apa aku harus memanggil pengawal untuk mengantarmu ke kamar dulu?" imbuhnya penuh perhatian.

Tania sangat memaklumi kondisi sang suami tanpa curiga apa pun, sebab mereka berdua telah menghadapi tamu yang begitu banyak. Dan mungkin juga kondisi kesehatan suaminya terganggu.

Namun mendadak, Jerry menggeleng dengan senyum getirnya saat menerima pelukan dari Tania.

"Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit pusing."

"Kamu yakin, Sayang? Ayo kita ke kamar kalau kamu masih pusing," paksa Tania seraya menarik tangan sang suami, tapi Jerry menahannya.

"Tidak perlu, sebentar lagi acaranya juga sudah selesai." Tambah Jerry kembali, menolak.

Tania akhirnya mengangguk sedikit lega dengan jawaban suaminya. Ia pun kembali mengarahkan pandangan ramah pada Willona.

"Hai, namamu siapa? Kamu sangat cantik sekali, pantas saja Paman memilihmu. Terkadang aku sulit untuk mempercayai matanya, dia selalu berkencan dengan banyak wanita."

"Maaf bukan aku membuatmu kesal, tapi aku sangat senang sekarang Paman sudah menemukan wanita yang tepat," sambungnya.

Willona begitu tertegun melihat ketulusan Tania, kelembutan wanita di depannya sangat terasa oleh Willona. Ia bahkan tak sampai hati mengatakan jika suami yang berdiri di samping Tania, juga kekasih Willona.

"Saya Willona. Panggil saja Willona, Nona Tania. Saya juga merupakan sekretaris Mas Kenan," balas Willona seraya membalas jabatan tangan Tania.

"Baiklah, Willona. Kamu juga harus memanggilku Tania saja. Aku akan lebih banyak mengunjungimu sekarang, aku bisa bercerita banyak hal denganmu," katanya sekali lagi penuh antusias.

Willona mengulas senyum simpul semakin canggung. Ia berharap pertemuan ini adalah pertemuan terakhir bagi dirinya. Ia sungguh tak ingin melihat Jerry dan Tania. Hatinya sakit meski senyum bisa ia toreh di sana.

"Baiklah, Ta-Tania. Semoga kita bisa berteman baik."

"Tentu, Willona."

Willona mengangguk, ia menoleh perlahan ke arah Jerry. Tatapan penuh arti mereka berdua melebur menjadi satu. Ada ungkapan kecewa dari keduanya mendapati kebohongan mereka terbongkar secara bersamaan di acara sesakral ini.

Acara yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka berdua, Willona dan Jerry. Tapi, justru membuat Willona dan Jerry merasa sama-sama merasakan sesak di dada.

"Tuan Jerry ... selamat atas pernikahannya. Maaf aku dan suamiku datang terlambat," ujar Willona sekuat tenaga, meski lidahnya begitu kelu ntuk mengeluarkan kalimat itu.

Jerry hanya mengangguk seraya memperlihatkan senyum kebohongannya, tanpa mengatakan balasan apa pun.

Willona terkejut dengan kecupan basah di pipi kanannya, ia menoleh dan seketika melihat Kenan yang tersenyum tampan, kembali mendalamkan ciuman singkat di bibirnya.

Ini gila, kenapa Pak Kenan melakukan ini pada Willona? Mau Willona jantungan di tempat?

"Sepertinya Tuan Jerry tidak perlu menjadi karyawanku lagi. Bukankah Keponakanku telah memberikan perusahaan untuk Tuan Jerry, benar?"

Kenyataan yang baru dikatakan Kenan begitu menghantam relung hati Willona paling terdalam.

Bagaimana mungkin Jerry yang ia kenal tak pernah memandang harta kekayaan, sekarang menjadi serakah?

"Benarkah itu Tuan Jerry?" timpal Willona ikut ingin tahu.