webnovel

Dilema

"Bisakah kau jelaskan apa maksudnya?" tanya pria bertopeng itu dengan terkekeh.

Gladis langsung menjelaskan bahwa hidup mempunyai banyak rintangan dan halangan sudah pasti banyak luka kecewa, dan juga sedih yang dirasakan. "Bukankah itu maksud anda? Mungkin tebakanku benar?" tanyanya melirik pria itu.

Namun, pria tampan itu menatapnya dengan tatapan yang serius ke arah Gladis seraya dengan senyuman yang mengembang di sudut bibirnya. "Aku tidak menyangka ternyata kalian memiliki seorang gadis yang cantik dan juga memiliki otak yang sangat pintar! Sungguh hal itu membuatku sangat begitu tertarik," ucapnya seraya terus menguji Gladis

"Jika aku boleh tahu siapa namamu?" tanya pria itu sangat penasaran.

"Namaku adalah Gladis," jawab gadis meliriknya.

Dia langsung kemerdekaan tiba-tiba duduk di kursinya sebuah kursi besi, dia menekan tombol tersebut seraya mengucapkan selamat tinggal. Tidak lama kemudian, ruangan kerja itu terbuka dan pria bertopeng tersebut menghilang turun ke bawah hingga membuat semua orang terpelongo kaget melihatnya.

"Tidak mungkin, bagaimana dia pergi secepat itu? Apa yang harus kita lakukan dan kita akan mencarinya di mana Pak?" tanya Reno dan Boy secara bersamaan.

Daniel dan Gladis saling beradu pandang satu sama lain. Mereka menggeleng tak percaya karena melihat pria itu yang begitu pintar dengan alat yang begitu canggih hingga dia bisa pergi tanpa diketahui ke mana pria itu berada. Bagaimana dia bisa pergi secepat kilat seperti itu, sungguh tak disangka ternyata penjahat kali ini adalah seorang pria yang begitu pintar dan langsung menginjak ke arah tempat duduk pria tadi dan terlihat memang ada sebuah bukti di sana sudah pasti ini ada tombol yang bisa ditekan tidak mungkin dia bisa produk masuk ke dalam ruangan bawah tanah.

Gladis menelan salivanya karena mendapat kesempatan bisa menyelamatkan rekan kerjanya selama dua kali ini, tetapi ada suatu hal yang sangat dikhawatirkan oleh seorang gadis itu. Entah apa saat ini ada di dalam pikirannya hingga membuat Gladis langsung pergi tanpa berpamitan lebih dulu.

Daniel yang melihatnya pun mengernyitkan dahinya, dia mendekatinya dan langsung menarik tangan Gladis dan menanyakan apa gadis itu baik-baik saja atau tidak karena terlihat jelas bahwa raut wajah gadis itu sangat cemas, seperti ada sesuatu hal yang disembuyikannya.

"Apa yang menganggu pikiranmu, Dis?" tanya pria tampan itu.

Gladis langsung menoleh ke sumber suara dan menanggapi pertanyaan Daniel. Terus menarik nafasnya dalam-dalam, gadis itu tidak lupa menatap Daniel dan memberitahu apa yang sebenarnya terjadi dan mengusik pikirannya saat ini.

Di situ Gladis merasa aneh dengan pria bertopeng itu, dia merasa pria itu terus saja memperhatikan sejak tadi namun ketakutan di dalam hati mulai muncul ketika pria bertopeng itu membisikkan sesuatu hal padanya.

"Apa yang dia katakan?" tanya Daniel sangat penasaran sekali.

Tidak ingin merasa penasaran, pria tampan itu menunggu jawaban Gladis dan ternyata pria bertopeng itu menginginkan Gladis. "Apa maksudmu, Dis? Apa yang dia inginkan?" tanya Daniel mulai penasaran.

"Aku ingin sekali bertemu pria itu dan membongkar siapa dia sebenarnya," jawab Gladis mulai geram.

Berulang kali, Daniel meminta Gladis untuk tidak memerdulikan apa yang dikatakan pria bertopeng itu hingga memintanya pergi dengannya namun Gladis tetap bersikeras untuk pergk menemui pria itu karena dia yakin sekali bahwa ada jebakan yang akan dilakukan pria bertopeng itu.

"Tidak! Aku tidak bisa membiarkanmu dalam bahaya," ulasny melarang rencana Gladis untuk pergi menemui pria bertopeng itu.

"Tetapi jika aku tidak pergi, mau sampai kapan kita akan menangkap pria itu, Pak," sambungnya berkomentar.

"Namun aku tidak bisa membiarkanmu dalam bahaya," sela Daniel dengan tatapan yang serius.

Berjalan mendekati gadis itu smabil emmegang ekdua bahunya, Daniel menyakinkan Gladis dan mengatakan bahwa saat ini pria itu sudah menemukan cara yang paling jitu untuk menangkapnya.

Sontak saja hal itu membuat Gladis menoleh dan tidak disangka ternyata selama ini Daniel tengah menyusun sebuah rencana besar, entah apa itu namun Gladis ingin tahu sekali apa yang tengah ada di pikiran Daniel.

"Sebenarnya apa yang tengah Bapak rencanakan?" tanya Gladis meliriknya.

Pria tampan itu tersenyum sambil menarik tangan Gladis dan membisikkan sesuatu hal padanya sehingga membuat mata Gladis membulat sempurna. Gadis itu mengernyitkan dahinya dan tidak menyangka bila sang atasan ternyata memiliki sebuah ide yang sesempurna itu.

"Bila Bapak ingin, aku bisa memancing kedatangannya," tawar Gladis ingin sekali ikut campur dalam rencana Daniel.

Tentu saja pria tampan itu langsung saja menggelengkan kepalanya karena Daniel memang tidak ingin Gladis ikut dalam rencananya karena Gladis adalah seorang perempuan jadi Daniel tidak ingin sampai gadis itu dalam bahaya.

"Tapi, Pak! Aku juga ingin ikit campur, aku akan baik-baik saja kok," ketusnya tak senang.

"Tidak, Dis! Aku hanya ingin kau menunggu di luar dan terus memantai situasi karena kami akan bergerak nanti malam," sambungnya tetap menolak bila Gladis ingin ikut memancing kedatangan pria bertopeng itu.

Tidak disangka, Gladis tetap bersikeras ingin ikut dan hampir saja berseteru dengan Daniel. Namun, pria itu tetap bersekukuh untuk melarang Gladis karena dia tahi bahwa posisi anak buahnya itu sedang terancam ditambah lagi pria bertopeng itu menginginkan Gladis.

"Maafkan aku, Dis! Aku harap kau mau mengikuti perintahku ini karena bagaimana pun aku ini adalah atasanmu," tegasnya langsung saja beranjak pergi.

Namun, Gladis yang tidak terima langsung protes dan meminta Daniel bersikap adil karena bagaimana pun Gladis adalah anak buahnya jadi sudah pasti dia akan ikit dalam rencana ketua tim.

"Lalu apa gunanya aku masuk di tim Bapak, jika Bapak saja melarangku?"

Gladis merasa tak suka, melihat Daniel yang sedikit pilih kasih sehingga membuat gadis itu sangat geram karena sikap Danie yang terlihat sampai dengan apa yang dikatakan Daniel tadi padanya.

Bukan hanya itu saja, Gladis juga sedikit mengancam Daniel agar mendukung keputusannya itu. "Please!! Aku ikut, Pak! Anda tidak bisa tidak membawaku dan aku mohon jangan pandang karena aku seorang gadis." Gladis mulai berkomentar karena dia merasa Daniel memang tidak adil padanya.

Saat ini yang Gladis lakukan hanyalah ingin menangkap pria bertopeng itu karena kalau tidak ditangkap, dia yakin sekali pasti akan banyak korban yang berjatuhan. Bahkan bisa saja tim mereka akan dibubarkan kembali karena kesalahan Daniel.

"Aku juga tidak ingin tim kita dibubarkan lagi," ketusnya langsung menatap wajah Daniel.

Daniel semakin dilema karena Gladis yang terus-menerus memaksanya untuk ikut dalam rencananya yang sangat ekstreme ini namun pria tampan itu sangat bimbang dengan keselamatannya disebabkan Gladis adalah seseorang amanah untuknya jadi keselamatan Gladis adalah hal paling nomor satu.