"Jadi? Apa yang terjadi?" Zeus menatap satu persatu sosok yang berada dalam satu ruangan bersamanya, Arsen, Anna, Mirai, Apollo, Athena, dan Ares.
"Arsen mencampakkan cinta Anna dan membuat gadis itu menangis," jawab Apollo cepat.
"Lalu? Ada lagi?"
"Arsen menyembunyikan tombakku di tempat tinggal para siren," Athena segera menyahut.
Brakk
Pintu ruangan di buka secara kasar, menampakkan sosok Medusa dengan tubuh setengah ularnya, "Dan dia memotong rambutku,"
"Dia melepaskan banteng anda tempo hari," Apollo mengingatkan, "Dia tidak termaafkan,"
Ares tersenyum penuh kebanggaan, menepuk bahu Arsen beberapa kali, "Ah aku bangga sekali padamu,"
"Aku bahkan tidak tahu apa hukuman yang pantas di berikan kepadanya," ayah dari para dewa itu hanya memijat pangkal hidungnya yang berdenyut nyeri, "Ah, aku akan mengirimu kembali ke dunia manusia,"
"APA?!" Arsen menegang dadanya dramatis, mirip sekali dengan seseorang yang terkena serangan jantung, "Bagaimana bisa? Ini tidak adil! Aku butuh keadilan!"
"Ah masih kurang, temukan dua demigod yang hilang,"
Hanya sebuah kalimat dengan 8 kata di dalamnya, namun sukses membuat beberapa pasang mata di sana melotot kaget.
"Tunggu, demigod yang hilang?" Athena menatap Zeus tidak percaya, "Putriku? Dan putra Dewa Hermes?"
"Ya," Zeus mengangguk singkat.
"Ayah, tolong kembalikan aku ke dalam kandungan," gumam Arsen frustasi, "Aku cukup lelah dengan dunia manusia,"
"Kau menghabiskan masa kecilmu di dunia manusia Arsen," Zeus menatap pemuda itu datar, "Ini hanya hukuman untuk Anna, Medusa, dan Athena, kau ingin aku menambahkan hukuman karena banteng-bantengku yang kabur tempo hari?"
Sang demigod hanya tersenyum manis hingga matanya menyipit, mengibaskan kedua tangannya sembari menggelengkan kepala, "Sudah cukup dewa, dua tugas itu cukup membuat saya frustasi, tidak lagi,"
"Baik, kemasi barang-barangmu sekarang,"
"Tunggu, berapa lama aku akan berada di dunia manusia?"
"Hingga tugasmu selesai," acuh Zeus.
Athena dan Apollo tersenyum penuh kebanggaan dan kemenangan.
"Akhirnya demigod akademi akan kembali tenang tanpa Arsen,"
"Kau puas Anna?"
"Tentu,"
***
"Mamaa," pekik Arsen, memeluk erat tubuh Airin.
Airin tersenyum hangat, membalas pelukan pemuda itu, "Arsen, apa yang kau lakukan di sini nak?"
"Dewa Zeus mengirimku kembali ke dunia manusia, dan memberiku beberapa tugas," jawab Arsen sedih.
"Kau berulah lagi hm?"
"Ya begitulah," sang anak hanya mendesah frustasi, "Dewa Zeus sangat kejam,"
"Aku tau," Airin terkekeh kecil, "Mandilah, mama akan membuat makanan kesukaanmu,"
Arsen melompat senang, reflek kembali memeluk ibu asuhnya itu, "Aku menyayangimu ibu, ngomong-ngomong, di mana Kate dan papa?"
"Papa di kantor dan Kate, dia sekolah," jawab Airin, "Cepatlah mandi, kau bisa menggunakan kamarmu,"
"Kamarku masih ada?"
"Tentu saja, untuk berjaga-jaga jika kau akan menginap, dan benar saja,"
"Ibu memang yang terbaik," Arsen memekik senang, segera berlari menuju kamarnya.
"Akhirnya aku kembali ke tempat favoritku," pemuda itu segera membanting tubuhnya, masih dengan senyum lebar, Arsen memejamkan matanya sejenak.
"Ah aku sangat merindukan ranjangku,"
"Arsen,"
"Ayolah ibu, belum sehari aku pergi dan suaramu sudah terngiang-ngiang di kepalaku,"
"Arsen buka matamu,"
"Tidak mau, aku sedang menikmati waktuku bersama ranjang kesayanganku,"
"Arsen bangun atau kuubah kau menjadi kodok,"
Arsen buru-buru membuka matanya dan mendapati Dewi Aphrodite tengah berkacak pinggang, menatapnya datar.
"Ah ibu, apa yang ibu lakukan di sini?" demigod itu berjengit kaget, "Ibu sudah merindukan aku? Ayolah ibu beberapa jam lalu kita baru saja bertemu,"
"Aku tidak menrindukanmu, sama sekali," datar sang dewi hanya mendengus, "Zeus memerintahkanku untuk mengatakan ini padamu,"
"Mengatakan apa?"
"Dua demigod itu bersekolah di sekolah yang sama dengan Kate, mereka seumuran denganmu, satu perempuan putri Athena, dan satu lagi laki-laki putra Hermes,"
"Tunggu ibu, pasti Dewa Zeus mengetahui dimana mereka, lalu mengapa dia memberiky tugas untuk mencari mereka?"
Aphrodite hanya menghela napas berat, sangat sulit memang membohongi Arsen, "Kau akan di jadikan umpan, sudah jangan banyak bertanya dan cepat temukan mereka dan kembali ke akademi demigod atau kau akan dalam bahaya,"
"Apa ibu mengkhawatirkanku?"
"Tidak, Ares yang mengatakannya,"
"Ah ayah, aku tahu dia benar-benar ayahku,"
"Dan kau ragu aku adalah ibumu?"
"Tidak begitu, tapi ibu sangat kejam padaku, aku jadi tidak yakin,"
"Aku bosan membahas ini padamu Arsen, jika kau meragukanku, kau bisa mencari ibumu yang sebenarnya,"
"Ibu jangan marah seperti itu, aku hanya bercanda," Arsen merengut sedih, "Ayolah ibu, kau wanita paling cantik untukku,"
"Benarkah?"
"Setelah Bibi Psikhe tentunya,"
Brakkk
Lemari yang berada di sudut ruangan berbelah menjadi dua, dan dalangnya Aphrodite tentu saja, "Aku pergi,"
"Ibuuu," Arsen merengek, "Kau mudah sekali marah,"
"Kau yang selalu memancing kemarahanku,"
"Kan aku hanya bercanda,"
"Aku tidak peduli, menjauhlah atau ku potong lenganmu,"
"Astaga ibu kejam sekali," Arsen kembali merengut, berangsur-angsur mundur menjauhi sang ibu, "Ibu akan kemana?"
"Kediaman Eros, memastikan jika aku lebih cantik dari istrinya itu," jawab Aphrodite cepat.
Arsen hanya mampu mengangguk kaku, ibunya akan sangat sensitif jika itu menyangkut tentang kecantikan. Pemuda itu kemudian menatap almari kesayangannya yang kini terbelah menjadi dua dengan beberapa pakaian yang berceceran di lantai, "Astaga, ibu sangat kejam,"
"Aku tahu,"
Arsen terlonjak, "Ayah? Astaga baru saja ibu datang dan sekarang ayah yang datang,"
"Lalu? Apa kau keberatan?"
"Tidak juga, setidaknya ayah lebih baik dari ibu," pemuda itu hanya menghela napas berat, lalu kembali merebahkan dirinya diatas tempat tidur, "Apa yang ayah lakukan di sini?"
"Tidak ada, hanya sedang ingin membuat kekacauan,"
Arsen memincingkan matanya, menatap sang ayah tajam, "Ayah tidak berencana mengacau di rumah ini?"
"Kau benar-benar putraku ternyata," sang dewa tersenyum bangga, "Bagaimana kau tahu?"
"Seorang bayi juga akan tau apa maksud terselubungmu itu Dewa Ares yang terhormat," demigod itu hanya mendengus kesal, "Tidak hari ini ayah, dan jangan di rumah ini,"
"Apa yang terjadi?"
Arsen mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap dengan kepala yang di tenggelamkannya pada bantal, "Tidak, aku hanya frustasi tidak bisa bertemu Mirai, Anna, Stevie, dan Cloe dalam waktu yang lama,"
"Aku bahkan ragu kau menghafal semua nama kekasihmu,"
"Aku tidak punya kekasih sebenarnya,"
Gila, bahkan Ares nyaris menjatuhkan rahangnya karena kaget, "Lalu? Gadis-gadis itu?"
"Mereka hmm aku tidak tahu bagaimana menyebutnya, tapi yang terpenting aku tidak mempunyai kekasih,"
"Kau bahkan lebih parah dari ibumu,"
"Ya aku tahu, tapi ayah tiba-tiba aku ingin mengacau," Arsen memiringkan tubuhnya, sedikit mendongak menatap sang dewa perang, "Di sekitar sini terdapat sebuah menara, bagaimana kalau kita merobohkannya?"
"Ide bagus ayo--"
"Aku akan memotong masing-masing tangan kalian jika berani melakukan itu,"
"Ibu?"
"Aphrodite?"
"Cepat lakukan, ah aku sedang ingin memotong tangan seseorang memang,"
"Tidak jadi,"