"aku sudah tidak mau lagi". Reista menggeser samyang yang sudah tersaji didepannya. makanan yang baru saja diberikan oleh pelayan itu membuat Reista tidak nafsu untuk memakannya.
"kenapa? kau tadi mengatakan ingin makan samyang". Ramel bertanya dengan lembut dan memegang tangan Reista dengan lembut.
"aku mau tadi, 30 puluh menit yang lalu. sekarang aku sudah tidak menginginkannya". Reista berkata sambil melihat kam dipergelangan tanganya.
sedangkan pelayan yang ada disamping mereka sudah keringat dingin, dia seperti pidana yang siap dieksekusi. Ramel melirik kearah pelayan itu dan melihat wajah takutnya.
"mengapa begitu lama?". tanya Ramel kepada pelayan disampingnya.
"sebenarnya disini tidak ada menu korea seperti samyang Tuan, jadi kami harus mencarinya di supermarket dan untungnya kami menemukan dengan cepat".
"Reista kau dengar sendiri? mereka sudah bersusah payah mencari samyang yang kau inginkan. mengapa kau tidak ingin memakannya?". Ramel sedikit kesal dengan tingkah Reista yang lagi-lagi tidak menghargai orang lain.
"aku mau memakannya, tapi dengan satu syarat". Reista menatap mata Ramel dengan angkuh, Ramel mengangkat sebelah alisnya heran.
"syarat apa lagi? kami menunggu kamu menghabiskan makanan kamu, kamu tidak lihat Mommy, daddy dan renandra sudah menunggu kamu sejak tadi. dan sekarang kau tinggal makan saja harus meminta syarat".
"tidak apa nak, dadd, mommy dan renandra bisa bermain di pantai. kalian makan saja disini". nyonya gornio memaklumi tingkah Reista saat ini.
"tuh kau dengan tuan Ramelson, bahkan Mommy tidak keberatan. aku mau makan, tapi kau harus menyuapiku". ucap Reista telak tanpa mau ada bantahan.
Ramel sudah mau berucap namun tangan Mommynya menghentikan semua kata-kata Ramel. sebuah senyuman di bibir Nyonya Gornio memberi isyarat kepada Ramel untuk menuruti ucapan Reista.
Ramel merasa tidak berkutik saat dilihatnya Tuan Gornio sudah menggandeng tangan Renandra meninggalkannya dengan Reista dan disusul oleh Mommynya. sedangkan Reista dia sudah tersenyum dengan mata bulatnya yang sangat lucu itu. entah kenapa Ramel bisa mengatakan matanya sangat lucu.
Ramel tetap diam memperhatikan wajah Reista yang terus menantapnya. mau tidak mau Ramel mengambil garpu dan mulai menyuapi istrinya yang tiba-tiba berubah manja ini. Reista dengan tingkahnya yang menggemaskan memakan samyang dengan bersemangat. entah mengapa ia ingin sekali merasakan suapan dari tangan Ramelson.
para pelayan yang melihat kejadian romantis didepan mata mereka hanya diam-diam tersenyum dan melanjutkan pekerjaan mereka, Ramelson hanya diam saat suap demi suap samyang dipiring habis kedalam mulut Reista. dengan cekatan Ramel memberikan jus jeruk dan Reista menerimannya dengan senang hati, mata Reista benar-benar tidak ingin berpaling dari wajah suaminya yang tampan sekali disiang hari ini.
"sudah kenyang?". tanya Ramel basa-basi.
"aku sudah kenyang, apa kita bisa langsung pulang? entah mengapa aku sangat mengantuk saat kenyang seperti ini". Reista menguap sebagai tanda bahwa ia benar-benar membutuhkan tidur siang.
"kau ingin tidur siang?". tanya Ramel memastikan pendengaranya, Reista hanya mengangguk dan mengusap matanya yang memang sudah sangat berat.
Ramel berdiri dan mengalah, sepertinya Reista benar-benar sudah sangat mengantuk. Reista melihat kearah Ramel dengan wajah yang memperlihatkan sejuta keimutan.
"ayo". ajak Ramel karena Reista tetap duduk dibangkunya tanpa mau berdiri.
"gendong", kata Reista pelan, tanganya sudah diangkat seperti anak kecil yang benar-benar minta untuk digendong.
"hah!?" Ramel sedikit kaget mendengar pemintaan Reista yang aneh ini.
"gendong Ramelson, nyonya Reista minta untuk digendong". Reista berkata dengan kasar dan menghentakan kakinya saat Ramel hanya diam dengan wajah bodohnya.
"kau masih bisa berjalan Reista".
"tapi aku ingin digendong, aku kekenyangan dan aku sangat mengantuk. bagaimana jika aku terjatuh, aku maunya digendong sekarang. tidak ada bantahan Ramelson".
Ramel lagi-lagi mengalah dan menggendong Reista seperti nyonya besar, Reista yang berada didalam gendongan Ramel tersenyum dan menyandarkan wajahnya kedada bindang suaminya, yang entah mengapa memberikan rasa nyaman dan benar-benar membuat Reista sangat mengantuk. Ramel yang melihat mata istrinya tertutup hanya tersenyum kecil dan melanjutkan langkahnya kearah parkiran mobil. semua penjaga yang ada disekitar hotel memberikan jalan kepada Tuan besarnya yang terlihat sangat bahagia disiang hari yang terik ini.
Ramelson masuk kedalam mobil dan tetap memangku Reista seperti memangku anak bayi, dengkuran halus dari bibir reista membuat Ramel menahan tawanya. memperhatikan wajah cantik istrinya dan mencium pelan kening perempuan yang mampu membuatnya bahagia dalam hitungan detik.
Mobil Ramelson berjalan perlahan, sedangkan nyonya gornio dan tuan gornio yang melihat tingkah anak laki-lakinya saling tersenyum dan ingin rasanya mereka meloncat-loncat saat ini juga. tapi mereka masih mempunyai urat malu jika harus melakukan hal itu didepan semua bawahannya dan didepan hotel milik mereka, jika itu sampai terjadi sudah dipastikan besok pagi berita utama di stasiub televisi dan majalah adalah nyonya dan tuan besar ettrama meloncat gembira dan entah apa penyebabnya.
"tidak salah kamu mengajak Ramel dan Reista makan siang bersama". tuan gornio memandang istrinya yang terlihat sangat bahagia.
"aku tidak pernah salah jika sudah memberikan ide sayang, kau tau sendiri istrimu ini perempuan pintar yang mengalahkan satu universitas saat kuliah dulu". kata nyonya gornio sedikit sombong.
"ya itu mengapa aku sangat mencintai dirimu dan cinta itu tidak hilang sampai saat ini".
"kau sedang menggombal, sudah sana lihat cucumu Renandra. apakah ia masih betah bermain di pantai? jika iya, malam ini kita menginap saja didalam hotel. biarkan Ramelson dan Reista saling memadu kasih".
"aku senang dengan saranmu sayang, sudah lama kita tidak menginap di hotel ini". Tuan Gornio berbalik dan berjalan kearah pantai untuk menghampiri cucu kesayangannya.
nyonya Gornio berharap kebahagiaan ini akan selalu bersama dalam keluarga mereka, nyonya gornio berharap bahwa sudah cukup rasa sakit yang diderita oleh anaknya Ramelson,