webnovel

Suasana Perburuan yang Normal

Para pemburu pemula keluar dari truk yang mereka naiki. Maria mengamati sekelilingnya yang penuh dengan rerumputan tinggi setinggi dadanya dan tumbuhan-tumbuhan raksasa. Dia mulai menerima keanehan demi keanehan yang ada di dunia tersebut. 'Medan ini lebih parah daripada hutan belantara. Setidaknya hutan belantara tidak memiliki rumput setinggi ini.'

Satu hal yang menarik perhatian Maria adalah pemandangan area perburuan itu. Biarpun area perburuan memiliki rerumputan yang tinggi, namun pemandangan yang dia lihat tidak selebat hutan belantara pada umumnya. Masih ada beberapa celah masuknya sinar matahari ke dalam area tersebut, sehingga tanah yang dia injak tidak sebasah rawa. 'Mungkin juga tidak.. Baiklah, aku mengubah pikiranku' Ujarnya dalam hati.

Pepohonan yang mereka lewati seperti tumbuhan rambat versi raksasa. Diantara tumbuhan-tumbuhan tersebut, terselip beberapa bebuahan dengan ukuran fantastis. Para pemetik membentangkan sebuah trampolin besar agar buah-buahan yang jatuh tidak menjadi rusak.

"Gunting!" teriak seorang pemetik perempuan. Malika segera bergegas dan mengoperkan gunting ke arahnya. "Kami membutuhkan sabit disini!" teriak yang lain. Seketika para pemburu pemula sibuk memulai pekerjaannya. Memberikan peralatan yang tepat dan membantu para pemetik untuk memegang trampolin.

Para pemetik melompat dari dahan ke dahan dedauanan raksasa yang ada di sekitar buah-buahan. Mereka melompat di antara ketinggian tanpa ada keraguan. Dalam waktu beberapa menit, para pemetik memotong buah-buahan yang ada diatas tumbuhan besar tersebut.

Para pemburu pemula ikut membantu mengangkut buah ke arah truk pemetik, sementara yang lain sibuk mengoper buah-buahan kecil kepada para pejuang. Buah-buahan kecil yang butuh diangkat dengan dua tangan oleh para pemburu pemula, seketika diangkat dengan satu tangan ketika dioper kepada para pejuang.

"Tolong bergerak lebih cepat!" Ujar Derrik kepada para pemetik. "Kita hanya memiliki waktu satu jam di area ini, keterlambatan di area ini dapat mengakibatkan pertemuan dengan para manusia burung!" teriak Derrik seraya memberikan komando agar para pemetik bergerak lebih cepat.

Para pemetik yang bekerja di area dedaunan memotong daun-daun muda dengan menggunakan sabitnya. Gerakan mereka sangat efisien dan terkoordinasi. Setiap daun yang sudah dipotong langsung mereka operkan kepada rekannya dan dikumpulkan dalam sebuah truk besar yang sudah dilapisi jaringan transparan.

"Kelompok transportasi yang truknya terisi penuh, harap kembali ke kota koloni enam belas!" Teriak Isaac kepada para pengemudi truk yang berisi buah dan sayuran. Truk-truk besar yang sudah terisi segera mundur dan kembali ke arah kota sambil ditemani oleh beberapa pejuang. Sophia salah satunya, sehingga pejuang yang tersisa pada kelompok pemburu pemula hanya Sean.

Sean memberikan komando kepada para pemburu pemula untuk menarik diri ketika semua peralatan sudah dikumpulkan kembali. Adel nampak agak kesulitan dengan peralatan yang dia bawa. Malika membantu Adel memanggul gunting besar ke punggungnya. Mereka bekerja seperti sebuah tim yang sudah bertahun-tahun bekerja bersama.

Kedua matahari telah saling berlintasan ketika para pemetik selesai mengerjakan tugas mereka. "Kerja yang bagus saudara-saudariku!" Ujar Derrik dari sebuah daun yang cukup tinggi. "Mari kita beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pekerjaan kita."

Tim yang menangani transportasi membuka truknya dan mengeluarkan makanan bagi para pemburu. Sebuah sandwich dan potongan buah segar tersaji dalam sekotak makan siang yang terbuat dari bahan transparan seperti plastik. Ketika Maria memegang kotak tersebut, ia menemukan perbedaan pada bahan tersebut. Kotak tersebut tidak berbahan dasar plastik, namun dapat menjaga suhu makanan dengan baik. 'Wow, seandainya teknologi ini ada di duniaku.' Maria mengagumi kotak makanan tersebut sambil memakan sandwich di dalamnya.

"Ayo duduk di sini!" Ujar salah satu pria kurus yang ada dalam kelompok pemburu pemula distrik dodo. "Ya, mari kita duduk bersama-sama" Ujar pria setengah baya yang mengemudikan truk mereka. Adel dan Malika bergegas mendekati mereka. "Ayo Maria, kita makan bersama-sama" Maria mengikuti mereka dan makan bersama-sama.

Setelah acara makan siang berakhir, semua orang mengumpulkan kembali kotak makan mereka kepada kelompok transportasi. Pengemudi truk yang berisikan makanan membereskan kotak makan mereka dan menekan tombol-tombol tertentu di bagian samping truk.

Semua orang kembali berkumpul dan menaiki truk sesuai dengan kelompok mereka masing-masing. "Persiapkan damaskus, busur silang, dan speargun." Sean memerintahkan para pemburu pemula untuk segera menyiapkan peralatan di area berikutnya.

Truk melaju perlahan dan melewati dahan-dahan pohon raksasa dan bebatuan. Berbeda dengan perjalanan sebelumnya yang lebih mulus, perjalanan kali ini penuh dengan guncangan. Adel memegang kepalanya dengan kedua tangan sambil mengutuk perjalanan tersebut. "Sial. Ini sungguh sebuah bencana, aku benci sekali bagian kedua." Malika menepuk-nepuk punggung Adel tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Adel menengadahkan kepalanya dan memandangi Maria dengan paras wajah penuh lelah "Kau tidak membenci bagian ini?" Ujarnya dengan lemas "Hebat sekali kau, bisa menahan guncangan-guncangan keras ini." Adel mengubur wajahnya pada kedua tangannya, sementara yang lainnya terdiam tanpa bicara sepatah kata pun. Dapat disimpulkan bahwa hampir semua orang di truk itu mengalami shock akan guncangan, terkecuali Sean, Maria, dan Malika.

Derrik keluar dari truknya dan melompat ke arah sebuah pohon besar. "Berhenti!!!" Teriaknya kepada seluruh kelompok. Seketika semua truk berhenti di posisinya dan para pemburu berhamburan keluar truk. "Mulai sekarang kami para pejuang akan mensurvei area ini, sementara pejuang yang memimpin pemburu pemula bersiap berjaga di tempat ini." Ucap Derrik kepada para pejuang. Tanpa membuang waktu, para pejuang berloncatan melewati daun-daunan raksasa yang letaknya di atas truk-truk transportasi. Mereka kemudian berpencar ke segala arah, sambil mengaktifkan arlojinya masing-masing untuk berkomunikasi satu sama lain.

Para anggota yang mengikuti perburuan menyiapkan keperluannya masing-masing. Para pemburu pemula menyiapkan peralatan untuk pemburu veteran. Para pemetik membantu mengeluarkan kebutuhan para pemburu tingkat dua untuk bersiap menyediakan tempat di dalam truk transport dan sebuah trampolin besar yang bisa menangkap hasil perburuan yang telah disembelih.

Tidak lama sejak para pejuang mencari buruan, Derrik kembali dengan para pejuang. "2 ekor cockatrice ke arah timur laut! Semuanya bersiap!" Komandonya kepada semua peserta perburuan. Para pemburu veteran segera meminta pemburu pemula untuk menyiapkan peralatan "Keluarkan speargun-nya, kami akan segera membutuhkan itu!" Teriak pemimpin dari pemburu veteran.

Maria segera mengangkat speargun yang dia bawa dan mengopernya ke salah satu pemburu veteran. "Terima kasih!" Ujar salah satu pemburu veteran pria yang postur tubuhnya tegap walaupun badannya hanya setinggi Maria. Ia kemudian mengangkat speargun miliknya dengan satu tangan, kemudian mengikuti para pejuang.

Maria mengikuti para pemburu veteran dari belakang dan dia ternganga ketika melihat seekor monster besar berkepala ayam yang merangkak di keempat kakinya. Mahluk itu memiliki ekor kadal yang tertutup bulu-bulu ayam, namun matanya terlihat mengkilat seperti seekor kadal besar.

'Uh… Mahluk jelek. Cockatrice… Sebuah nama yang sepadan dengan wujudnya.' Ujar Maria dalam hati. Dia melihat bahwa mahluk tersebut sangat mirip dengan gambaran cockatrice pada cerita mitos yang dia dengar dari temannya yang tergila-gila cerita fantasi ketika dia masih menjadi Amelia.

Ukuran mahluk tersebut bukanlah main-main, 3 meter untuk ukuran seekor ayam besar akan menjadi masalah besar untuk disembelih. Untungnya, ayam raksasa tersebut masih diselimuti oleh bulu ayam, tidak seperti gambaran temannya dalam mitos dimana cockatrice memiliki sisik di seluruh tubuhnya. Maria menelan ludahnya tanpa sadar, 'sekarang aku mengerti kenapa kita dibagi menjadi banyak kelompok seperti ini dan penggunaan speargun sebagai alat untuk membantu membunuh mahluk besar tersebut.'

"Para pemburu veteran! Bersiap untuk menembak setelah isyarat penembakan kami komandokan!" Derrik berseru kepada para veteran. "Para pejuang, persiapkan senjata kalian!" Derrik melanjutkan kalimatnya sambil mengeluarkan perisai besar dari punggungnya dan sebilah pedang yang tersarung di pinggangnya.

Para pejuang berlompatan di dedaunan, mencari posisinya masing-masing dalam formasi yang teratur dan mengelilingi mahluk raksasa tersebut. Derrik melakukan langkah pertama sembari meneriakkan komando "Majuuu!!!" Pertarungan melawan monster besar tersebut segera dimulai saat kalimat komando tersebut dilontarkan.

Derrik melompat ke bagian kiri kepala mahluk tersebut. Pedangnya mengincar mata kiri mahluk itu, dan seketika tertancap ke dalamnya. Lengkingan dari ayam besar tersebut memekikkan telinga dan seketika mahluk tersebut menjadi ganas.

Monster itu segera mengayunkan paruhnya ke arah Derrik, yang mana paruh itu tertahan oleh perisai besar milik Derrik. Para pejuang yang menggunakan pedang segera menyerang bagian sayap dari cockatrice tersebut. Sayapnya mengembang dan mengepak, menghalau para pejuang dari tubuhnya yang mulai terluka di berbagai tempat karena pedang para pejuang yang mengiris beberapa bagian tubuhnya.

Para pejuang dengan cekatan menghindari sayap monster yang mengibas kesana kemari. Mereka melompati dahan dedaunan raksasa dan berputar melompat dari satu daun ke dedaunan lain dengan gerakan yang teratur. Tidak ada satu pejuang pun yang menabrak satu sama lain, walaupun dengan kecepatan yang cukup tinggi dan lompatan yang sangat jauh dibandingkan lompatan manusia di bumi yang dikenal Amelia.

Darah segar mengalir dari bagian-bagian tubuhnya yang terkena irisan para pejuang. Para pejuang tersebut sudah sangat terlatih untuk mengincar titik vital dari monster tersebut, sehingga bagian-bagian yang mereka iris dapat membuat cockatrice kewalahan.

"Panah!" Ujar Isaac kepada para pemburu veteran. Seketika, para pemburu veteran membidikkan speargun mereka dan melepaskan tombak-tombak tajam ke arah kaki monster itu. Sang cockatrice tumbang dan terduduk di tanah sambil berusaha menubrukkan kepalanya menuju perisai Derrik. Derrik sempat terpental mundur ke tanah karena hantaman kepala cockatrice, namun ia segera bangkit kembali. Perisai seorang pejuang pria yang bertugas di samping kiri kemudian menghalau kepala cockatrice yang mengayun ke kanan karena paruhnya yang terpental dari perisai Derrik.

Paruh monster itu melaju dan berusaha mematuk kembali Derrik. Sebelum paruh itu sampai, Isaac dan Sean memotong leher ayam besar tersebut dengan pedang besar mereka. Isaac memotong leher kanannya dari arah atas dedaunan, sementara Sean melompat dengan sekuat tenaga dan mengincar lehernya dari arah bawah. Darah segar menyembur ke segala arah dan baju zirah para pejuang berubah menjadi merah karena terciprat darah tersebut. Maria yang melihat pertarungan ini terkagum-kagum pada formasi dan metode yang mereka lakukan bersama-sama.