webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
268 Chs

Sistem Eliminasi Baru

Haikal baru kembali dari rumah sakit sekitar jam dua belas siang, diluar perkiraannya sendiri yang akan bisa kembali sekitar jam sepuluh. Kesehatan orang-orang sepertinya tengah banyak memburuk, terbukti dari antrean panjang di rumah sakit hari ini.

Usai shalat Dzhuhur, Haikal dan Adri langsung menuju auditorium, sesuai janji Haikal tadi pagi. Auditorium itu sepertinya sudah ramai, sampai sayup-sayup suaranya terdengar keluar.

"Seramai ini kah kalau weekend?" Haikal merangkul Adri yang berjalan menaiki tangga selangkah dibelakangnya. Adri hanya tersenyum simpul, "Mungkin. Apalagi kemaren kan baru diroasting abis-abisan, melepas stressnya mungkin baru bisa hari ini," ujarnya.

"Kamu gak setuju ya kalau Kakak force mereka kayak gitu?" tebak Haikal.

Adri menghela nafasnya sejenak, "Sebetulnya gak terlalu. Tapi di satu sisi Aku juga paham, tujuan Kakak beda sama tujuan Aku. HSL itu bukan SP, dan SP bukan HSL meski Kita satu atap," ujarnya, selalu bijaksana.

Chương bị khóa

Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com