webnovel

BAB 1

Sekolah adalah neraka.

Itulah yang kurasakan setelah menjalani pendidikan di bangku sekolah selama hampir 10 tahun. Bagi sebagian orang, sekolah adalah tempat yang menyenangkan dan seru, karena bisa bertemu dengan banyak teman dan memperoleh ilmu pengetahuan yang bermanfaat dari guru. Bagiku, sekolah hanyalah tempat sampah yang selalu diisi oleh orang-orang menjijikan. Aku tidak mengerti mengapa banyak orang sering meromantisasi masa-masa sekolah mereka. Aku tidak menemukan kesenangan sama sekali saat bersekolah.

Yang aku temukan hanyalah perundungan, perundungan, dan perundungan.

Ah, tidak. Kalian salah jika aku adalah korban perundungan yang akhirnya membenci masa-masa sekolah. Itu kurang tepat. Justru, aku termasuk ke dalam pelaku dari berbagai perundungan yang telah terjadi di sekolahku. Ya, kalian tidak salah baca, aku juga berkontribusi dalam menciptakan ekosistem kotor itu, yang membuat kehidupan sekolah bagi sebagian kecil orang jadi seperti di neraka.

Tapi, meskipun begitu, dulu aku tidak menjadi seperti 'bosnya para perundung'. Jika kalian pernah menonton serial televisi yang bertemakan perundungan di sekolah, kalian pasti tidak asing lagi bukan dengan sistem 3 orang pelaku perundungan? Nah, salah satu dari mereka selalu ada yang jadi 'bos'nya, sementara sisanya, hanya sekedar menjadi pendukung.

Itulah peranku. Seekor pengecut yang ikut membantu dan mendukung upaya-upaya dari sang predator dalam mencabik-cabik mangsanya. Menjijikan sekali, bukan?

Tahan dulu sumpah serapah kalian, aku siap menerima semua kemarahan itu, hanya saja, ada sesuatu yang ingin kuberitahu.

Setelah aku naik ke jenjang SMA, aku sudah membulatkan tekad untuk menebus segala kesalahanku selama 9 tahun dari SD sampai SMP karena telah membuat hidup orang lain menderita. Aku tidak yakin itu bisa menebus semua dosa-dosaku sepenuhnya, tapi setidaknya aku akan berusaha semaksimal mungkin.

Aku akan mendirikan sebuah organisasi rahasia di sekolahku yang baru.

"Heeeeey! Ada yang lihat kotak pensilku? Aku rasa aku tadi meletakkannya di mejaku, tapi kenapa bisa hilang secepat itu, sih!?"

"Ahahahaha! Yang benar saja!? Itu tidak mungkin! Kau pasti bercanda!"

"Ada yang mau ke kantin? Aku ingin menitip sesuatu, nih!"

"Sial! Ponselku kenapa jadi rusak begini! Padahal aku harus mengabari pacarku!"

Ini siang hari, sekitar jam 12, dan ini adalah hari pertamaku di SMA. Aku duduk di bangku paling belakang, dan sedang merebahkan kepalaku di meja, mengabaikan segala suara bising yang terjadi di dalam kelasku sekarang. Aku senang karena di SMA setiap murid duduk dengan bangku dan meja masing-masing sendirian, tidak seperti masa-masa sebelumnya yang mengharuskan murid duduk berdua dalam satu meja.

Hanya karena hal sesederhana itu, aku senang.

"Namamu kalau tidak salah, Paul Crowder, ya?" Tiba-tiba saja aku mendengar suara gadis yang mendekat ke mejaku, lantas aku segera mengangkat pipiku dari permukaan meja dan memandang sosok tersebut.

"Ya, itu aku." Aku menjawab dengan tegas pada sosok gadis berambut hitam panjang yang kini sedang menyerahkan sebuah buku tebal bersampul merah padaku.

"Aku Olivia Memento, ketua kelas barumu, ini buku panduan sekolah kita. Semuanya sudah dapat, dan tersisa 1, kupikir lebih, ternyata memang ada yang belum dapat. Kenapa kau diam saja dan tidak meminta, Crowder?" omel Olivia dengan menggeleng-gelengkan kepalanya setelah tanganku menerima buku tersebut.

"Maaf, aku lupa."

Olivia tampak tersenyum mendengar jawabanku. "Jangan khawatir, aku sudah berpengalaman menangani tipe pelupa sepertimu. Aku harap kau tidak lupa juga soal makan siangmu, karena sebentar lagi jam istirahat habis." Setelah mengatakan itu, Olivia pergi dari hadapanku dan kembali ke tempat duduknya.

Aku mendengus. Tidak suka saat waktu santaiku diganggu olehnya, memang apa pentingnya buku panduan sekolah? Aku tidak butuh.

Ketika bunyi bel di sore hari berdenting, menandakan kegiatan belajar-mengajar di seantero sekolah sudah berakhir, semua murid bergegas membereskan barang-barangnya dan segera pulang ke rumah masing-masing. Aku adalah siswa terakhir yang keluar dari kelas, dan saat aku baru saja menguap di ambang pintu, aku melihat ada sepuluh sosok asing yang hadir di depan kelasku.

Mereka semua sedang berada di posisi yang berbeda-beda, ada yang sedang berdiri tegak dengan memasang wajah serius, ada yang duduk dengan menyilangkan kaki di atas tong sampah, ada yang menyenderkan punggungnya di tembok dengan mengangkat dagu, ada yang duduk dengan kaki melebar di lantai, ada yang berdiri dengan kikuk dan menundukkan kepalanya, ada yang duduk di rumput dengan memandang ke langit, ada yang berdiri dengan melipatkan tangan dan tertawa tidak jelas, ada yang berjongkok sambil mengunyah keripik kentang, ada yang sedang sibuk memainkan ponselnya sambil berdiri, dan ada juga yang sedang kencing sembarangan di tanaman kelasku.

"Apakah kau orang yang membuat pengumuman itu?" tanya salah satu dari mereka, tepatnya lelaki berambut perak, berkaca mata, yang sedang berdiri tegak dengan wajah serius padaku.

Dengan santai, aku menganggukkan kepala. "Ya, benar. Akulah yang membuat pengumuman itu." Sontak, setelah aku mengucapkan itu, mereka semua meninggalkan posisinya masing-masing dan berjalan pelan mendekatiku.

Kini, mereka bersepuluh sudah berada di posisi yang sama, yaitu berdiri tegak di depan mukaku.

Kalian pasti penasaran, sebenarnya pengumuman apa yang telah kubuat, hingga mendatangkan sepuluh orang asing yang terkesan seperti sedang menjegal jalan pulangku dari sekolah. Tidak, kalian tidak perlu takut, mereka semua aman. Mereka bukan musuhku.

Biar kujelaskan secara singkat. Di hari pertama SMA-ku, aku sengaja berangkat pagi-pagi buta. Di sana, aku menempelkan berbagai kertas di setiap lokasi, yang berisi pengumuman yang sama, yaitu perekrutan anggota baru untuk organisasi rahasia yang akan kudirikan.

Tentu saja aku tidak menuliskan nama asliku di sana, atau tujuan asli dari organisasiku, bahkan tampilan dari pengumuman yang kubuat mirip seperti iklan promosi sedot WC. Isinya seperti ini, 'Bagi yang punya tekad, bergabunglah denganku, aku akan mendirikan sebuah organisasi yang akan mengubah dunia, semua orang diterima. Jika kalian tertarik, datanglah ke kelas X-C pada waktu pulang sekolah, itu kelasku. Hanya berlaku untuk hari ini saja.'

Aku cukup takjub, pengumuman yang kubuat ternyata dapat menarik lebih banyak peminat dari yang kukira.

Kupikir hanya satu atau dua orang saja yang akan tertarik menemuiku sepulang sekolah, karena pengumuman yang kubuat terkesan mencurigakan, bukan? Seperti pamflet-pamflet penipuan yang seringkali kau baca di mana-mana, tapi aku kaget ternyata sepuluh orang bisa ada di depan wajahku sekarang.

Karena mereka sudah berkumpul, aku langsung mengajak mereka ke belakang sekolah, tepatnya ke sebuah ruang kelas kosong yang kotor dan berantakan. Di sana hanya ada beberapa kursi dan meja yang masih utuh, sisanya hancur tidak berbentuk. Aku membiarkan mereka duduk atau berdiri di posisi yang mereka sukai sebelum akhirnya diriku berdiri di depan mereka, memberikan perkenalan singkat.

"Terima kasih karena telah datang dan bersedia untuk bergabung ke dalam organisasiku, aku sangat senang melihat kalian semua. Aku Paul Crowder, kalian boleh memanggilku dengan sebutan apa saja, terserah, aku tidak peduli. Aku hanya ingin kalian bekerja sama denganku secara sukarela, tanpa sedikitpun merasa terpaksa," jelasku dengan menampilkan tatapan yang dingin pada mereka, aku tidak memberikan senyuman sama sekali, karena aku ingin mereka tahu bahwa beginilah sifatku. "Sebelum lebih lanjut, aku ingin mengenal kalian lebih dekat. Sebutkan nama kalian, kelas kalian dan alasan kalian bergabung denganku."