webnovel

Perubahan Rencana

Di dalam kediaman utama keluarga Tuan Mulyo seluruh anggota keluarga merasa khawatir akan hilangnya gadis satusatu di kediaman itu. Gadis itu melarikan diri karena akan dikirim ke salah satu negara untuk belajar pada salah satu universitas disana.

Tuan besar menginginkan agar anak gadisnya itu menjadi lebih mandiri. Selama ini Gadis ini dimanja tanpa sedikitpun yang kurang.

Satu-satu nya gadis yang mewarisi semua harta Tuan Mulyo. Seorang Ceo yang sangat kaya raya dan hebat dalam segala sisi. Hanya satu yang tidak ia miliki yaitu seorang anak.

Saat itu seluruh anggota keluarga ataupun keluarga besar Tuan Mulyo menuntut akan hadirnya seorang anak sebagai keturunan. Hal itulah yang menyebabkan Ia harus mencari wanita lain dalam hidupnya.

Wanita yang sebelumnya sudah ia cari tahu seluk beluk kehidupannya untuk mencetak anak tertuju pada Bunda Azka. Pada akhirnya ada perasaan dihati keduanya tanpa mereka sadari.

Pada Akhirnya salah satu dari istri Tuan Mulyo pun harus mengalah dan meninggalkan rumah utama. Tidak rela sebenarnya Nyonya muda meninggalkan anaknya biarpun ia diberi harta yang sungguh berlimpah termasuk aset perusahaan.

Bunda Azka mengandung anak lebih dari satu alias kembar saat ada tanda yang memang tidak lazim pada usia kandungannya. Sang Bunda pun pergi ke rumah sakit untuk cek kehamilan pada dokter kandungan keluarga Sang Suami.

Dokter itu berkata dengan sangat senang dan sangat antusias sekali menyatakan ada dua calon bayi yang ada di rahim wanita itu. Bunda Azka mengelus-elus perutnya yang sangat besar.

"Aku tak rela sebenarnya jika harus memberikan semua anakanak ku." Pikir Bunda Azka.

"Salah satu pun sebenarnya aku tak pernah ikhlas." Lanjutnya.

"Jika aku menyerahkannya apa mereka akan merawatnya dengan baik."

Pikiran-pikiran itu terus saja muncul sejak saat itu. Ia juga merasa ingin memiliki sang Ayah dari calon anaknya.

Akan tetapi hal itu tidak lah mungkin terjadi biarpun Tuan Mulyo dan Bunda Azka telah memiliki perasaan yang sama dari kejadian demi kejadian. Menikah siri pun tidak akan bisa memberikan keinginan Bunda Azka saat itu karena sebuah perjanjian.

Perjanjian akan menyerahkan anak yang telah ia lahirkan itu. Pada saat itu Bunda memang dalam keadaan yang serba sulit dalam hal keuangan hingga terpaksa harus menjual rahimnya.

Bunda pada akhirnya memutuskan untuk menyembunyikan salah satu anaknya dari keluarga Tuan Mulyo. Tentu saja dengan bantuan dokter yang selama ini memeriksa kandungannya.

Merasa kasihan Dokter itu pun membantu atas permintaan

Sang Bunda. Dokter itu adalah dokter yang saat ini bersama Bunda Azka membantu Yasna yang sedang terkilir kakinya. "Apa yang kamu pikirnya nyonya?" Tanya Dokter Hendra saat itu ketika melihat raut wajah Bunda Azka yang terlihat murung.

"Tidak dokter, anak-anak ku sehat tentu saja aku sangat senang." Jawab Bunda Azka menatap kandungannya dan mengelus perlahan dengan kedua tangannya.

"Bolehkah saya meminta bantuan Anda dokter?" Pinta Bunda Azka setelah terdiam sejenak berpikir.

"Katakan saja?" Kata Dokter Hendra.

"Saya tidak tahu apakah dokter akan menyetujuinya atau tidak atau bahkan malah akan menjadi bumerang buat saya." Jelas Bunda Azka.

Bunda Azka pada akhirnya menceritakan semua keluh kesah beban pikirannya. Itu tidak membutuhkan waktu lama karena Dokter Hendra kurang lebih sudah tahu kisah hidup wanita yang ada di depannya.

Tahu anak yang dikandungnya ada dua Bunda Azka merubah rencana untuk memberikan kedua buah hatinya. Hanya satu dari mereka yang akan Ia serahkan.

Kembali pada Bella yang kini sedang gundah gulana.

Tujuan dari Tuan Mulyo bukan hanya agar anak gadisnya mandiri dan belajar banyak akan kerasnya kehidupannya suatu saat. Ada seorang laki-laki yang ia kenalkan sebagai calon suaminya secara tidak langsung.

Seorang suami yang menjadi harapan semua gadis di semua kaum hawa. Pintar, cerdas, tegas, disiplin cukup tinggi dan lebih dari itu Ia sukses dengan kerja kerasnya sendiri.

Tuan Besar menghubungi Bi Ratih itu karena tahu kalau anak gadisnya pasti kabur ke desa itu. Hal itu sudah menjadi kebiasaan anak nya Bella sejak dulu.

Perubahan rencana sang Papa untuk mengirimkan anak gadisnya sekolah ke luar negeri kini berubah. Laki-laki yang akan di tunangkan malah pulang ke tanah kelahiran.

Ada masalah pasti lah larinya ke Villa dengan dekorasi yang sederhana tapi cukup elegan. Pikirannya seakan terasa lebih tenang. Entah karena apa Bella pun tidak tahu perasaannya ketika di Villa.

Betah Betah dan

Betah

Berat rasanya ketika akan meninggalkan Villa miliknya itu. Ingin rasanya Ia menetap di sana. Apakah karena Sang Ibu yang belum ia tahu.

Waktu semakin senja, banyak orang mulai meramaikan taman tersebut. Bella yang kini berkutat dengan pikirannya tidak menyadarinya.

Bella menengadahkan kepalanya menyandarkan badannya pada kursi taman itu. Melihat awan yang bergerak bebas. Ingin rasanya bebas seperti itu.

Tiba - tiba....

Sakit sangat dan sangat

sakit.....

Bugh