webnovel

Pemberontakan

Bram melihat ada yang berbeda dari ekspresi sahabatnya yang tidak biasa. Saat mereka duduk bersantai menikmati dinginnya malam ada yang menghianati Sang pemilik villa.

"Kamu mengenalnya Coy?" Kata Bram yang menatap ke depan melihat tanaman yang indah bergoyang diterpa semilir angin di bawah gemerlap lampu yang ada di halaman.

"Entah lah." Jawab Sang Pemilik Villa melirik orang yang ada disebelahnya.

"Dari tadi gue telp kemana aja?" Tanya Bram yang akhirnya melihat kearah wajah tampan Sang Pemilik Villa.

"Makan." Jawab Daffa.

Hening

Hening

Hening

Kedua pemuda yang duduk di depan villa besar itu hanya menikmati indahnya malam yang cerah hari ini. Hingga Bram mengeluarkan suaranya kembali.

Kruuuuuk

Kruuuuuk

Kruuuuuk

"Haduh, kenapa cacing-cacing diperutku semua melakukan pemberontakan disaat seperti ini." Batin Daffa malu akibat kebohongannya barusan.

"Makan seberapa banyak sampai-sampai Hp tertinggal di meja makan dan tak sempat angkat telp. dari ku?" Ledek Bram melihat ke arah orang yang ada di sampingnya hingga tatapan mereka bertemu.

"Sampai-sampai itu cacing-cacing elu alarm bunyi lagi." Sambung Bram hingga pecah tawanya.

"Pembantu elu pada kemana?" Tanya Bram.

"Ada di belakang." Jawab Daffa.

"Tamu masak dianggurin." Sindir Bram.

"Oh maaf gue lupa." Jawab Daffa dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lupa karena itu cewek tadi sore, parah lue gara-gara cewek lupa sahabat sendiri." Kata Bram.

"Biasa aja kali. Biasanya juga langsung nyelonong ambil sendiri." Sindir Daffa.

"Sepertinya kamu mengenalnya sampai-sampai tadi waktu main sempat mengancam sahabat mu ini." Tebak Bram menatap dalam sahabat yang ada di sampingnya saat ini.

"Tidak." Jawabnya singkat.

"Tapi wajahnya sangat familiar, rasanya aku pernah ketemu hanya sebatas lewat." Lanjut-nya.

"Cantik juga sih ceweknya hingga membuat mu terpesona padanya." Kata Bram.

Kruuuuk

Kruuuuk

Kruuuuk

Terdengar lagi suara dalam perut Daffa hingga memancing tawa renyah Sang Sahabat. Daffa pun melihat merasakan perutnya yang kosong dan melihat pada perutnya.

"Tuh sekarang sudah menjadi ular." Kata Bram.

"Gak mau mengajak ku makan." Lanjutnya setelah mendengar pemberontakan yang terjadi di dalam perut sahabatnya itu untuk ke dua kalinya, karena dia sendiri doyan makan.

"Pembantu ku udah pada tidur, kita makan di luar aja." Ajak Daffa saat berdiri dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam villa untuk mengambil jaket dan kunci motornya.

Breeem

Breeem

Breeem

Terdengar suara gas motor dari bagasi siap untuk mengantarkan sang pemilik. Ketiga bersaudara ini memang lebih suka naik motor dari pada naik mobil.

"Naik." Titah Sang Pemilik Motor.

Sahabatnya pun langsung naik motor itu dengan memakai helm yang sudah disiapkan oleh Daffa. Kendaraan pun melaju dengan kecepatan yang tidaklah pelan. Memang motor yang dipakainya kali ini adalah motor balap yang sering ia pakai.

"Pelan dikit kenapa?" Tanya Bram.

Tanpa memperdulikan perkataan sahabatnya itu terus saja Daffa mengendarai kendaraannya cukup kencang hingga sampai pada pedagang kaki lima yang mangkal di taman. Setiap malam memang tempat ini sangat ramai dengan pengunjung yang hendak menghabiskan waktunya walaupun hanya sekedar menikmati suasana yang bisa menghilangkan penat badan setelah seharian bekerja.

Banyak pasangan muda mudi yang sedang pacaran di tempat itu. Kebetulan ini malam, malam yang sakral buat sepasang kekasih untuk pacaran.

Kedua pemuda yang sedang kelaparan itu mengedarkan pandangan pada setiap sudut. Mereka mencari tempat yang sekiranya nyaman untuk mencari udara segar.

Mereka kelaparan karena perut, bukan karena jomblo mencari pasangan untuk kepuasan di taman yang cukup nyaman tersebut. Banyak gadis yang memang mencari perhatian mereka tapi mereka acuhkan.

Deg

Jantungnya seakan berpacu lebih cepat pada saat Pemuda ganteng itu mengendarai motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Ia melihat seorang wanita paruh baya yang sangat mirip dengan gadis tadi sore lihat.

Daffa terkejut melihat itu semua hingga tidak sadar bibirnya melongo. Sahabat yang bersamanya sekarang menatap Daffa secara intens hingga ia menemukan jawabannya.

Bram melihat pada tempat yang sama. Kali ini Bram mengenal wanita yang dilihat sahabatnya itu.

"Doyan sama emak-emak juga Coy?" Tanya Bram pada sahabatnya yang tak mengedipkan matanya sama sekali saat melihat wanita paruh baya itu.

"Apa aku salah lihat, itu emak-emak mirip banget dengan cewek tadi siang." Kata Daffa dengan menunjuk wanita yang

Ia lihat saat ini.

"Memang itu emak-emak kelihatan bening walaupun udah berumur." Jelas Bram.

"Sampai-sampai sahabat gue yang satu ini, yang dikatakan cowok paling populer di sekolahnya sejak dulu terpesona melihatnya." Kata Bram menyenggol bahu Sang Sahabat.

Daffa secara tidak sengaja bertemu dengan Bunda Azka sudah beberapa kali. Saat itu hanya sekedar lewat di jalan dan dibeberapa tempat ia pernah melihat.

"Kamu ngajak aku ke sini mau cari makan atau cari wanita?" Tanya Bram yang sudah melihat ada rasa penasaran yang lebih pada wajah sahabatnya itu.

"Makan lah." Jawab Daffa dengan nada yang sedikit terpaksa. Terpaksa masih ada tanda tanya di kepalanya itu yang semakin banyak.

Bram merangkul pundak sahabatnya itu saat berjalan menuju salah satu pedagang kaki lima. Tempat lesehan yang enak untuk bersantai dan dapat melihat indahnya malam bertabur bintang. Bahkan tempat itu bisa melihat tempat tinggal seorang wanita yang dilihat mereka tadi.

"Lepas tangan mu dari pundak ku." Pinta Daffa yang baru galau.

"Bisa rusak reputasi ku kalau seperti ini." Lanjutnya.

"Bisa-bisa gue dibilang guy." Cerocosnya lagi tanpa henti.

"Lihat tu mereka bawa pasangan lawan jenisnya pada malam yang sakral ini." Tambahnya.

"Kenapa kemarin elu gak bawa cewek aja ke sini ya?" Tanya Bram yang dari tadi anteng mendengar sahabatnya mulai ngoceh.

"Misalnya aja temen kampus elu yang namanya Sandra." Lanjutnya.

"Pasti mau deh langsung diajak ngamar elu." Tambah Bram.

Mendengar kata Gadis yang ada di kampusnya itu mata Daffa langsung melotot tajam ke arah sahabatnya. Gadis yang dimaksut sahabatnya itu tidak memiliki kelakuan yang cukup baik.

Sandra memang sangat cantik tetapi ada sesuatu yang tidak diketahui oleh semua temannya. Daffa mengetahui hal itu karena ia selalu memantau semua teman-temannya. Ia tidak mau salah dalam bergaul.

"Kenapa dengan mata mu?" Tanya Bram.

"Seperti mau lompat, menerkam mangsa." Lanjutnya.

"Aku jadi merinding, takut kamu makan karena lapar mu yang sejak tadi itu ular perut berbunyi." Jelasnya dengan meraba tengkuknya yang seakan memang bulu kuduknya berdiri.

Bram mulai melepaskan rangkulannya. Mereka berdua duduk di atas tikar yang cukup luas. Tikar yang sudah disiapkan oleh pedagang yang mangkal di situ.