Pagi setelah hari pernikahan, Ratna berada di rumah besar ini.
Di dapur hanya ada para pelayan yang sedang sibuk mempersiapkan makanan.
Di beberapa sudut, dia juga melihat pelayan yang sedang melakukan pekerjaan bersih-bersih.
'Seperti nya penghuni rumah ini banyak juga' gumam nya sambil melangkah ke dapur.
"Selamat pagi Nona Muda, saya kepala pelayan, panggil saja saya Ki." Kepala pelayan memperkenalkan diri nya, semalam Ratna memang belum tahu siapa nama nya.
"Baik Pak Mi, ehh, apa ada yang bisa saya bantu di dapur?" ucap Ratna.
Kepala pelayan terkejut mendengar pertanyaan Ratna, bagaimana seorang nona muda mau membantu urusan dapur, selama masih banyak pelayan yang melakukan.
"Huh memang apa yang mau kamu lakukan di dapur, kami punya koki profesional yang bertugas untuk memasak."
Ibu mertua dan dua adik ipar nya sudah muncul.
Wahh, mereka terlihat sangat cantik seperti mau pergi ke pesta.
Padahal ini masih pagi begini. Takjub Ratna mendapati fakta baru kehidupan masyarakat kelas atas.
"Selamat pagi Bu, selamat pagi Adik Ipar." ucap Ratna menyapa dengan sopan.
Berusaha tidak perduli dengan ucapan mertua nya barusan. tapi ketidak perdulian nya malah membuat masalah.
"Dasar wanita bodoh, kamu pikir sudah merasa hebat karena menikah dengan kakakku. Semalam saja kamu ditinggalkan di malam pernikahanmu, kan?" ucap adik ipar pertama.
"Haha menyedihkan, wanita rendahan dan kampungan tidak mungkin selevel dengan kakak."
"Ibu juga tidak tahu, kenapa kakakmu memilih perempuan seperti ini sebagai istri nya."
"Kamu harus tahu diri, kamu itu tidak pantas berada dalam keluarga kami."
Neraka itu sudah akan melahap habis Ratna, tapi hebat nya gadis itu masih bisa tersenyum membalas semua caci maki dari tiga wanita di depan nya.
"Terimakasih atas perhatian Ibu dan Adik Ipar, kedepan nya mohon bimbingan nya ya."
"Apa! Kau benar-benar tidak tahu malu." Ibu mertua tersenyum sinis.
Sementara dua adik ipar nya masih mengeluarkan cacian yang tidak pantas keluar dari mulut secantik milik mereka itu.
Saat mereka masih belum mengakhiri intimidasi dan celaan, telpon di dinding dapur menyala.
Lampu di no satu menyala, Ratna melihat kepala pelayan langsung sigap meraih telpon dalam deringan ke dua.
"Baik Tuan Muda," jawab nya singkat.
"Ada apa? Apa Polin membutuhkan sesuatu?" ibu mertua bertanya.
"Tidak Nyonya, tuan muda meminta nona muda untuk kembali ke kamar."
Ratna bingung. 'Kenapa?' gumam Ratna.
"Aku, memang kenapa Pak Ki?" tanya Ratna.
"Nona bisa kembali ke kamar sekarang, tuan muda sedang menunggu."
"Baiklah, Ibu dan Adik Ipar, saya permisi." ucap Ratna.
Ratna menundukan kepala nya lalu beranjak pergi. Melewati tangga, sambil terus berfikir apa yang diinginkan suami nya.
Sementara di belakang nya ketiga wanita itu masih belum berhenti membicarakan nya, yang isinya hanya makian.
Duh, pagi-pagi tidak lelah apa memaki, Ratna melangkah menuju kamar nya.
Ia masuk ke dalam kamar, mencari di mana keberadaan laki-laki menyebalkan yang meninggalkan nya di malam pertama tanpa penjelasan.
Dia ada di atas tempat tidur, ia duduk sambil mengibaskan rambut nya.
'Sial, kenapa dia terlihat tampan padahal baru bangun tidur.' Ratna bergumam pada dirinya sendiri. Belum dia sampai di samping tempat tidur.
"Air" ucap Polin.
'Apa! Air, air minumkan, bukan nya jelas-jelas ada di sampingmu. Bersebelahan dengan telfon yang kamu pakai tadi.' gumam Ratna.
"Air!" Polin mengulang kata-kata nya. Ratna pun kaget terperanjak.
" Ba, baik." Ia bergegas melangkah meraih gelas dan menyerahkan nya kepada Polin.
'Gila! Apa ini maksud nya aturan kedua melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri tanpa bicara. Tapi inikan keterlaluan, kau kan punya tangan' gumam Ratna yang kembali terkejut saat Polin menyerahkan gelas kosong pada nya.
Bukan nya langsung meletakan nya di atas meja di sebelah nya.
Dia mengambil gelas itu dengan hati-hati, lalu meletakan nya lagi ke posisi semula.
Polin menggerakan kepala nya ke kanan dan ke kiri, mungkin mengusir pusing.
Ratna sudah mau beranjak dari samping tempat tidur, karena merasa suami nya ingin tidur lagi, seperti nya.
"Jam berapa sekarang?" tanya Polin.
'Lihat! Itukan jam dinding, matamu rabun apa?' gumam Ratna kesal.
"Jam delapan." jawab Ratna.
Diam lagi. Ahhhhh Ratna frustasi sendiri sebenar nya mau laki-laki ini apa.
"Aku mau mandi." ucap Polin.
'Hah! Kalau mau mandi ya sana bangun. Memang aku harus melakukan apa kalau kau mau mandi. Apa aku harus memandikanmu juga!' gumam Ratna semakin kesal.
"Apa kau tuli, aku bilang aku mau mandi." ucap Polin dengan kasar.
'Ia aku tahu kamu mau mandi, lantas apa hubungannya denganku.' kembali, Ratna bergumam.
"Siapkan air untuk mandi." ucap Polin kepada Ratna.
Ratna baru paham maksud nya. Lalu tanpa menjawab ia bergegas menuju kamar mandi.
"Sungguh merepotkan." Polin bangun dari tempat tidur.
Menyusul istri nya yang kikuk menuju kamar mandi tadi.
Ratna sudah mengisi air di bak mandi, dia menambahkan sabun dan beberapa tetes aroma terapi yang ia temukan di dekat tempat sabun.
Ratna terkejut kejut saat mendapati suami nya sudah ada di kamar mandi.
Lebih parah nya tanpa sehelai pakaian pun, piyamanya sudah tergeletak di lantai. Tergeletak begitu saja.
'Apa! Gila, kenapa pagi-pagi aku harus berada di neraka berulang kali. Aku ini masih perawan laki-laki gila, kenapa aku harus melihatmu telanjang di depanku.' gumam Ratna kesal sekali.
Walau pun sebenar nya ia adalah istri dari lelaki itu.
Tubuh Ratna bergetar, ia sudah mau melangkah keluar dari kehinaan ini.
"Kau mau ke mana? Cuci rambut ku!" Polin sudah masuk ke dalam bak mandi.
"Baik." jawab Ratna.
Ratna duduk di belakang bak mandi, mulai membasahi rambut Polin.
Ia melihat leher dan bahu suami yang ada di depan nya, bahu nya sangat bidang.
Kulit nya juga putih bersih, bagaimana laki-laki bisa punya kulit semulus ini.
Ratna menatap punggung suami nya sambil memijat kepala nya.
Seperti nya ia menghabiskan malam yang melelahkan, pikir Ratna.
Saat ia meletakan pakaian Ratna semalam ke dalam keranjang, ia bisa mencium parfum wanita dari sana.
Tidak hanya satu, ada tiga aroma parfum yang berbeda.
Jika satu milik nya, maka sisa nya kalian pasti bisa menebak berapa wanita yang menemani nya semalam.
Tidak ada yang bicara satu sama lain. Polin tenggelam dalam kebisuan, sementara pikiran Ratna ke mana-mana.
Memikirkan sampai hal terburuk tentang suami nya.
Ratna kaget ketika Polin tiba-tiba berdiri, sementara dia masih memijat kepala nya. Laki-laki itu berjalan menuju shower dan membilas tubuh nya.
Ratna memalingkan wajah, menunduk sambil membuka pembuangan air bak mandi.
Setelah ia yakin Polin sudah keluar dari kamar mandi, dia terduduk lemas sambil menarik nafas kuat.
'Kenapa? Kenapa aku harus mengalami ini untuk membayar kehidupan mewah keluargaku. Ayah, seharus nya kau menjualku sebagai pelayan di rumah ini. Aku akan merasa lebih berterima kasih dan tidak akan membencimu sebesar ini. Kenapa? Kenapa? Kau begitu kejam pada anak kandungmu sendiri. Ibu rasa nya aku ingin menyusulmu. Agar lepas dari kehinaan ini.' gumam Ratna sambil menahan air mata.
Ratna keluar dari kamar mandi, dia mengeringkan tangan nya dengan handuk kecil. Mendapati Polin yang sedang duduk sambil memegang hp nya.
"Keringkan rambutku." Dia melemparkan handuk, menempel tepat di wajah Ratna.
Gadis itu melakukan apa yang dimau Ratna tanpa bicara sepatah kata pun.
Ia hanya menggigit bibir nya menahan semua penghinaan ini.
×××××
Semua orang sudah menunggu di meja makan. Kepala pelayan menarik kursi utama di meja dan Polin duduk di sana.
Yang lain pun ikut duduk, seperti nya inilah posisi mereka makan sebelum Ratna masuk ke rumah ini.
"Pindah kursimu Jess!" Polin menatap adik nya.
Jessica adik ipar pertama kaget. Dia menatap Ratna penuh kebencian.
"Baik Kak." jawab Jessica.
Dia bangun, lalu menyenggol Marwah agar pindah ke kursi sebelah nya lagi. Ratna duduk di samping suami nya.
Dia tahu kenapa dia duduk di sini, tentu saja untuk berperan menjadi istri laki-laki di hadapan nya ini.
Ratna meletakan dua potong sanwich sayuran dan telur di atas piring di hadapan suami nya.
"Silahkan dimakan suamiku."
Ratna melihat semua orang menatap nya merinding dan penuh kebencian.
Bagaimana wanita gila ini berani bicara seperti itu, seperti itulah yang terbaca di wajah mereka.
"Polin, apa kamu mau pergi ke kantor hari ini?"
"Ia." Polin makan sanwich sebelum nya dia meminum air susu di samping nya.
"Kenapa tidak libur sehari, kamu kan baru sehari menikah."
"Aku tidak punya waktu Bu, banyak hal yang harus kukerjakan."
"Baiklah Nak, ibu tahu kamu sangat sibuk. Makanlah."
Semua membisu setelah nya. Ratna menghabiskan makan nya tanpa ingin melihat orang-orang di sekitar nya.
Biarlah, ia dianggap tak terlihat. Itu akan menyelamatkan kehidupan nya, hari-hari masih sangat panjang.
Tidak tahu sampai kapan ia akan berada di rumah ini.
Setelah selesai sarapan, Polin sudah mau berangkat.
Mobil sudah siap, seorang sopir membuka pintu dan berdiri di samping pintu.
Sekretaris Jo juga sudah berdiri dekat mobil. Dia menundukan kepala dan mengucapkan selamat pagi pada Polin dan Ratna. Hanya Ratna yang menjawab sapaan itu.
"Maaf Tuan Polin." ucap Ratna.
"Kenapa?" tanya Polin.
"Hari ini saya juga akan kembali bekerja seperti biasa." jawab Ratna
"Terserah, aku tidak perduli dengan apa yang kamu lakukan. Aku sudah pernah mengatakan nya kan." jawab Polin dengan acuh.
"Eh iya." jawab Ratna.
"Yang harus kamu lakukan hanya pastikan sudah ada di rumah sebelum aku kembali. Karena kau harus menjalankan tugasmu sebagai istriku." ucap Polin kepada Ratna.
"Ba, baik Tuan." jawab Ratna.
Polin masuk ke dalam mobil, dan sopir pun sudah beranjak masuk mengikuti nya. Sekretaris Jo juga akan masuk, namun Ratna memanggil nya.
"Permisi Sekretaris Jo, apa saya bisa minta no telfon Anda?" Dia terlihat berfikir. " Bolehkah saya mengirimkan pesan untuk menanyakan jam berapa suami saya kembali ke rumah. Agar saya tidak melakukan kesalahan."
Sekretaris Jo mengeluarkan dompet nya, menyerahkan selembar kartu nama.
"Nona bisa menghubungi saya di nomor ini." ucap Jo.
"Ah, terimakasih." jawab Ratna.
"Jangan sungkan kepada saya Nona, saya hanya pelayan tuan muda dan Nona termasuk majikan saya." ucap sekertaris Jo.
Eh, dia menunduk sopan kepada Ratna sebelum masuk ke dalam mobil.
Polin menoleh tadi, saat melihat istri nya bicara dengan Sekretaris Jo. Tapi apa yang dibicarakan mereka ia tidak bisa mendengar.