webnovel

SANG PENJAGA TERAKHIR

No. 1 WPC #116: Pimpinan Pria - Makhluk Mitos. _____ Cindaku adalah sosok misterius yang diyakini sebagai manusia yang memiliki kemampuan magis dan dapat merubah wujudnya menjadi harimau atau setengah harimau di tanah Sumatra, terutama di Jambi dan Sumatra Barat. Cindaku juga diyakini sebagai penjaga hubungan manusia dan harimau tetap berada pada jalur semestinya. Sementara Mori adalah seorang remaja yang memiliki kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan makhluk tak kasatmata. Suatu hari, ketika Mori menolong warga dan polisi hutan yang tersesat di hutan setelah melakukan penyergapan penebang liar karena melintasi daerah terlarang, secara tidak sengaja Mori bertemu langsung dengan Cindaku yang selama ini hanya dianggap mitos turun temurun.   Selain bertemu Cindaku, Mori juga bertemu dengan sosok tak biasa bernama Idris yang memiliki kekuatan dan pengaruh luar biasa! Idris mengatakan jika Mori bisa memilih hidup berdampingan dengan makhluk mitos atau mengabaikannya. Setelah pertemuan tidak sengaja Mori dengan Idris, Mori juga bertemu makhluk-makhluk lain yang selama ini dianggap mitos satu persatu. Hingga Mori terlibat langsung, mau atau tidak mau dan membuat Mori harus memilih seperti yang dikatakan Idris. Akankah Mori menerima setiap keanehan yang muncul di kehidupannya atau mengabaikan semua yang ada? Ikuti lanjutan kisah petualangan ini dalam SANG PENJAGA TERAKHIR! *** Up date setiap hari Minggu.

Ai_S_Sena · Huyền huyễn
Không đủ số lượng người đọc
211 Chs

124. Bertemu Orang Tua Miranda

Lantai delapan rumah sakit.

Miranda, Mori dan Didi diam saja selama di dalam lift, bahkan hingga lift terbuka di lantai delapan.

Didi berjalan keluar terlebih dahulu, disusul Miranda dan Mori yang memperhatikan gerak jalan Didi yang sedikit aneh kalau diperhatikan.

[Ah! Iya, aku lupa kalau kaki kirinya Om Didi tepat di bawah lutut adalah kaki palsu! Tapi aku penasaran kenapa pemilik kekuatan makhluk mitos bisa kehilangan kaki? Apa kasusnya sebelum menerima kekuatannya?] 

Beberapa meter berjalan ke arah kanan koridor lantai delapan, Didi berhenti di depan sebuah pintu berdaun dua berwarna coklat muda. Tidak ada petunjuk nama ruangan itu milik siapa, tapi yang pasti ruangan itulah yang diketuk oleh Didi tiga kali.

Didi membuka pintu setelah mengetuk dengan lebar.

"Terima kasih!" ucap Miranda memasuki ruangan.

"Masuk!" perintah Didi kepada Mori.