webnovel

Awal Mula

Di ruangan yang remang, suasana gelisah menghampiri seorang pria dan seorang nenek. Kedua wajah mereka mencerminkan kekhawatiran yang mendalam. Nenek, yang keriput wajahnya semakin bertambah, mengernyitkan keningnya dengan cemas. Sesekali, pandangannya terarah ke dalam kamar di mana Eris terbaring tak sadarkan diri di atas kasur.

Di sisi lain, kepala desa duduk di depan nenek, mengusap dagunya yang berjanggut seolah tengah merenung. Matanya naik turun, menatap nenek, dan menghela napas. Tiba-tiba, wajahnya berubah tegas.

Kepala desa teringat kejadian yang kembali menimpa Eris, anak yang malang ini. Sore tadi, nenek yang baru pulang dari kediamannya terlihat gemetar ketika mereka bertemu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, kepala desa langsung mengetahui apa yang telah terjadi. Eris menghilang. Itulah yang terlintas dalam pikirannya.

Tentu karena memang itu jawabannya, kepala desa meminta bantuan beberapa warga desa untuk mencari Eris. Para warga desa dengan ekspresi serupa ikut membantu dalam pencarian. Akhirnya, mereka berhasil menemukan Eris tak jauh dari rumahnya.

Kepala desa merasa kasihan atas masalah yang sering terjadi belakangan ini dan tidak bisa hanya diam. Ia memandang nenek yang terlihat lelah di usia senjanya. Meskipun sering diabaikan oleh nenek, kepala desa memutuskan untuk mengungkapkan kembali apa yang ada di benaknya.

Kepala desa merasa kasihan atas masalah yang sering terjadi belakangan ini, sehingga ia tak bisa hanya diam. Ia memandang nenek yang terlihat lelah di usia senjanya. Meskipun sering diabaikan oleh nenek, kepala desa memutuskan untuk mengungkapkan kembali apa yang ada di benaknya.

"Ini sudah terjadi berulang kali. Kita tidak bisa membiarkannya tinggal di sini. Untuk kebaikannya sendiri, anak itu harus segera meninggalkan desa ini, nek."

Nenek terdiam. Ia bingung dalam benaknya, dihantui oleh kekhawatiran. Pikirannya berkecamuk namun tak sampai pada keputusan yang pasti. Melihat nenek yang ragu, kepala desa yang tadinya tertunduk mengangkat wajahnya dan berusaha meyakinkan nenek sekali lagi.

"Nenek, aku tahu keputusan ini akan berat bagimu. Namun, tak ada pilihan lain lagi. Eris memiliki sensitivitas yang tinggi. Jika ia tetap tumbuh dan besar di sini, aku khawatir akan mempengaruhi pertumbuhannya. Nenek, kamu tidak perlu khawatir. Aku memiliki kenalan seorang bangsawan yang dapat membantu. Aku bisa merekomendasikan Eris untuk menjadi pelayan di sana. Aku jamin Eris akan baik-baik saja."

Nenek masih ragu. Ia menengok ke balik tirai sekali lagi dan menghela napas saat melihat cucunya yang tak sadarkan diri. Meski ucapan kepala desa memiliki kebenaran, keputusan ini sangat sulit bagi nenek yang tinggal sebatang kara dengan hanya cucunya sebagai teman.

Ia memegang keningnya yang pusing. Ia tidak ingin kehilangan cucunya setelah melewati begitu banyak hal bersama. Mungkin, jika saja ia masih muda, ia akan pergi mencari tempat tinggal baru bersama Eris tanpa ragu.

Kondisi Eris semakin memburuk. Ini bukan kali pertama Eris tak sadarkan diri seperti ini. Beberapa kali sebelumnya, Eris menghilang dan ditemukan pingsan di jalan. Awalnya, hal tersebut terjadi dalam jangka waktu tertentu, namun semakin sering terjadi hingga pada titik di mana semua orang berpikir Eris memiliki penyakit aneh.

Lalu semua menjadi jelas ketika seorang pengembara yang datang melewati desa mengetahui penyebab masalah yang menimpa Eris. Dia mengungkapkan, sakit yang dialami Eris bukanlah karena penyakit aneh atau karena dia memiliki tubuh yang lemah. Melainkan itu semua karena kepekaannya terhadap pancaran energi buruk yang berasal dari dalam hutan sehingga itu menjadi tekanan mental berlebihan untuk anak di usianya.

Semuanya menjadi jelas ketika seorang pengembara yang lewat di desa mengetahui penyebab masalah yang menimpa Eris. Pengembara tersebut mengungkapkan bahwa sakit yang dialami Eris bukanlah penyakit aneh atau karena kelemahan tubuhnya. Sebaliknya, itu semua disebabkan oleh kepekaannya terhadap pancaran energi negatif yang berasal dari hutan terlarang di sebelah desa, yang katanya menjadi sarang para monster dan iblis tercemar. Meski sejauh ini belum ada laporan adanya monster berbahaya yang keluar dari hutan dan menyerang desa.

Terlepas dari semuanya, alasan itulah yang membuat situasi seperti ini terjadi.

Kondisi Eris adalah kondisi di mana seseorang sangat sensitif terhadap energi negatif di sekitarnya. Biasanya, orang yang mengalami kondisi serupa memiliki kemampuan khusus yang terikat. Namun, bagi Eris, hal tersebut hanya menjadi beban. Sebab, kemampuan khusus tersebut biasanya dimiliki oleh para bangsawan dengan sejarah dan keturunan yang jelas.

Namun, di kerajaan ini, bangsawan memiliki stigma buruk terutama di kalangan rakyat jelata. Karena alasan-alasan tersebut, nenek bingung memilih jalan mana yang harus ia tempuh saat ini. Ia cemas dan khawatir akan masalah yang mungkin timbul di masa depan.

"Nenek, percayalah padaku. Aku tahu bahwa nenek tidak ingin berpisah dengan cucumu. Aku pun juga tidak ingin memisahkan nenek dari Eris. Namun, apa yang bisa kita lakukan? Nenek, tidak ada alasan untuk khawatir. Memang, awalnya akan terasa sepi. Namun, aku berjanji akan merawat nenek karena dulu nenek banyak membantuku. Nenek juga tidak perlu khawatir tentang kehidupan Eris di sana nanti. Meskipun bangsawan, orang yang aku kenal adalah orang baik dan dapat dipercaya.

Kepala desa melanjutkan pembicaraannya, sementara nenek hanya terdiam dengan pandangan kosong. Sejujurnya, kepala desa merasa tidak nyaman mengatakan hal itu. Lebih dari siapapun, dia memahami situasi dan kondisi sang nenek. Namun, kepala desa tidak bisa diam jika situasi dibiarkan terus seperti ini.

Kali ini dia tak bisa berkata dan hanya bisa menunggu keputusan nenek. Suasana menjadi hening, dan beban terasa berat.

Namun, dia tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Sudah cukup malam baginya, dia harus kembali. Ketika hendak membuka mulut untuk memastikan keputusan, suara Eris terdengar dari dalam kamar..

"Nenek..." rintihan Eris memanggil neneknya. Nenek segera beranjak dari kursi dan mendekati Eris yang terlihat menangis.

"Nenek, Eris takut."

"Tak apa, Eris. Nenek di sini." Nenek memeluk Eris dan berusaha menenangkannya sambil mengelus rambutnya dengan lembut.

Di pintu kamar, kepala desa hanya bisa melihat mereka berdua dengan tangan bersilang. Hatinya tersentuh. Sedikit rasa bersalah menyergapnya ketika mengingat sikapnya sebelumnya yang seolah ingin memisahkan mereka. Dia mendesah dan mengangkat kepala.

"Sepertinya tidak ada pilihan lain." Gumamnya pelan. "Baiklah, nek. Karena sudah larut malam, saya kembali dulu." Ucapnya dengan putus asa, lalu segera berbalik. Dia hanya bisa pasrah. Ketika hendak meninggalkan mereka berdua, suara nenek mencapai telinganya, membuatnya terhenti.

"Tunggu sebentar!"

Kepala desa terlihat bingung, memutar kepalanya, mencari tahu apa yang diinginkan nenek.

"Ada apa?" tanyanya.

"Sepertinya, itu adalah satu-satunya pilihan."

Nenek menatap ke arah kepala desa. Rasa kebingungan di wajah kepala desa langsung berubah menjadi kejutan. Melihat seberapa enggan dia sebelumnya untuk menyerah, namun seketika berubah pikiran saat hendak pergi.

"Apakah Anda serius, nek?"

"Tidak perlu lagi dibicarakan. Setidaknya Anda harus memegang kata-kata Anda." Ucap nenek dengan lirih.

Kepala desa membuka matanya sekali lagi. Nenek yang terlihat keras kepala akhirnya tidak bisa mempertahankan keegoisannya terhadap cucunya. Bagaimanapun juga, pikiran rumitnya langsung luluh saat cucunya menangis di pelukannya.

Kepala desa memegang kepalanya, tidak pernah menyangka dia akan melihat adegan menyentuh seperti ini di usianya.

"Baiklah, aku akan menjamin itu." Dia beranjak pergi dari sana, kembali ke rumahnya. Di jalanan yang sepi dan gelap, kepala desa mulai memikirkan persiapan apa yang harus dilakukan. Melihat sekuatnya ikatan mereka, kepala desa meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Meski terbersit pikiran tentang kondisi Eris yang semakin sering terjadi belakangan ini, dia mengabaikannya karena ada urusan yang harus dia hadapi terlebih dahulu.

Haha, betapa bodohnya aku mengalami writter block di awal >m<

Ini karena aku hanya memikirkan gambaran besar saja, lol

HakuHaVeriancreators' thoughts