webnovel

SANG PENAKLUK HATI

Cinta yang dulu manis dan saling menyapa kini lama kelamaan memudar. Jarak dan waktu yang kini menjadi kehampaan ini membuat hati siapa saja bimbang. Kamu mmenimbulkan goresan luka hingga dia yang baru saja ku kenal menjadi tempat singgahan.

Penatilyt · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
10 Chs

Bagian Tujuh

Hari ini weekend membuat Kezia malas buat melakukan apa-apa, dia lebih memilih di kamar tidurnya sambil menonton serial korea yang membuat dia tergila-gila dengan oppa oppa korea. Sedang asiknya menonton dia terganggu dengan suara teriakan dari bawah, siapa lagi kalau bukan kakaknya yang selalu mencari ribut dengan adeknya."KEZIA TURUN!!"

Kezia yang mendengar teriakkan itu langsung mematikan Tvnya dan langsung turun ke bawah menjumpai sang kakak sebelum dia mencari gara gara lagi. "Apaan sih kak main teriak-teriak saja, mirip monyet tahu."

"Kan ini weekend, jalan ke mall yok. Kakak bandar deh kali ini."

"Tumben baik, biasa biak." Tanya Kezia penasaran biasanya kakaknya malas di ajak apalagi menjadi bandar.

"Lo adek aku atau bukan sih, kok cakapnya bentur terus?"

"Bundaaa... Kak Kenzo panggil adek pakai Lo Lo an Bun, tak sopan sama adeknya." Adu Kezia sama bundanya membuat Kenzo menjitak kepala Kezia.

"Kamu yang tak sopan sama kakak, ayo atau gak sama sekali."

"Ayo, tapi tunggu adekmu siap-siap bentar ya kakakku ganteng."

"Gak usah bergaya kita bukan mau ke kondangan ya."

"Siap laksanakan."

Tak terasa kakak beradik yang tadinya beradu mulut sekarang sudah tiba di mall di kota mereka. Dengan janji Kakaknya tadia dia akan jadi bandar buat adeknya hari ini dan otomatis adeknya akan memoroti sang kakak.

Dimulai dari belanja sepatu, tas, dan baju. Bukan kakaknya kesal atau marah yang di poroti sang adek, dia malah senang bisa lihat adeknya senang hari ini karena akhir-akhir ini dia melihat wajah adeknya murung.

Berbelanja sudah puas mereka memasuki bioskop dan memilih film favorit mereka action. Ya, mereka suka dengan film action.

"Kak, kita makan yok sebelum pulang. Lapar nih aku." Ajak Kezia yang sudah keluar dari bioskop.

"Yok, kakak juga lapar nih dek. Makan tempat biasa ya dek."

Mereka masuk ketempat cafe yang terdekat dari mall, memesan makanan dengan obrolan singkat. Kenzo yang memperhatikan adeknya akhir-akhir ini terlihat murung.

"Dek, gimana kabar Sam?"

"Mungkin baik kak. kalau kak Vina gimana? Lama dia gak kerumah."

"Kok mungkin dek? Emang gak berkabaran?"

"Menurut kakak gimana dengan status LDR? Bisa bertahan gak kak?"

"Bisa dan gak bisa. Kamu mau pilih yang mana dek?"

"Aku mau milih bisa kak tapi sulit."

"Sulit tap..."

Tiba-tiba pelayan datang membawa pesanan mereka dan memberhentikan percakapan yang terpotong tadi. "Silahkan makan mba, mas." Mereka berdua menganggukkan kepala sambil tersenyum pada pelayan café tersebut.

'"Makan dulu dek, perut sudah bergoyang."

"Ya kak."

"Dia disini dan bersama seorang cowok sepertinya itu cowoknya." Gumam seseorang lelaki yang melihat kedekatan dua kakak beradik tersebut.

*****

Dunia yang dulu kurasakan redup kini telah ada sedikit cahaya menerangi, tapi aku tidak tahu bahwa itu adalah dirimu.

Heiii... tunggu!

Kezia menatap datar sosok pria menarik tangannya tiba-tiba yang berada di sampingnya. Argayasha Albassam, sosok pria yang tiba-tiba hadir dikehidupannya. Memberi sedikit ruang kesendiriannya, membantu menghilangkan rasa kesepian ataupun ke galauan yang diberi sang kekasih.

Laki-laki yang tak ada sedikit manisnya memperilakukan wanita, yang selalu menatap dengan ekspresi yang datar. Bahkan junior ataupun senior takut untuk mendekatinya, yang memiliki julukan seribu pesona ketika senyum dan simuka datar bagaikan kelelawar di malam hari.

"Lo budeg!"

"Gue bukan budeg tapi lo gak ada manggil nama gue. Lo kira nama gue HEI!"

"Bising! Lo pulang bareng gue!"

"Gue bisa pulang sendiri. Lagian gue mau keruang musik ada latihan."

"Lagi."

"Dan lagi lo terus mengusik gue."

Alis Arga bertaut, ia heran dengan sikap Kezia yang terlihat jutek di depannya saja dan lagi Arga bingung dengan dirinya yang ingin selalu mendekati Kezia. Arga yang menatap wajah kesal Kezia hanya menatap dengan wajah datarnya.

"Duluan." Ucap Kezia lalu pergi meninggalkan Arga.

Kezia yang berjalan menunju ruang musik untuk mengikuti latihan yang diadakan sore hari membuat dirinya merasa waktunya cepat berlalu begitu saja. Kezia yang memilih bergabung di organisasi musik padahal dia tidak ada bakat sama sekali di bidang musik, bahkan Ia tidak tahu bermain musik. Tapi ketidak tahuannya tidak membuat dia putus semangat untuk belajar, Ia selalu belajar gitar ataupun piano.

Biarpun baru dua bulan bergabung Ia sudah memiliki senior yang mengajarinya belajar bermain musik, salah satunya adalah Arga yang rela mengajari Kezia.

Sudah lama Arga bergabung di organisasi musiknya tidak satu orang pun yang mau Ia ajari bahkan membantu cewek bermain gitar saja Ia ogah. Tapi berbeda dengan sesosok junior yang telah membuat dirinya mau mengajari sesosok wanita.

Arga tidak mengikuti latihan kali ini dikarenakan ada jadwal pengganti kuliah yang mengharuskan Ia absen mengajari Kezia.

Dipp

Kezia mengambil ponsel yang berdering disakunya. Nama Arga tertera di notifikasi ponselnya, kerutan di dahinya bertambah dengan satu pesan seakan itu adalah perintah.

Senior aneh : Pulang bareng, gue hampir selesai. Jangan banyak bacot dan jangan ngebantah.

Kezia tak berniat membalas pesan yang seakan ia adalah bawahannya, Ia sedikit aneh dengan sikap Senior satu ini. Yang selalu datang tiba-tiba dan memerintah seenak jidatnya, dibantah kan dapat tatapan dingin sedingin air panas.

Kezia yang ingin memasukin HPnya terhenti ketika mendapat notifikasi dari orang yang membuatnya delima akhir-akhir ini. Inggin rasanya bahagia mendapat notifikasi darinya tapi ada pikiran yang selalu mengganggunya akhi-akhir ini hingga membuat hubungan mereka semakin renggang.

SAM :)

Gimana kabarmu disana?

Apakah tak ada rindu sama sekali?

Kenapa diread saja zia?

Marah yah?

kalau marah nanti malam aku telpon yah. I miss you :*

Ingin rasanya Kezia menangis melihat pesannya. Memusnahkan rasa kwathirnya, atau dia yang salah paham sehingga ia marah pada hubungan yang sudah renggang ini. Tidak, Ia tidak mau hubungan ini semakin renggang, Ia harus memperbaikinnya.

"Kezia... Ayo pulang, sudah mau ditutup ruangannya."

Eva berjalan kearah Kezia yang masih menatap HP. Eva melihat seakan wajah teman satu organisasinya menahan sesuatu.

"Lo kenapa? wajahmu memerah."

Kezia yang niat membalas pesan Sam tidak jadi karena ada temannya dan menaruk HPnya kembali ke saku.

"Tidak kenapa, Lo kok masih disini?"

"Kak Rena suruh aku periksa ruangan dan tutup pintu dan gue lihat masih ada lo. Ayo keluar"

"Ayo."

"Kamu pulang bareng siapa Kez?"

"Gue naik bus nih, kakak gue kayaknya gak bisa jemput."

"Pulang bareng gue saja yah. Tapi kita ke kantin bentar, mau balikin buku ini sama kak Arga."

"Gak usah deh. Gue pulang sendiri saja."

"Sekali-kali pulang bareng gue kez, selagi sahabat lo tidak ada. hehehe."

"Ok. Tapi gue nunggu dipark..."

Tanpa menunggu jawaban Kezia, Eva langsung menarik tangan Kezia menunju kantin. Sebenarnya Kezia malas bertemu dengan Senior sekaligus ketua organisasi musik itu. Tapi apa daya Ia harus menemani Eva mengembalikan buku, mungkin buku penting organisasi.

"Kez, pulang bareng gue mau."

Jordan kakak senior Kezia berjalan mendekatin perempuan itu. Kezia hanya melirik kelias, ia memilih pergi sama Eva. Jalannya terhenti ketika tangannya ditahan oleh Jordan.

"Maaf kak, aku pulan.."

Kalimatnya terpotong dan terdengar suara dari belakangnya "Kezia sudah janji pulang bareng gue."

Tangan Kezia ditarik dan dibawa kearah parkiran. Tak mengusik ataupun mendengar suara dari kantin yang sedikit berbisik tentang mereka berdua. Ya, mereka menjadi pusat perhatian di kantin yang agak sepi karena sudah menjelma menjadi malam.

Kezia hanya terdiam dan mengikutin Seniornya yang menarik bukan yang menggenggam tangan mugilnya. Tidak ada penolakan atau bantahan, mungkin Ia sudah tersihir oleh tangan hangat yang menggenggam lembut tangan mugilnya.