webnovel

Wanita One Night Stand

Surabaya

Nathan dan ibunya merasa heran melihat Ruby yang tampak murung. Perempuan itu sama sekali tidak memakan makanannya, sedari tadi dia hanya mengaduk-aduk makanan di hadapannya.

"Kamu kenapa nak? tidak suka sama makanannya?" tanya ibunya.

"Tidak Bu."

"Terus kenapa makanannya hanya diaduk-aduk begitu?" tanya ibu lagi.

"Ruby hanya sedang tidak selera saja," jawabnya.

"Tidak boleh gitu dek, nangis nanti nasinya kalau tidak dimakan," ucap Nathan.

Ruby tersenyum tipis mendengar ucapan kakaknya. Kakak dan ibunya bekerja keras untuk sesuap nasi, karena itu Ruby memaksakan dirinya untuk menelan makanan itu.

Nathan menatap Ruby heran karena belakangan ini saudaranya itu terlihat murung padahal biasanya Ruby selalu ceria, tersenyum dan penuh canda tapi sekarang dia tampak berbeda. Sudah beberapa kali Nathan mencoba bertanya tapi Ruby hanya berkata dia baik-baik saja. Nathan pun tidak lagi bisa memaksa jika Ruby tidak ingin bercerita padanya.

***

Kampus

Lukas memukul kaca toilet di kampus hingga pecah tak berbentuk. Sudah dua minggu berlalu tapi ingatannya tentang Ruby itu tidak juga hilang. Walaupun marah tapi hati kecilnya ingin bertemu lagi. Melihat mata yang terkadang terlihat malu-malu saat menatapnya dan mengulangi manisnya bermain cinta yang luar biasa.

"What are you doing, Bro?" seru Rangga yang juga sedang di toilet.

Rangga yang melihat kaca toilet pecah dan berantakan segera memanggil OB dan membawa Lukas keluar dari toilet menuju kelas.

"Ada masalah?" tanya Rangga pada adiknya.

"Nothing."

"Obati lukamu sendiri." Rangga mengulurkan kotak obat yang dia ambil di UKS. Tapi Lukas mengabaikannya.

"Aku tidak menemukannya," gumam Lukas setelah terdiam cukup lama tanpa menyentuh kotak P3K yang disodorkan Rangga.

"Siapa yang kamu maksud?"

"Wanita jalang itu."

"Wanita jalangmu terlalu banyak jadi mana aku tahu."

Lukas berteriak menumpahkan kekesalannya. Tak berniat mengobati lukanya. Hanya karena wanita tak jelas asal-usulnya dia jadi sulit berkonsentrasi bahkan tak berhasrat lagi dengan wanita lain. Wanita lain yang datang hanya memperburuk mood-nya. Yang ada dia semakin emosi, ingin menghancurkan apa pun.

"Kurasa wanita jalangmu kali ini spesial, siapa namanya? Biar aku bantu mencarinya."

"Entahlah aku lupa namanya. Dia bukan spesial, tapi dia sukses melukai harga diriku."

"Dasar, apa yang kau ingat hanya desahannya, hah?"

"Shit! Jangan mengingatkanku padanya."

Rangga menggeleng kepala heran dengan kelakuan adiknya itu. Baru kali ini Rangga mellihat Lukas sekacau ini hanya karena wanita one night stand. Harga diri apa yang dimaksud Lukas pun dia tak paham.

"Ayo keluar saja kita makan siang daripada kau menghancurkan kelas ini juga. Ditunggu Satya dan Devan di tempat biasa."

"Baiklah." Lukas mengikuti Rangga setelah membasuh tangannya dengan alkohol, tak mempedulikan betapa perih lukanya. Dia hanya membersihkan tanpa berniat mengobati.

"Jangan cerita soal wanita jalangku pada mereka."

"Oke, ada lagi? Soal perjodohanmu bagaimana?"

"Ah, shit. Ibu tiri kita memang keterlaluan. Bagaimana bisa aku dijodohkan? Bahkan sekali kedip wanita-wanita mengerubutiku. Dia pikir aku bujang lapuk yang tak laku."

"Wanita jalang maksudmu?"

"Sialan!"

"Kurasa kau perlu berhenti dengan kegiatan seksualmu yang memprihatinkan."

"Apa maksud perkataanmu? Apa kau mulai jadi penceramah setelah menikah? Yang benar saja."

"Bukan, tapi menemukan orang yang tepat sangatlah lebih baik. Tidak irikah melihat Satya dan Tina?"

"Ah... pasangan norak itu."

Membayangkan saja Lukas nyaris muntah. Satya mendadak jadi manis hanya karena seorang wanita, mau melakukan apapun demi wanitanya. Itu adalah masa penjajahan menurut Lukas. Tak akan ada masa seperti itu di kehidupannya. Jangan sampai terjadi.

"Mungkin teman tidurmu yang satu ini perlu diperhitungkan."

Lukas berhenti melangkah menarik lengan Rangga. Menatapnya penuh selidik.

"Aku hanya dengar dari bartender klub, kamu tidak pernah tergoda wanita lagi. Kurasa dia sangat spesial sampai membuatmu begini," kata Rangga yang dipandang dengan tatapan interogasi dan cengkeram di bajunya.

"Dasar wanita sialan. Aku sudah mencarinya ke setiap toko fashion dan sepatu tapi aku tidak menemukannya bahkan tidak ada yang mengenalnya." Lukas berdecak kesal melepas cengkeramnnya di lengan Rangga.

"Bagaimana ada yang mengenalnya kalau kau saja lupa namanya."

"Sialan!"

"Apa hobimu itu mengumpat sekarang?"

"Ya, karena jalang itu."

"Apa dia begitu lihai menjamahmu?"

"Bahkan dia tidak tahu cara bercinta. Kurasa itu pertama kali buatnya."

Rangga memukul kepala Lukas. "Dasar bodoh, kamu meniduri perawan, hah?"

"Sudah terlanjur."

Lagi-lagi Rangga memukul kepala Lukas. Tak habis pikir dengan kelakuan bocak di sampingnya. Setelah sering berganti teman tidur seperti berganti baju sekarang meniduri perawan. Lukas butuh karma agar dia jera. Tak tahu lagi harus bagaimana memberitahu adiknya ini. Sulit sekali dikendalikan.

"Gila."

"Dia bahkan lebih gila. Memberikan keperawanan untuk sebuah taruhan. Wanita macam apa dia."

"Sudah tahu dia wanita seperti apa, bukan? Kenapa masih membuatmu seperti ini?"

"Berhentilah mendesakku. Kalau sampai aku bertemu lagi dengannya, awas saja."

"Memang mau kau apakan, hah? Kau ajak menikah?" tawa Rangga pecah di akhir kalimatnya. Sementara Lukas hanya melirik sekilas kakaknya yang menyebalkan.

Dalam benaknya, dia berharap di setiap kesempatan dia mengunjungi tempat mana pun bertemu wanita itu, wanita yang dia lupa namanya. Kalau saja memukul kepalanya bisa membuatnya ingat satu nama, dia akan melakukannya.

"Bersiap-siaplah ditanya yang lain."

"Ditanya apa?"

"Orang di kutub pun tahu perubahanmu akhir-akhir ini apalagi mereka, termasuk aku. Kalau memang butuh bantuan katakanlah padaku."

"Aku hanya butuh doamu Ka, untuk menemukannya lalu akan kukurung dia di ruang bawah tanah sampai aku puas membuatnya memohon padaku. Kamu paham kan arti memohonku?"

"Kejam sekali," kata Rangga, menggelengkan kepalanya tak percaya. Tapi melihat ekspresi Lukas, Rangga jadi sedikit takut dan berharap semoga Lukas tak bertemu wanita one night stand-nya daripada dia harus mengurus pengeluaran Lukas dari penjara.

To Be Continued

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

JaneJenacreators' thoughts