webnovel

Making Out

Bali

Author POV

"Mas? Apa Mas menangis?"

Gwen terbangun keesokan harinya. Menyadari punggungnya terasa basah dan isak tangis tertahan di belakangnya. Ia hendak membalikkan tubuh tapi tangan Rangga menahannya. Pria itu memeluk perutnya dan menangis di punggungnya.

"Maafkan aku." Rangga berbisik lirih. "Maafkan aku, Gwen." Bibir Rangga mengecup bekas cambukkan di punggungnya.

Gwen ikut menangis dalam diam, rasanya memang masih sangat menyakitkan. Tapi ia sudah memutuskan untuk berdamai dengan dirinya dan juga memaafkan Rangga. Memang sangat sulit awalnya. Tapi melihat bagaimana Rangga berjuang diam-diam untuknya, Gwen merasa bahwa pria itu berhak mendapatkan kesempatan kedua.

Ia tidak ingin kehilangan Rangga. Ia tidak ingin kehilangan suaminya.

Sosok Rangga yang kejam terasa kabur di dalam pandangannya, ia telah menemukan sosok Rangga yang sesungguhnya. Dan pria itu benar-benar memujanya. Ia ingin bersikap egois dengan memiliki pria itu selamanya.

"Aku sudah memaafkan Mas." Bisik Gwen, membalikkan tubuh dan memeluk Rangga, meletakkan kepala pria itu di dadanya. "Rasanya memang sakit, tapi aku ingin bersama Mas. Aku tidak ingin kehilangan Mas."

Rangga menangis kian keras di pelukannya. Pria itu terus saja mengucapkan kata maaf dengan nada permohonan. Gwen sendiri ikut menangis bersamanya. Gwen bisa melihat betapa menyesalnya pria itu atas apa yang pernah dilakukannya.

"Mari kita tetap bersama." Bisik Gwen membelai kepala Rangga. "Mulai sekaranng jangan pernah tinggalkan aku."

Rangga mengangkat wajah dan mengusap wajah Gwen yang basah. "Apapun yang terjadi. tetaplah di sampingku." Pinta Rangga sungguh-sungguh. "Tetaplah menjadi istriku."

Gwen mengangguk dan mengecup kening Rangga. "Aku akan selalu menjadi istri Mas."

Setelahnya mereka kembali menghabiskan pagi untuk saling memuaskan, bercinta dengan lebih lembut dan pelan, memberikan belaian-belaian yang membuat Gwen sendiri tidak sabar tapi Rangga tetap ingin melakukannya.

Rasanya jauh lebih nikmat dari sebelumnya, Rangga benar-benar memujanya secara terang-terangan.

"Karena ini sarapan sekaligus makan siang, kurasa aku bisa menghabiskan makanan dua porsi sekaligus." Ujar Gwen membiarkan Rangga memeluk pinggangnya memasuki restoran.

Rangga tertawa. "Bukankah kamu memang sering makan dua porsi sekaligus?"

Gwen mendelik, berpura-pura kesal. "Jadi sekarang Mas mengejekku?"

"Siapa yang mengejekmu, hm?" Rangga menarik sebuah kursi untuk Gwen. "Aku suka melihatmu makan banyak. Karena kamu juga butuh tenaga yang lebih banyak mulai sekarang."

Kalimat itu berhasil membuat Gwen merona. Ia memelotot sedangkan Rangga menyengir lebar.

Setelah makan siang Rangga pergi mengunjungi lokasi proyeknya sedangkan Gwen memilih untuk tidur siang. Sore harinya mereka berjalan-jalan, mengunjungi toko-toko yang menarik perhatian Gwen lalu membeli beberapa barang yang Gwen inginkan.

Mereka makan malam di Ubud, setelahnya kembali ke resort dan bercinta.

"Aku tidak ingin kembali ke Jakarta." Ujar Gwen setelah mereka bercinta ke tiga atau empat kali, Gwen sendiri tidak tahu. Ia tidak menghitungnya.

"Kita disini saja selamanya,"

Gwen mendelik sedangkan Rangga tertawa. "Tapi bagaimana kuliah dan pekerjaanku?"

"Kita disini saja terus, bercinta, makan, tidur, lalu bercinta lagi."

"Ih, aku serius, Mas!" Gwen mencubiti perut Rangga sedangkan pria itu berusaha menghindarinya. "Apa kita bisa disini dua hari lagi? Aku jarang pergi keluar kota seperti ini."

"Tentu saja." Rangga memeluk istrinya lebih erat. "Kita bisa disini selama yang kamu inginkan."

Dan mereka menghabiskan waktu tiga hari lagi lamanya di Bali. Menikmati waktu berdua dan menikmati percintaan mereka setiap hari.

To Be Continued