webnovel

Aku Membencimu, Gwen

Painting Room

"Aku heran."

Rangga mengangkat kepala untuk menatap Satya, sepupunya yang menyebalkan, yang sejak tadi menatapnya.

"Heran kenapa?" tanyanya datar.

"Mana cincin pernikahanmu?" mata Satya menatap jemari Rangga yang polos.

"Lupa," ujarnya dengan nada acuh.

Satya berdecak. "Kamu mungkin bisa berbohong kepada orang lain, tapi tidak denganku." Rangga meletakkan pulpennya ke atas permukaan meja, matanya menyorot tajam pada Satya. "Sayangnya, aku tidak takut dengan tatapanmu."

Tidak salah Rangga menganggap Satya menyebalkan. Karena sepupunya itu sama sekali tidak takut pada apapun.

"Jadi kenapa kau memaksa tetap menikahi Gwen kalau kau tidak menyukainya? Kenapa tidak menunggu Carlo saja?"

"Anak haram itu kabur." kalimat itu terdengar sangat sinis.

Kedua mata Satya menyipit. "Kenapa kau jadi pemarah begini? Sudah kubilang, kalau kau tidak setuju maka batalkan saja, kenapa repot-repot menikahinya kalau hal itu membuatmu kesal?"

"Aku tidak tahu, saat itu yang ada dipikiranku aku ingin membuktikan pada ayahku aku bisa menyelamatkan nama baik keluarga wardana."

"Kalau begitu ceraikan saja Gwen."

Rangga menatap sepupunya seolah Satya sudah gila, meski ia yakin Satya benar-benar sudah gila.

"Dan membuat ayahku mengamuk dan membuat keributan lagi?"

"Apa kamu tidak berpikir bahwa dengan begitu kamu juga akan melukai Gwen?"

"Wanita itu tidak akan terluka, kalaupun terluka aku tidak peduli," Rangga menjawab dengan sinis. "Kau lihat senyumannya di pelaminan saat itu? Dimataku terlihat begitu menjijikan."

Satya menatap Rangga dalam-dalam. "Jangan bilang kamu membenci Gwen hanya karena ia tidak bisa menolak perintah ibunya."

"Seharusnya ia bisa menolak."

"Mungkin dia tidak punya pilihan sama sepertimu."

"Omong kosong. Aku kenal banyak wanita, dan wanita seperti dia itu memang mengicar pria kaya seperti Carlo dengan wajah polosnya, lalu setelah tidak bisa mendapatkan Carlo dia dengan tanpa terpaksa sedikitpun setuju menikah denganku, dia memang mirip dengan ibu tiriku."

"Rangga!" Satya benar-benar marah kali ini. "Kamu boleh membenci seorang wanita tapi jangan pernah mengumpatnya seperti itu."

"Sudahlah, aku lelah berdebat denganmu. Keluar dari sini sekarang."

"Untung saja kamu sepupuku." Satya berdiri kesal sambil membawa tasnya. "Kalau tidak sudah kucungkil bola matamu." ujarnya sambil beranjak pergi.

Rangga menghela napas, meninju meja untuk menyalurkan kekesalannya.

Apa tidak ada yang bisa melihat bagaimana jalangnya Gwen sialan itu? Wanita yang menjual dirinya demi sebuah uang? Apa Satya tidak tahu itu?

Ck, benar-benar wanita yang menjijikan!

To Be Continued