Rosa menatap ayah sambungnya yang sedang duduk di bangku taman, Sebenarnya Rosa masih sangat malas bertemu dengan ayahnya itu. tapi Rosa ingin berbicara sebentar saja, Rosa ingin tau apakah ibunya Madeleine saat ini benar-benar marah?
Langkah kaki Rosa terasa berat ketika hampir sampai di dekat ayahnya, Tanpa sadar Rosa berhenti dan menatap Punggung Drakon dari belakang. punggung tegap yang sangat indah itu, selalu membuat Rosa terpesona, Tapi apakah Punggung itu adalah tempat terbaik?
Kakeknya telah tiada, Ibunya Madeleine juga pasti semakin membenci Rosa. Dan ayahnya? apakah ayahnya juga akan melakukan hal yang sama seperti ibunya? membenci Rosa dan mungkin akan membuang Rosa dari tempat ini?.
"Yang mulai Raja Drakon." Sapa Rosa dengan nada lemah, Drakon yang sejak tadi sedang kalut menengok dengan cepat. di belakangnya sudah ada gadis cantik yang selalu membuat dirinya tak nyaman ketika tidur dan memimpikan setiap lekuk tubuh gadis manis ini.
ASTAGA Drakon! bagaimana bisa kau berpikir hal mesum di setiap melihat tubuh anakmu sendiri?.
"Rosa.. senang melihatmu disini, kemari.. duduklah." Drakon menepuk pelan bangku taman yang ada di sampingnya, lalu Rosa berjalan perlahan dan duduk di sana. Rosa tak mengerti kenapa saat dirinya duduk di samping ayahnya ini, jantung Rosa langsung berdetak tak karuan, Apakah ini normal? Pikirnya Bingung.
"Yang mulia.. Aku ingin bertanya beberapa hal." Ujar Rosa dengan suara lembutnya.
"Jangan panggil aku seperti itu, bukankah kau yang akan menjadi Ratu di Kerajaan Centaurus?." Tanya Drakon dengan senyum tak kalah manis, Rosa tersipu malu dengan perkataan Itu. Namun buru-buru menutupi rasa malunya dan menatap arah lain. lebih tepatnya ke arah Taman mawar yang ada di depannya saat ini.
"Aku rasa tidak pantas jika saat ini aku hanya memanggil nama saja, sebenarnya aku tak mau jadi seorang Ratu.. aku hanya ingin hidup tenang di dalam istana tanpa adanya perdebatan dan masalah yang berarti, apakah kau bisa membantuku dalam hal ini yang mulia Drakon?." Tanya Rosa hati-hati, Rosa hanya takut Drakon berpikir aneh aneh tentang permintaan Rosa yang sekarang.
"Baiklah Rosa.. Membantu dalam hal apa? apa maksudmu sebenarnya?." Ujar Drakon, Drakon menyerah mengingatkan Rosa untuk tak memanggilnya dengan sebutan Yang Mulia, Drakon juga hanya bisa memandang anak gadisnya ini dengan pandangan penuh dengan kasih sayang. Drakon juga bingung kasih sayang seperti apa di dalam matanya sekarang, atau lebih tepatnya dalam hati dan pikiran?.
Drakon sebenarnya ingin marah, ingin kesal, ingin memaki Rosa yang sekarang terpilih menjadi Penerus kerajaan Centaurus. tapi Drakon tidak bisa, rasa-rasanya setiap melihat bola mata yang begitu polos ini, Drakon ingin sekali melindunginya dan memeluknya hingga tak di lepaskan lagi.
"Soal menjalankan kerajaan, Aku tak tau cara menjalankan kerajaan.. walaupun pada akhirnya nanti aku akan di bantu Oleh Panglima Centaurus dan juga para Tetua kerajaan, rasanya aku tetap tak akan bisa menjalankan pemerintahan dengan benar. aku ingin meminta bantuan Ayahanda sebagai penasehat utama kerajaan, bagaimana?." Pertanyaan Rosa Terdengar sangat sederhana, namun apa katanya tadi? penasehat kerajaan? Bagaimana bisa Raja Besar sepertiku hanya menjadi penasehat kerajaan? ini namanya penghinaan dan aku tak mau menjadi seperti ini, setelah apa yang aku lakukan dan semua rencana besar yang aku perbuat, rasanya penasehat kerajaan terlalu rendah tahtanya.
"Rosa dengarkan aku.." drakon mengambil satu tangannya dan menggenggam di dalam tangan besarnya, lalu Drakon menatap mata Rosa. "Bukan aku tak mau membantumu, tapi kau harus tau bahwa Aku ini adalah Raja Besar di Hibrida. Aku Raja yang agung dan di puja Masyarakat yang ada di wilayahku, aku tidak bisa menjadi Penasehat begitu saja, apalagi untuk kerajaan lain.. itu namanya pengkhianatan, aku tak mau mengkhianati kerajaanku sendiri. Apakah kau mengerti?." Tanya Drakon dengan begitu lemah lembut.
"Ah.. maaf Yang mulai Raja, aku benar-benar tak tau tentang hal ini. ini kenapa aku tak mau menjadi seorang Ratu dan meneruskan kerajaan, karena aku tak tau apa apa dan hanya bisa melihat dari kejauhan saja.. aku terlalu malu menampakkan wajahku di aula istana Esok hari, Esok malam akan ada pengangkatan diriku sebagai seorang Ratu, aku tak mengerti bagaimana caranya melepaskan semua ini. aku terlalu takut dan aku tak bisa menolak juga. Tanggungjawab ini terlalu besar, aku takut.. aku takut hancur di dalam Mahkota besar di kepalaku nantinya." Rosa mendudukkan kepalanya lemah, dirinya benar-benar takut sekarang. Rosa tak mengerti apa apa tentang masalah kerajaan, Rosa juga tak mengerti kenapa Kakeknya memberikan tahta ini pada Rosa, Rosa hanya ingin bermain dan belajar saja. buka mengurus kerajaan yang buka cita-cita Rosa sama sekali.
"Tak apa Rosa, Hal itu wajar. aku rasa Kakekmu memberikan wasiat ini karena dulu dia tak menyangka bahwa Madeleine ibumu akan bisa seperti ini, maksudku adalah Ibumu bisa menikah dengan Raja besar seperti diriku. Raja Rendra belum sempat mengubah wasiatnya, karena dia keburu keracunan.. Kau tau sendiri aku dan Ibumu baru saja menikah, aku yakin jika Raja Rendra tidak meninggal dunia secepat ini. dia akan memberikan tahta kerajaan ini padaku dan Ibumu Madeleine." Drakon mengelus pelan rambut Rosa, di balik semua perkataan Drakon, ada banyak maksud tersembunyi.
Rosa yang terlalu polos malah semakin merasa bersalah saat menatap wajah ayahnya sendiri, Rosa juga takut melihat wajah ibunya saat ini. tidak tau apa yang akan di katakan pada ibunya nanti, Ibunya pasti akan memaki Rosa dan membenci Rosa lebih dari sebelumnya.
"Lalu sekarang aku harus apa Ayahanda? Aku tidak tau harus melakukan apa. tak ada jalan keluar dan aku juga tak menemukan orang yang tepat untuk membantu diriku." Rosa bertanya dengan sungguh-sungguh, Drakon yang mendengar itu sudah tersenyum licik dan menatap wajah Puterinya dengan wajah datar.
"Kau tenang saja, ada ayah dan Ibu yang akan membantumu Nak.. Katakan apa yang kau inginkan sekarang? maka kami akan membantumu." Kata kata Drakon seperti menghipnotis Rosa, Rosa terus menatap ke dalam mata gelap itu. semakin menatap maka Rosa semakin jatuh pada lubang kegelapan yang tak berdasar. Apa ini? Pikir Rosa bingung.
"Aku tak ingin menjadi Ratu, Tidak untuk saat ini Yang mulia." Ujar Rosa dengan begitu yakin.
"Kalau begitu, apakah kau mau mengikuti beberapa rencana denganku? kau hanya harus percaya dan semua akan baik baik saja, kau tidak akan menjadi Ratu, tapi kau akan tetap bisa hidup nyaman di istana ini. Bagaimana?." Tanya Drakon dengan suaranya yang sudah mengecil dan berbisik pelan di samping telinga Rosa.
Rosa dengan polosnya langsung mengangguk setuju, tanpa berpikir atau memikirkan hal buruk selanjutnya..