webnovel

Rift Raider King

Kedamaian. ーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーー Dahulu kala dunia ini dipenuhi kedamaian. Kedamaian itu hancur saat insiden terlarang itu terjadi. Dunia, tidak sama seperti dulu lagi. Ribuan tahun berlalu sejak tragedi itu. Manusia hidup dengan tentram. Suatu hari, serangkaian bencana melanda dunia kembali. Manusia yang berjuang melawan bencana itu disebut dengan Rifters. Di tengah bencana yang melanda, ada sebuah insiden yang menyebabkan sekelompok orang yang entah bagaimana berpindah dimensi ke dunia ini. Salah satu anggotanya, Daniel berjuang di dunia barunya untuk mencari keluarga dan juga temannya. Akankah dia berhasil mencapainya saat dia memiliki teman misterius yang belum pernah dia temui?

Lexifanyaa · Tranh châm biếm
Không đủ số lượng người đọc
10 Chs

Problems

"Rifters Huo. Senang bertemu denganmu."

"Senang berremu denganmu juga, Ketua Ryan."

Di sebuah ruangan yang mewah, terdapat 4 pria yang sedang dalam suasana serius. Dua orang duduk berhadapan dan dua lainnya yang berdiri di belakang mereka masing-masing merupakan asistennya.

"Mari bicarakan bisnis. Bisa kita mulai?" Ryan memulainya dan meminta laptop dari asistennya.

"Tentu."

"Jadi, aku punya dua informasi dari Rifters Jepang dengan harga yang terpisah. Jawabanmu, Rifters Huo?"

"Oho, jarang sekali kamu menawarkan informasi yang sedikit Ketua Ryan."

"Yah, memang hanya ini yang mempunyai harga jual tinggi. Mau bagaimana lagi, aku tidak bisa memalsukan informasi bukan?"

"Ketua Ryan orang yang bijak. Boleh kuminta penjelasan singkat tentang masing-masing informasi seperti biasa?"

"Tentu, China telah menjadi langganan favorit kami dalam berbisnis. Informasi pertama, yaitu tentang Guild Rising Hope. Yang kedua, yaitu tentang insiden di salah satu prefektur ternama mereka, Saitama"

-

"Hoam.. Ahh."

*ngiek bugh*

"Aduh!"

Pagi yang biasa huh, Sin? Hahh.. Eh, aku lupa kalau aku sudah menemukan Daniel. Haha.. Dia tertidur di balik buku-buku itu. Konyol sekali. Coba kita lihat makanan kita hari ini.

-

"Tim Alpha, siap?"

"Siap."

"3.. 2.. 1!"

*duarr*

Ledakan terjadi di balkon kamar Sin. Sin yang mendengar itu langsung berlari mengambil Artifact nya untuk berjaga-jaga.

*duar*

Ledakan kedua terjadi di pintu kamar Sin. Daniel yang sudah bangun dan sadar seutuhnya langsung memegan lengan Sin dan teleportasi ke atap gedung pertamanya.

*whoos*

"Cari mereka!" Pria dengan beanie hijau memasuki kamar Sin.

"Kamar mandi kosong!"

"Dapur kosong!"

"Kasur kosong!"

"Mobil mereka juga kosong!"

"Sial! Ke mana mereka pergi?!"

Pria beanie hijau itupun tenggelam dalam amarah.

-

Di atap gedung yang sepi.

*whoos*

"A-apa yang terjadi, Niel?!"

"Tenang, Sin. Tadi itu skill ku. Aku membawa kita ke tempat yang aman."

"Apartemenku.. Barang-barangku.."

"Mereka tidak tertolong, Sin."

"Aku harus memberi tahu guild. Tolong aktifkan lagi skill mu."

"Tentu."

-

*whoos*

"(Untungnya aku sempat melihat ada gang di seberang gedung guildnya Sin.)"

"Okong-omong, Sin. Artifact macam apa yang kau miliki?"

"Yah, tidak terlalu tinggi sih. Hanya[Hunting Dagger]ini dan[Pen]." Sin memperlihatkan kedua Artifact nya. Daniel hanya mengangguk-angguk.

"Baiklah, tunggu sini Niel."

"Tunggu. Kau harus ganti penampilan dulu. Aku akan ambilkan beberapa pakaian."

*whoos*

Daniel membawa parka putih dan celana cargo hijau untuk Sin. Tidak lupa juga tas untuk menyimpan Artifact Sin. Setelah berganti pakaian, Sin pergi menuju guild nya. Daniel juga mengganti pakaiannya menjadi kaos oblong putih dan celana kain denim. Dia juga memakai flat cap abu-abu untuk menutupi sebagian matanya. Dia memutuskan menunggu Sin di cafe sebelah gang tadi. Saat ingin memesan sesuatu, dia ingat kalau dia belum punya uang. Jadi dia urungkan niatnya memesan.

30 menit berlalu. Sin akhirnya keluar dari gedung guildnya. Daniel melambai pada Sin untuk memberi tahu tempatnya.

"Urusanku selesai. Para petinggi akan mengurusnya. Sekarang kita akan ke Rifters Hall. Bisa kau lakukan itu lagi?"

"Sayangnya tidak, syarat skill ini aku harus pernah melihat dan paham sama tempat tujuanku."

"Hahh, baiklah. Kita akan ambil taxi. Untung saja aku masih punya receh."

"Hehh, mana sisa uangku?!"

"Bajumu tadi kan bukan itu, Sin."

Sin yang baru sadar akhirnya mengambil uang di saku bajunya tadi. Daniel mengikutinya. Setelah itu dia memanggil taxi dan mereka menuju Rifters Hall.

-

Di dalam mobil di suatu daerah di China.

"Huo, untuk kali ini aku tidak yakin Ketua Ryan berbisnis jujur dengan kita." Asisten Huo mengutarakan keresahannya daritadi.

"Aku tahu, Lao. Mereka selalu memberi bumbu pada informasi-informasi yang mereka jual. Tapi instingku mengatakan, bahwa kali ini bumbu yang dia berikan malah membuat informasinya semakin menarik."

-

Berita bahwa ada ledakan di salah satu apartemen di Distrik Saitama telah menyebar luas. Ledakan di kamar seseorang yang bernama Shinki Tani, kira-kira terjadi pukul 06.00 AM waktu setempat. Reporter menegaskan bahwa insiden tersebut tidak memakan korban jiwa. Sin pun merubah penampilannya lagi. Merapikan rambutnya dan melepas kacamata. Daniel tidak usah repot-repot melakukan itu lagi. Dia masih yakin dengan penyamarannya.

Perjalanan mereka memakan waktu 45 menit. Sesampainya di Tokyo, Sin memberi tahu Daniel bahwa itu adalah Ibukota Jepang. Setelah berada di depan Rifters Hall, Sin membawanya ke resepsionis. Setelah berbicara, mereka diminta untuk menunggu sebentar dikarenakan salah satu anggota Guild Rising Hope sedang membawa orang untuk mendaftar menjadi Rifters. Tidak sampai 5 menit, datanglah seorang pria berjas.

"Saya meminta maaf karena membuat anda menunggu, Tuan Shinki."

"Ah, tidak apa-apa. Sudah berapa lama, Sebastian?"

"Yah, senang bertemu denganmu lagi. Tuan Shinki."

"Sudahlah, lewati formalitas. Ini temanku, namanya.. Nieru. Nieru, Ini Sebastian. Dia seorang teman lama."

"Senang berkenalan dengan anda." Daniel menjabat tangan Sebastian.

"Saya pun juga, Tuan Nieru. Jika anda mempunyai pertanyaan tentang Rift ataupun Rifters, jangan ragu untuk berbicara dengan saya." Sebastian membalas jabatan Daniel.

"Tentu, Tuan Sebastian."

"Mari ikut saya, Tuan Tuan."

Sebastian mempersilahkan mereka untuk mengikutinya. Membawa mereka menaiki lift menuju lantai teratas. Sesampainya mereka di depan pintu yang bertuliskan [President Gerard] [Do Not Disturb]. Sebastian mengetuk pintunya. Yang bukanlah pria, melainkan seorang wanita berambut coklat pendek memakai kacamata.

"(Kukira Gerard seorang pria.)" Itulah yang dipikirkan Daniel saat ini.

"Apa yang membuatmu bisa mengganggu President, Sebas?" Wanita itu langsung mernghardik Sebastian.

"Mohon maaf, nyonya. Tapi saya membawa orang dari Guild Rising Hope."

"Ah, begitu. Masuklah kalian. Terima kasih atas kerja kerasmu Sebas, kau bisa kembali."

"Saya permisi." Sebastian pamit meninggalkan mereka.

Daniel dan Sin mengikuti instruksi wanita itu memasuki ruangan President Rifters Hall. Daniel memperhatikan seisi ruangan. Dia ingat saat dia membaca buku-buku Sin, ruangan ini termasuk dalam kategori mewah dunia ini. Dinding yang berwarna hijau tosca dipadukan dengan putih dan hitam, gantungan kepala hewan di dinding, tanaman-tanaman asli berjejer di menghiasi ruangan, dan chandelier terpajang indah di langit ruangan.

"(Sunggu makmur.)" Daniel dibuat takjub oleh ruangan itu.

"Duduklah. Aku akan memanggilnya." Wanita itu mempersilahkan mereka duduk di depan meja President Rifters Hall. Lalu pergi melewati pintu samping ruangan tersebut.

"Maafkan keterlambatanku. Aku yakin kalian lelah, bagaimana dengan segelas teh?" Suara pria yang tegas sampai di telinga mereka.

"Maaf merepotkan, President Gerard." Sin menjawabnya dengan nada yang tidak enak.

"Ah tidak apa-apa. Jadi ini orangnya, Tuan Shinki?" Gerard menghidangkan teh di meja dan duduk di kursi President.

Daniel saat ini sedang memperhatikan Gerard. Dia tidak menyangka pemimpin dari Rifters Hall Jepang belum termakan usia. Penampilan Gerard seperti orang eksekutif lainnya, memakai jas. Raut wajahnya serius dengan rambut hitam bersurai putih dirapikan ke belakang.

"Benar sekali. Ini juga surat rekomendasi dari guild."

"Oh tentu. Aku akan lewati surat membosankan ini. Langsung ke intinya. Bisa kutahu namamu terlebih dahulu?"

"Saya D-.. Nieru, sebuah kehormatan bertemu dengan anda."