"Aku menyukaimu, maukah kau menjadi pacarku?"
"Kutolak!"
"K-kenapa?"
"Karena aku hanya memanfaatkanmu saja agar tidak dibilang gengsi oleh teman-teman ku. Lagipula aku sudah mempunyai seseorang yang lebih baik daripada orang sepertimu."
"Apa-? Jadi selama ini kau membohongiku hanya untuk kesenanganmu semata?"
"Iya. Jadi, tunggu apa lagi? Sekarang menjauhlah dariku!"
"Kau, sialan!!!"
"Ahahaha, percuma saja kau kesal seperti itu. Tidak akan ada yang memperdulikanmu disini."
"Kau, KAU! Beraninya kau cewek sialaaaaannn!!!!-"
Suara kicauan burung mulai terdengar, menandakan hari sudah mulai pagi.
Seorang pemuda secara spontan terbangun dari tidurnya dengan posisi duduk.
Ia kemudian memegang dahinya dengan tangan kanan nya.
"Chh-' Kenapa aku bermimpi seperti itu lagi?"
Tanpa pikir panjang, ia langsung beranjak dari tempat tidurnya.
Ia berjalan hingga sampai di ruang tamu. Saat berada di ruang tamu ia menyadari satu hal yaitu tidak ada siapapun di rumahnya kecuali dirinya.
Hal itu sudah wajar baginya karena ia sudah terbiasa tinggal sendirian di dalam rumah.
Kemudian ia mandi sebentar, lalu memakai seragam sekolah kemudian memasak mie instan dan makan, setelah itu ia berangkat sekolah.
Ini adalah kehidupan dari seorang pemuda biasa yang ingin terbebas dari keadaan yang sama seperti masa lalu nya.
Namanya adalah Adrian Maulana, tubuhnya tinggi, rambutnya berwarna hitam dengan gaya rapi dan perawakan yang tegak seperti orang yang masuk kemiliteran.
Ini adalah hari pertamanya masuk sekolah baru dengan jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA.
Dia berangkat sekolah dengan berjalan kaki karena jarak antara rumahnya dengan sekolah tidak jauh.
Sembari berjalan ia melihat disekelilingnya terdapat para siswa dan siswi yang berjalan bersama.
Baginya, hal itu adalah wajar karena mereka adalah teman.
Berbicara soal teman, Adrian adalah orang yang memiliki sedikit teman karena ia adalah orang yang sangat berhati-hati dalam mencari kepercayaan. Bukan karena ia tidak mau berteman, tapi karena ia tidak mau kepercayaan nya dihianati oleh orang yang ia percayai sebagai teman nya.
Tak lama kemudian Adrian sampai di sekolah, di sana terdapat segorombolan siswa yang memenuhi sebuah papan di luar kelas, awalnya ia ingin melihat apa isi papan tersebut tapi karena banyak siswa yang menggerombolinya Adrian akhirnya menundanya dan langsung masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku tengah.
Saat Adrian duduk disana, tanpa dia sadari ada seorang cewek yang berdiri disampingnya.
Dia hanya terdiam dan melihat ke Adrian.
Adrian kemudian bertanya kepada cewek tersebut.
"Ada apa? Kenapa kau melihatku seperti itu? "
Cewek itu kemudian terkejut dan berbicara dengan terbata-bata.
"A-ah ma-maaf. Tapi itu adalah tempat duduk ku."
"Eh? Tempat dudukmu?"
"I-iya. Apakah kamu tidak melihat tempat dudukmu di papan itu?"
"Jadi denah tempat duduk sudah ditetapkan di papan itu kah?"
"I-iya."
Adrian kemudian langsung berdiri dan meninggalkan bangku tersebut.
"Duduklah."
"Te-terima kasih."
Lalu Adrian menuju ke papan itu yang nampaknya masih banyak siswa yang masih bergerombolan disana, dan dia berbicara sendiri dalam hatinya.
"(Kenapa mereka bergerombol seperti ini? Memangnya berapa banyak siswa yang masuk ke kelas ini?)"
Setelah Adrian menunggu beberapa saat, namun tetap saja keadaan nya masih tetap padat.
Akhirnya, Adrian memutuskan untuk menerobos langsung kedalam para siswa tersebut.
Sempit dan sesak, itulah yang saat ini dirasakan oleh Adrian.
Dalam gerombolan siswa yang padat ia melihat seorang cewek yang tidak asing dimatanya, kemudian cewek tersebut melihat kearah Adrian.
"Kamu, jangan-jangan kamu Adrian?"
Adrian langsung teringat dengan cewek tersebut.
Namanya adalah Yulia Yulistina, teman SMP Adrian yang saat itu satu kelas dengannya selama 3 tahun.
Dia mempunyai Rambut lurus panjang berwarna hitam dan tubuh tinggi serta tubuh yang biasa layaknya proporsi cewek pada umumnya.
"Eh? Yulia. Apa yang kau lakukan
disini?"
"Aku yang seharusnya bertanya begitu. Kenapa kau ada disini?"
Namun mereka tidak dapat berbicara dengan baik karena mereka sedang terdesak diantara segerombolan siswa. Lalu, Adrian langsung berbicara kepada Yulia.
"Basa-basi nya nanti saja. Sekarang aku akan ikut mencarikan data denah tempat dudukmu."
"Iya."
Tak lama kemudian Adrian menemukan data denah tempat duduk Yulia.
"Ketemu! Kau duduk di bangku paling depan baris kedua dari kiri. Sekarang cepatlah keluar!"
"Baik."
Yulia kemudian langsung keluar dan meninggalkan segerombolan siswa tersebut.
Ia hampir saja terjatuh karena tergesa-gesa, dan akhirnya masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku paling depan baris kedua dari kiri.
Setelah itu Adrian menemukan data denah tempat duduknya.
"Hmm, bangku kedua dari depan baris kedua dari kiri. Kurasa letak tempat dudukku berada di belakang Yulia."
Kemudian Adrian meninggalkan gerombolan siswa tersebut dan menuju ke dalam kelas.
Di dalam kelas, Yulia berdiri disebelah bangkunya dan menghampiri Adrian yang sedang menaruh tasnya di bangkunya.
Dan ia langsung bertanya kepada Adrian.
"Jadi, kenapa kamu ada disini?"
"Itu karena rumahku hanya berjarak sekitar 700 Meter dari sini."
"Benarkah? Kukira rumahmu dulu ada di kota sebelah?"
"Iya, karena pada saat kelulusan, keluargaku pindah rumah dan rumah keluargaku yang dulu sudah terjual sekarang."
"Ohh, jadi begitu."
Tanpa membalas ucapan Yulia, Adrian langsung duduk dibangkunya. Yulia kemudian berbicara lagi kepada Adrian.
"Eh? Kamu kok nggak tanya bagaimana aku bisa ada disini?"
"Memangnya itu hal yang penting untuk kutanyakan?"
"Ehh ? Bukan nya tadi kamu yang bertanya kenapa aku ada disini?"
"Lah? Bukan nya kau sendiri yang bilang, aku yang seharusnya bertanya begitu kepadaku?"
"Tapi kan tadi kamu juga ingin bertanya padaku? Hanya saja tadi waktunya nggak pas."
"Hm? kalau begitu sekarang kurasa tidak perlu."
"Kenapa tidak perlu?"
"Karena aku tidak tertarik untuk menanyakan nya."
Yulia kemudian terdiam dan tanpa bertanya apapun lagi dia kembali ke bangku nya. Dan tak lama kemudian bel masuk kelas pun berbunyi, tanda bahwa pelajaran akan dimulai.