webnovel

Reincarnation of The Silver Wolf : Kaishi

Mengisahkan seorang Pria yang memiliki tujuan hidup untuk menguak satu persatu misteri yang ada di Dunia ini. Dengan ditemani beberapa orang termasuk adiknya dalam petualangan yang cukup panjang ini, apakah dia akan berhasil menguak semua misteri yang ada di Dunia yang bernama Iruna ini? REINCARNATION OF THE SILVER WOLF FANFICTION FROM TORAM ONLINE BY SHIRO NISHIKUJOU

Shiro_Nishikujou · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
358 Chs

Ultimea: Pusat Kekaisaran

"Jujur saja di tempat ini bau sekali."

"Tentu, Fumi, tempat ini sudah seperti pulau sampah, sampai menggunung seperti itu."

"Bahkan ada yang berubah menjadi monster."

SYYTTT

Sachie melesatkan anak panah cahaya ke dahi monster humanoid itu. "Nii, Kalau Touka-nee yang datang ke tempat ini.."

"Sudah pasti dia kejang kejang karena indra penciumannya yang terlalu tajam." Shiro tertawa mengingat masa masa bersama teman party pertama nya.

"Ini ya, yang dinamakan lembah dalam Syeka."

Keiko masuk lembah dalam di antara gunung gunung.

Ia tak begitu kaget ketika melihat gerombolan monster yang menyerupai manusia, ya, itu adalah Demi Machina.

"Hanya ada Demi Machina, ayo." Keiko mencabut kedua katana yang sudah ia ubah ukurannya menjadi setengah lebih pendek, karena itu akan memudahkannya dalam bertarung dengan 2 katana.

SRING

"Hah, Dasar kepala besi."

Keiko melesat lurus dengan kecepatan di atas rata rata, menerobos gerombolan Demi Machina itu, Seketika itu pula 5 dari 10 Demi Machina terjatuh dan meledak.

"Maju, Sekiganmaru!!"

Seekor rubah bayangan dengan mata merah keluar dari gerbang sihir yang bertuliskan Kashima dengan huruf kanji

Rubah itu melesat dengan cepat membentuk spiral, berputar, menerkam, mencakar dan membuat Demi Machina itu hancur berkeping keping.

Seketika itu Rubah bernama Sekiganmaru kembali masuk kedalam gerbang sihir bertuliskan Kashima.

"Waw, apa apaan itu."

Shiro terkagum.

"Itu adalah teknik rahasia keluarga Kashima, Dia adalah roh suci yang pernah diselamatkan oleh keluarga kashima ratusan tahun lalu, karena itu ia selalu membantuku, sebagai anggota terakhir Kashima." Jelas Keiko, tentu saja ia anggota terakhir, Keluarganya sudah habis di bantai oleh monster dengan nama Iblis Abadi itu.

"Hebat, kalau begitu, kau akan dengan mudah mengalahkan Brahe."

"Ayahku adalah orang yang licik, sekuat apapun kita, dengan kelicikannya kita tak tau, apakah kita bisa mengalahkannya atau tidak." Ujar Felien. "Aku tau itu, Dewi Specia pernah menceritakannya padaku."

"Ayo lanjut."

Akhirnya mereka keluar dari lebah yang gelap itu, namun, Mereka sampai di tempat yang pernah diperingatkan Shiro, Hutan Monster.

"Lalvada ada di depan sana, Berhati hati."

"Shiro, Jika kau mengira Lalvada ada satu, itu salah besar."

"Apa maksudmu?"

"Lalvada terdiri dari puluhan, dengan kekuatan yang berbeda beda, itu karena ia bisa memecah dirinya sendiri." Jelas Felien.

"Seperti yang ada di depan sana." Sachie membidik Lalvada yang terbang ke arah mereka.

SYYT!!

Namun anak panah sachie meleset dan malah mengenai sebuah pohon besar. "Apa? tidak mungkin.." Poin akurasi Sachie adalah 100%, tidak mungkin ia akan meleset dari target.

"Dia bisa mengurangi Poin akurasi lawan, ini akan sangat sulit."

Ujar Shiro. Ia mengambil pedang kembarnya dan bersiap menyerang.

Nsmun, tak lama kemudian, Lalvada itu berteriak keras sehingga membuat telinga terasa sakit, satu per satu Lalvada yang lainnya berdatangan, tidak terlalu banyak, hanya ada 10 Lalvada.

"Makanan Favorit mereka adalah manusia, berhati hatilah." Balft mengambil Kapak besarnya.

"Baik." Sahut mereka semua bersamaan.

"Fumi, kau gunakan sihir jarak jauh, jaga putri kita."

"Dimengerti, Shiro-kun." Fumika dan Sachie berlari ke arah belakang dan segera membuat sihir pelindung untuk dirinya dan Sachie.

"Mode: Hikari no megami."

SRING!!!

3 Buah sayap cahaya tumbuh di punggung kanan Fumi, meski sebenarnya itu bukanlah sayap, namun bentuknya menyerupai sayap peri. Mata biru Fumika berubah menjadi emas bercahaya.

"Sachie, ku harap kombinasi kita akan bagus."

"Tentu, onee-chan."

Sachie memasang kuda kuda memanah, sedangkan Fumika memegang bahu kiri Sachie untuk mengalirkan mana miliknya.

"Cahaya ku yang selalu memberikan kekuatan padaku, menyatulah dengan anak panah yang akan melesat menembus kegelapan, hancurkan setiap makhluk jahat yang ada, Wahai mentari yang menyinari bumi, terangilah kegelapan yang menjadi pusat kejahata. SIHIR/SKILL: MEGA SUNRISE ARROW!!"

Sachie dan Fumika merapalkan sihir secara bersamaan.

Anak panah matahari yang ditembakkan berpecah menjadi sangat banyak dan menancap di beberapa tubuh lalvada.

"Mereka terlalu banyak!" Shiro menebas 1 Lalvada, namun tanpa ia sadari, Lalvada itu kembali bangkit.

"Meski ada banyak, mereka hanya memiliki 1 kesadaran, kumpulkan mereka di 1 tempat dan ledakkan mereka!"

"Dimengerti/baik."

"Maika! Gunakan Sihir badai untuk mengumpulkan mereka" Shiro memberikan instruksi.

"Sementara itu, Sachie dan Fumi, Gunakan sihir Pamungkas untuk meledakkan mereka!"

"Baik!"

"Wahai Roh Angin yang agung, jadikanlah angin sejukmu sebagai badai yang meratakan seluruh kejahatan, maju! SIHIR: BADAI!!"

"SACHIE! FUMI! SEKARANG!"

"SIHIR: PAMUNGKAS!"

STTTT

Sihir pamungkas Sachie dan Fumi menyatu, sehingga membuat gerbang sihir yang sangat besar.

"Sihir, Nurlindung."

Badai milik Maika masih belum berhenti karena Maika terus menahannya. Cahaya yang ada di gerbang sihir itu semakin terang dan..

JDAAR!!

Ledakkan dahsyat terjadi membuat tempat itu hancur menyisakan pohin pohon raksasa yang sudah benar benar hancur total. Kawah besar terbentuk, Tempat bernama Hutan Monster: Jalan Hewan, sudah benar benar tamat. Kini mereka semua berjalan menuju Hutan Monster area ujung, Yaitu Jalan Tumbuhan, sesuai namanya, tempat itu terdapat sebuah jembatan yang terbuat dari batang pohon raksasa yang menghubungkan tempat itu dengan Ultimea.

"Ayo, seharusnya di sini tidak ada apa apa."

Sampailah mereka di Ultimea, sebuah kota yang sangat besar, saat ini, mereka berada di depan gerbang utama.

"Kaana, Keiko, balft dan felien, ku serahkan Brahe pada kalian, Sachie, Maika dan Triet, ku serahkan Iblis hitam pada kalian, lalu Fumika, Nona Seele, mari menuju Takhta, Venena berada di sana."

"Berhati hatilah, Kaisar bukan lawan yang mudah." Balft pergi meninggalkan mereka menuju saluran selatan bawah tanah, di sanalah Brahe mendirikan laboratorium. Di susul oleh teman 1 timnya.

Sedangkan Shiro dan yang lainnya menerobos masuk ke dalam gerbang, namun mereka sempat di hadang oleh beberapa pasukan penjaga.

"Minggir, Aku tak punya urusan dengan kalian." Shiro membuka mode Silver Wolf nya.

"Serang Dia!!"

"Tcih, Skill: Dive Impact."

Melemparkan pedang kembarnya ke wajah salah satu pasukan penjaga, seketika itu, semua pasukan penjaga ikut mati karena ledakan yang ditimbulkan oleh ski Dive Impact itu.

"Ayo."

Mereka masuk, Shiro mendobrak pintu dengan kaki nya.

"Wah wah, ini dia yang saya tunggu tunggu."

"Iblis hitam, ku kira kau berada di gudang, dan ternyata kau malah berada di koridor ini."

"Menurut saya, tempat ini lebih nyaman untuk dijadikan tempat memotong tubuh kalian, nah, Selamat menikmati."

"ONII-CHAN! PERGILAH!"

"Baik! Ku serahkan dia padamu!" Shiro, Fumika dan Seele berlari menuju Pintu megah yang tak lain adalah pintu yang meghubungkan tempat itu dengan Singgasana Venena.

"Wah wah, yasudah, kubiarkan Kaisar yang menghabisi mereka, Sekarang, lihat ini, ada 3 gadis cantik di depan saya yang siap untuk saya makan." Iblis hitam memamerkan gigi taringnya.

"Menjijikkan, Jangan memperlihatkan gigi busukmu itu!" Maika mencabut katana adamantiumnya.

"Iblis hitam, untuk ke 2 kalinya, aku ingin membunuhmu, karena ulahmu, ayahku terbunuh!! SKILL:ISSEN!!"

>Laboratorium Brahe

"Lewat sini, Seharusnya aku masih bisa mengakses pintu sihir dengan sidik jariku." Felien menyentuh pintu itu, dan benar saja, pintu itu terbuka dan memperlihatkan sosok pria berambut panjang dengan kacamata.

"Ayah.."

"Felien, Aku sungguh kecewa padamu, Tapi, biarlah, lagipula kau sudah tidak berguna."

"Begitukah sikapmu pada anakmu sendiri?!" Balft mengambil Kapaknya dan bersiap untuk menyerang.

"A-anak?HAHA!! ANAK?! Oh Felien ku yang manis, ternyata kau benar benar bodoh sekali! HAHAHA!!"

"Apa maksudmu, Ayah?"

"Kau bukanlah anak ku,kau bukan manusia, apa kau masih ingat? saat kau terjatuh dari gedung setinggi 90 lantai, namun kau masih hidup, lalu wajahmu hancur karena bertarung dengan monster, tapi kau masih hidup, bagaimana manusia bisa sembuh secepat itu?" Tanya brahe.

"Bukannya ayah sendiri yang merawatku?! Kalau aku bukan manusia, Lantas apa diriku ini?!"

"Kau adalah sosok yang kau benci."

Setelah mendengar itu, Mata Felien membulat sempurna, Satu satunya sosok yang ia benci adalah..

"Ya, Kau hanyalah Demi Machina yang gagal, Felienku yang manis." Brahe menyeringai.

"T-tidak mungkin.. aku.. aku manusia.."

"HAHA!! Tyranomachina!"

Machina raksasa tiba tiba keluar dari belakang brahe, mesin itu menyerupai binatang purba, Tyranosaurus.

"HAHA! bagaimana? Aku menciptakannya dari mayat naga yang melegenda itu! Haha! Ha!Ha! Ha!!"

"Hentikan tawa menjijikkanmu, Skill: Ken no Shiruetto." Keiko mengeluarkan aura gelap dari tubuhnya.

"Felien tenanglah, itu tidaklah penting, selama kau memiliki perasaaan, kau adalah manusia." Balft menenangkan Felien. "Kau benar, meski aku Demi Machina, Aku masih memiliki perasaan BRAHE!!"

>Ultimea: Singgasana

"Datang juga." Venena duduk santai di atas kursi takhta nya.

"Bisa bisanya kau setenang ini, Keluar dari tubuh gadis itu dan menyerahlah! Gadis itu tak memiliki salah sedikitpun!"

"Wah wah.. kau sudah tau ya."

"Yah, itu gak penting sih, lagipula aku ini tipe orang yang tidak suka berbicara banyak, karena itu, aku akan segera menelan kalian semua!"

SRING!!

STRTTRSZZZZZZ!!!!

Suar coenubia ditembakkan ke arah mereka. "FUMI!"

"Fumi oke! Shiro-kun tenanglah!"

"Jaga dirimu!"

"Wah wah.." Venena tersenyum mengerikkan.

"Wahai sang cahaya, telanlah kegelapan dalam energi mu, jadilah suar yang memancar menerangi bumi! SIHIR: SUAR!"

Fumika melesatkan sihir suar yang baru ia buat, namun Ukurannya 10 kali lebih besar dari biasanya, itu karena ia menggunakan separuh kekuatan dewi nya untuk menambah mana.

"Fumi, pakai ini, ini akan membantu mu agar tidak cepat kehabisan mana."

Seele melemparkan tongkat dengan Kristal biru muda di ujungnya.

"Terimakasih."

"Skill: Fuma!" Shiro melemparkan Pedanh kembarnya, namun,

Trang!!

Tangan besar melindungi Venena.

"Baiklah, aku akan serius." Akhirnya ia berdiri dan mencabut pedangnya.

2 Pilar tiba tiba tumbuh layaknya sebuah pohon yang memberi energi pada Venena.

"Akhirnya kau serius juga."

"Itu karena kalian yang memaksaku, Sihir: Panah Gelap."

"NURLINDUNG!!"

TRANG!!

Fumika menangkis sihir Venena dengan sihirnya.

"Hebat, tapi kalau 3 lawan satu itu tidak menyenangkan, bagaimana kalau 1 lawan 1 dulu? Aku ingin berduel dengan si pahlawan ini."

"Baik, Fumi, Nona Seele, mundurlah, akan ku hibur kaisar kecil ini."

"Wahaha!! Menyenangkan!!"

"Tapi!!"

"Tenanglah, selama kau ada di tempat ini, aku akan bersemangat."

"Nah, Mari Shiro!!"

TRANG!!

Mereka saling menyerang satu sama lain, Venena menggunakan teknik pedang sihir untuk melawan shiro.

Namun, semua tipuan venena tak berarti, bagi Shiro itu terlalu mudah untuk ditebak.