webnovel

Chef's Knife 《III》

"Hyaaaa!!『Blue Niddle Slice』!!"

Tidak sampai hitungan detik, pedang orang itu menembus tubuh Inu yang terlempar tepat di bagian dadanya.

Slash!!!

Darahnya keluar melintasi pedang itu. Mulutnya juga mengeluarkan darah yang sangat banyak. Dan akhirnya tubuh makhluk itu tumbang bersamaan dengan dicabutnya pedang tersebut.

Bang!!

"Hahh... Hah..., depertinya rencanamu berjalan dengan lancar!"

"Shishishii! Tentu saja, ahh aku lelah sekali tenagaku sudah habis."

"Haha, kau pikir aku juga masih terlihat baik-baik saja?"

"Shishishiii!"

Setelah itu mereka menghampiri kayu-kayu tempat membakar ikan yang telah rusak tadi akibat pertarungan.

"Wahh, sepertinya aku harus mencari ikan lagi!!"

"Maaf kan aku, sepertinya aku merusak makan malammu."

"Sudah lah, ayo kita cari ikan lagi aku sudah sangat kehabisan energi!"

Akhirnya mereka berdua mencari ikan untuk dimakan. Tak lama kemudian, mereka mengumpulkan ikan yang cukup banyak dan memanggangnya diatas bara api.

"Terima kasih untuk bantuanmu tadi. Ngomong-ngomong aku belum tau namamu, perkenalkan namaku Axcel Gorgias, panggil saja aku Axcel! Shishishii! "

"Ah, namaku Yura!"

Dia adalah Yura. Anak laki-laki berusia 12 tahun, seumuran dengan Axcel. Anak dengan rambut hitam panjang, bermata hijau, tinggi 154 cm dan bertubuh ramping. Dia mempunyai pedang berbentuk katana bernama [Ashura]. Pedang katana hitam dengan panjang 1 meter. Sangat cocok digunakan Yura.

Terlihat ikan yang mereka bakar sudah mulai matang. Mereka memakannya dengan penuh semangat.

"Wah, enak sekalii! Bagaimana kau bisa membuatnya menjadi seenak ini!?"

"Aku hanya mengirisnya dengan tepat, jadi panasnya akan sama rata ketika kita membakar daging ikan ini!!"

"Sepertinya kau hebat sekali dalam memasak! Shishishii!!"

"Tentu saja, aku lahir dikalangan keluarga koki!"

"Hey, aku menawarimu pekerjaan menjadi kokiku dalam berpetualang!"

"Lupakan saja, aku hanya ingin berada di jalanku sendiri. Lagipula aku hanya sedang mencari kota besar untuk menjadi seorang koki."

"Ah, sayang sekali!"

"Sudah urungkankan saja niatmu itu, jika kau memang ingin berpetualang setidaknya bawa satu peleton pasukan atau bergabunglah dengan guild besar."

"Tak perlu, aku hanya membutuhkan lima atau enam orang saja utuk menemaniku berpetualang."

"Konyol sekali, kau hanya akan menjadi santapan Inu kuat seperti yang baru saja terjadi."

"Maka yang aku perlukan hanyalah mencari orang-orang yang hebat! Shishishi "

"Percuma saja berdebat denganmu! Hey apa yang dipungungmu itu pedang?"

"Hmmm, ini milik guruku dulu. Aku selalu membawanya agar selalu bisa mengingat dirinya yang telah tiada!"

Setelah mendengar ucapan itu Yura sangat terkejut dan tak bisa berkata apapun.

"Aku sangat senang dan merasa damai ketika membawanya, seperti hatiku telah dijaga oleh pedang ini. Guruku, dialah yang membawaku kemari. Dirinya adalah tekadku!"

"Apa maksudmu?"

"Dulu dirinya sangat mendambakan perdamaian, dia sangat menentang kekerasan. Sekarang tekadnya telah mencair dalam diriku, aku harus mewujudkan impiannya yang tak bisa ia lakukan itu. Apapun caranya aku harus mewujudkannya!"

Tiba-tiba yura menitikkan air matanya. Axcel pun bingung mengapa hal itu terjadi.

"Hey apa aku salah berbicara? Kau tak perlu menangis dengan cerita itu!"

"Bukan begitu, setelah mendengar kata-katamu aku teringat dengan guruku!"

"Guru? Kau punya guru?"

"Tentu saja! Guruku adalah kesatria yang sangat hebat, dia juga seorang koki yang sangat handal. Aku sangat mengaguminnya. Dia pernah bertekad untuk menegakkan perdamaian di dunia ini. Aku pun berjanji untuk membantunya mewujudkan impiannya itu. Namun belum sempat aku membantunya dia terserang penyakit dan meninggal dunia. Setelah itu aku tak bisa berbuat apa-apa tanpa dirinya. Akhirnya aku pergi dan tak tau apa yang aku cari selama ini. Aku sudah tak bisa lagi mewujudkan impiannya!"

"Ternyata kau bodoh sekali ya!"

"Kau benar!"

"Maksudku, kau seharusnya tak membutuhkan bimbingannya untuk mewujudkan impian gurumu itu. Kau pasti bisa mewujudkan impianmu itu dengan caramu sendiri!"

"Aku iri denganmu yang bisa bersikap seperti itu."

"Untuk apa? Kau adalah kau! Jalanmu sendiri adalah yang terbaik! Gurumu pasti akan bangga jika kau kembali bersemangat untuk mewujudkan impiannya dengan caramu sendiri. Bawalah tekatnya bersama dengan jiwa dan ragamu. Hidupkan dirinya pada hatimu! Untuk itu kau harus bersikap layaknya seorang kesatria! Kesedihan hanya akan membuatmu menjadi pria yang lemah!"

"Kau benar axcel! Aku harus menemukan caraku sendiri! Namun aku sendiri belum cukup kuat untuk mewujudkannya"

"Maka jadilah kuat! Yura!"

Sambil berdiri Axcel mendorong Yura untuk mewujudkan impiannya dengan penuh semangat. Seketika Yura sangat kagum dengan tekad dan semangat yang membara pada Axcel, iya seperti melihat bayangan gurunya yang telah tiada pada diri Axcel.

"Jadi apa rencanamu?"

"Haha, bukankah hati itu hal yang lucu?"

"Apa maksudmu?"

"Mengenai tawaranmu yang tadi aku tarik kata-kataku. Aku akan ikut bersamamu menjadi kokimu dan juga untuk mewujudkan impianku. inilah jalan yang ku pilih Axcel!"

"Shishishii! Tapi maaf sekarang aku sudah tak membutuhkan seorang koki lagi!"

"Ah, sayang sekali!"

"Yang sekarang aku butuhkan adalah teman!! Ayo kita bersama cari kru dan membentuk sebuah party kecil yang berisikan orang-orang hebat. Yura ayo bersama-sama menjadi kuat! Shishishiii"

Mendengar kata-kata itu Yura sangat senang sekaligus terkejut, dia pun sangat berterima kasih kepada Axcel karena telah bersedia untuk menjadi temannya.

"Axcel, jadi apa yang akan kita lakukan?"

"Tentu saja tidur, ini kan sudah malam!"

"Ah benar, bodoh sekali diriku! Hahaha!!"

Akhirnya mereka pun beristirahat untuk memulihkan tubuhnya yang akan mereka gunakan untuk melanjutkan perjalanannya besok.

.

.

"Yosshh!! Sekarang kita harus mencari desa atau semacamnya, bajuku sudah sangat rusak karena pertarungan tadi malam."

"Ah benar juga! Aku juga harus menggantinya. Kenapa ada makhluk sebuas itu?!"

"Shishishii! Tentu saja untuk kita lawan!"

"Hahaha benar juga!!"

Mereka pun melanjutkan perjalananannya. Mencari pemukiman terdekat untuk mengganti baju mereka yang telah rusak karena pertarungan tadi malam.