webnovel

Regret and Gratitude

Tidak!!! Aku bukannya tidak menyesal! Aku sungguh menyesalinya! Tapi.... bukan dia yang harus menanggungnya. Aku akan membesarkannya, ya aku tidak akan menggugurkannya! -Aqila Perasaan janggal terhadap satu perempuan. hanya SATU! ya hanya dia, dia seperti menjadi bagian dari diriku. TIDAK! aku tidak memikirkannya atau apapun hanya saja merasa... ya entahlah. -Arkan ~~~~ Kalian gaakan nyangka apa yang ada di cerita ini~ Karena ini bukan cerita married by accident biasa.

zylavida76 · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
37 Chs

Part 19

*Arkan POV*

Setelah Malam panjang ketika dad tau gue menghamili aqila, wajahnya memang tak berpengaruh. Tapi gue tau nanti akan ada sesuatu yang... sudahlah nanti saja kuhadapi. Sekarang prioritasku meninabobokan bunda dari anakku yang cantic ini.

"Arkan mau beliin steak ditempat mahal dong" seketika ruangan hening, ortu gue sama ortu aqila pun hanya menoleh ke aqila, mencerna. Garis bawahi, mencoba mencerna sebetulnya.

"Mau dimana yang mahal itu?" ucapku memecah keheningan.

"Kaya hotel marina bay sands gitu kan, pengennya sih makan disana tapi dibeliin kesini aja gpp kok" jawab aqila malu malu.

Dan itu membuat seluruh keluarga tertawa dan merencanakan sesuatu, mereka mencoba bernegosiasi dengan dokter dan ingin membawa makan aqila. Jujur saja proses itu memakan waktu yang lama, belum lagi aqila yang terlalu heboh dan membuat semua ingin mengikat dia sangkin gabisa diem, padahal kandungan dia mulai memasuki bulan ke 7 (anggep aja 7 ya, author lupa). Dan akhirnya kami memang tidak membawa aqila ke hotel marina bay, hanya saja kami menghias taman rumah sakit dan mendeliverykan makanan dari hotel itu. Kalo kalian nanya gimana caranya? Hm gue juga gatau, soalnya tanggung jawab gue cuman aqila bukan delivery makanan! Dan malam itu gue gunain sekalian buat surprise daadakan buat aqila, sekalian lamaranlah itung itung yakan... Untuk urusan cincin mah selalu gue bawa tiap hari, tiap saat kecuali mandi. Dan gue memulai dengan ke kamar mandi.

*Aqila POV*

Ya seperti yang diceritakan arkan, aku gabisa diem... trus salah gitu? Ibu hamil kan bebas... Dan bersyukurnya malem ini aku bisa keluar buat makan ditaman, udah beberapa bulan aku dirumah sakit ini jadi bosen. Huh, ini semua gara gara arkan! Tapi aku gabisa lepas dari arkannn, kalo jauh dari dia rasanya sangat menyebalkan. Apalagi kalo dia bilang pergi sebentar tapi rasaku sangat lama, seperti sekarang dia bilang mau ketoilet tapi lama sekali aaaa.

"kenapa sayang, kok gelisah gitu" tegur mom arkan.

"Arkan lama banget sih mom" ucapku manja.

"duh duh, segitunya gabisa jauh dari arkan. Bentar lagi sayang, jangan manyun gitu dong. Nanti dede bayinya juga cemberut loh"

"Abis---"

Tiba tiba lampu taman mati dan membuatku refleks menggengam tangan mom, aku tidak takut gelap. Hanya saja aku terlalu kaget, dan itu tidak menyenangkan untukku maupun bayiku. Di kejauhan tampak remang remang (cie elah remang remang) terlihat pria berpakaian rapih, tapi karena terlalu remang aku tidak bisa melihat wajahnya. Sedikit demi sedikit lampu di taman mulai hidup kembali, sedikit demi sedikit pula wajah pria itu terlihat dan dia adalah ARKAN! kukira setan. Dan mataku sukses berbinar ketika dia memegang buket bunga sederhana dan sebuah kotak. ASTAGA, apakah aku akan DILAMAR?

Arkan dengan gagahnya berjalan kearahku dan aku dibantu mom berdiri, arkan mendekat dengan tersenyum. Ah senyumnya sangat menggoda *ups. Tetapi Arkan tidak berlutut seperti di film-film, dan itu sukses membuatku cemberut.

"ngapain kan?"

GAGALLAH SUDAH....

END!

Et, becanda.... Arkan dengan senyum evilnya dia memberikan bunganya dan mengalungkan kalung beserta cincin dijari manis aqila dengan cepat. Lalu diakhiri dengan kecupan lembut dipipi dan dikening aqila.

"Tidak perlu lagikan aku memintamu menjadi istriku? Ketika kita sudah sama sama mencintai dan adanya kehadiran calon bayi kita? Aku mencitaimu aqilaku, sekarang dan selamanya."

Hanya kalimat itu yang terucap dari arkan, dan seakan baru terssadar. Kaki aqila tiba tiba lemas dan hampir terduduk, dan dengan sigap arkan menahannya. Dan kedua mata itu bersatu memancarkan sinar yang membuncah, seolah berbicara dengan sendirinya bahwa aqila menerimanya. Hampir saja mereka berdua ingin berciuman tapi...

"ehm, belom sah ya" suara papinya aqila membuat suasana penuh Bunga ini menjadi penuh pisau dan karena itu juga suasana kembali mencair dan tawa semuanya menggelegar ditaman rumah sakit itu.

Akhirnya malam itu menjadi malam yang khidmat bagi kedua pihak keluarga, dan ngidam aqila terpenuhi, termasuk ngidam arkan mau ngelamar aqila (>.<) selamat dan wejangan menemani agenda makan malam itu. Sangking serunya bercerita, sampai aqila tertidur dipelukan arkan.

"pi liat deh, aqila bahagia banget ya sampe tidurnya aja senyum gitu" ucapan mami aqila membuat semuanya tersenyum senang. Dan aqila malam itu terlelap dengan senyuman dipelukan arkan, tak lupa arkan menggendongnya ke kamar kembali.

*Arkan POV*

Pagi ini gue terbangun dan dapet telepon harus mengurus kantor, bad time!!!! Mau gamau gue pergi pagi ini sambil pamit ke mami papi, sekalian mom dad juga ada kerjaan lagi. Huh! Padahal mau manja manjaan sama aqila, tapi ya gimana deh.

"mi pi arkan izin sebentar ya, ada urusan kantor yang gabisa ditinggal"

"Yaudah gpp, kamu udah lama ga ngurus kantor kan. Aqila juga udah lebih baik, nanti kalo ada apa-apa kami kabari"

"Iya mi makasih ya, pi arkan izin sebentar ya"

"ya"

Gue sempetin untuk sekedar melihat dan mencium kening aqila, ah pasti kangen banget sama dia dan baby...

*Aqila POV*

"hoammm, pagi semuaaaa... eh kok sepi?pada kemana mi?"

"dad sama momnya arkan udah pulang, mau ada kerjaan lagi. Kalo arkan, tadi pagi ke Jakarta, dipanggil kantor" mendengar kalimat terakhir mami, membuat moodku turun seketika.

"sayangg jangan ngambek dong, arkan kan punya tanggung jawab lain. Kamu udah lama loh mendominasi dan menahan arkan disini." Seketika aku tersadar, sudah berapa lama aku menahan arkan diSingapure? Astaga... kenapa aku gapernah kepikiran pekerjaan arkan ya?

"Mi, hp qila mana? Mau telpon arkan"

"Sayang, gausah dulu ya. Nanti kalo arkan ga sibuk pasti nelpon kamu, sekarang dia mungkin baru turun dari pesawat dan ngurusin ini itu"

"Oh iya ya mi, yaudah deh hehehe. Aqila egois banget ya mi" ucapku melemas.

"Egois? Iya kamu egois, tapi arkan juga bisa Menuhin keinginan kamu. Dia juga berusaha sejauh ini buat kamu nak, jadi kamu juga harus berjuang ya sama arkan"

"iya mii, huaaa sedih deh dengernya"

"eh kok anak papi nangis? Gara-gara ditinggal arkan?"

"engga pi, cuman kata-kata mami bikin cedih... sini dong pi peluk qila."

"oalahhh gadis kecil papi cengeng nih, sini sini"

Dan sore harinya juga papi harus berangkat ke Berlin untuk kerjaan juga, dan hari itu aqila habiskan dengan quality time keluarga, karena sorenya abangnya aqila balik dari kuala lumpur.

*Author POV*

Di belahan bumi yang lain, tepatnya di Narita Internasional Airport. Seorang wanita berpakaian minim berlari memasuki pesawat yang sebentar lagi lepas landas. Sibuk menelpon seseorang di telepon.

"Iya saya akan ke Jakarta secepatnya"

"Iya, pokoknya kamu gaboleh kehilangan jejak Arkan lagi!"

"Ya"

"Dia harus jadi milik saya secepatnya, jadi jangan sampai lengah!"

In another place *Jakarta*

Arkan merasa berbagai kerjaan tidak ada habisnya, bahkan sampai sore ini dia belum bisa menghubungi aqila. KANGEN banget sama aqila, itu pasti. Tapi sejak dia menginjakkan kaki di Jakarta, berbagai macam rasa beraduk didadanya. Rasa ingin kembali ke aqila, rasa ingin kembali ke rutinitas dan sebagainya.

Dan siang ini dia merasa diawasi ketika makan siang dengan client, bahkan ketika dia sore ini membeli kopi sembaring menyegarkan pikiran. Sekaligus dia akan menelpon aqilanya, tapi firasat jelek itu datang lebih dari yang tadi. Akhirnya dia tidak jadi menelpon aqila, tetapi menelpon para bodiguardnya.

Secepatnya dia harus menemui Aqilanya kembali apapun yang terjadi kali ini dia harus mengikuti firasatnya. Malam ini dia akan kembali ke singapure secara diam diam, tidak ada yang boleh tau mengenai aqila! Aqilanya terlalu berharga untuk dipertaruhkan, dunia arkan terlalu kejam.

"stev malem ini siapin pesawat, gaboleh ada yang tau saya yang ada dipesawat itu"

"jika ada yang Tanya saya kemana, bilang aja diapartemen"

"ya"

*Arkan POV*

Sesampainya di kamar aqila, aku langsung memeluk dia yang sedang terlelap.

"sayang, aku kangennnnnn"

"euh, arkan? berat ihhh"

"hehehe kangen tau"

"cape yah? kok baliknya cepet banget?" sambal diusap aqila rambutku, enaknyaaa.

"i feel like home wit you love" yeah, aku mencuri ciuman kilat hihihi.

"buset... abu pink apaan diudara kek gini. Plis deh kan, sesek gue menghirup abu abu pink kek gini"

"wei alfa, kapan balik? pakabar lu"

"baek, udah ah apaan sih peluk peluk"

"eh bro gue mau pake jasa lo dong"

"Lu kenapa lagi?"

"Gue punya firasat gaenak, gue takut aqila kebawa bawa"

"Lu ada masalah apa?"

"Gaada, cuman gue diikutin orang di Jakarta dari siang. Makanya gue ngacir kemari diem diem, gue takut kalo aqila gaada disamping gue"

"Oke bro gampang, lo kasih tau detailnya yak"

"Hai tuan tuan, apakah aku dikacangin? nak kita dikacangin, bunda ngobrol sama kamu aja yah" ucap aqila manja sambil mengelus perutnya.

"oh sayanggg, maaf hehehe"

Gue gamau kehilangan dia tuhan, tolong apapun yang hal buruk yang akan terjadi. Tidak akan melukai aqila.