Jadi tetangga yang baik? Apa-apaan itu.
"Gak, makasih." Anna membalasnya ketus, tak perlu berpikir tentang sapaan baik atau menjadi tetangga yang baik.
'Daniel itu sampah dari semua sampah,' Anna membatin. Lebih baik tak berurusan lebih lama, Anna benar-benar muak dengan pria ini.
"Anna kok jadi kasar gitu sih, ah iya enak sih jadi cantik sekarang, makin pede, makin banyak cowonya." Daniel mengatakan hal itu tanpa tau konsekuen yang akan diterima selanjutnya.
"Dari dulu kan Anna emang gitu, sa-si-mo." Lanjut Daniel yang secara bersamaan membuat Anna melayangkan tinju keras di wajah mantannya itu.
Daniel mundur beberapa langkah, meringis kesakitan sambil memegang wajahnya yang terasa kaku karna dihajar.
Amarah yang tertahan dalam diri Anna mulai tumpah, nafasnya yang berat serta tangannya masih dikepal kuat, rasanya ia bisa menghabisi Daniel saat ini juga, "Kalau lo gatau apa-apa tentang gue gausah bicara, dasar tukang selingkuh ga bermoral."
"Pfft." Daniel tertawa kecil seakan menantang membuat Anna makin tersulut hingga menarik kerah hoodie merah Daniel dengan kasar.
"Denger kan lo punya telinga, gausah ikut campur tentang hidup gue, gausah buat suara, gue bisa aja habisin lo." Anna memberikan kecaman pada Daniel, ditatapnya pria itu dengan sinis merendahkan dan amarah yang hampir tak terkendali.
Anna melepaskan cengkraman di hoodie Daniel dengan kasar, sedangkan Daniel hanya menyeringai di tempat.
"Iya deh iyaa, aku ngalah, apasih yang engga buat Anna yang cantik ini." Daniel berupaya mengelus surai Anna namun niatnya terhenti ketika Anna lebih dulu mundur dan pergi.
"Jaga sikap lo selama masih mau hidup." Anna mengucapkan peringatan itu sebelum masuk kedalam kamarnya.
"Aw~ galak banget deh." |-Daniel
***
Keesokan harinya, semalaman Anna berceloteh panjang di telpon untuk menceritakan harinya yang buruk kepada Laura, sahabat satu-satunya yang Anna percaya.
Kini Anna harus kembali bekerja seperti biasa, "Katanya nanti bakal ada jadwal pemotretan lagi." Gumamnya sambil membuat toast bread di mesin pemangang miliknya. "Ada untungnya juga dapet ini di waktu diskon."
Sambil menyenandungkan beberapa lagu Anna mempersiapkan dirinya sebelum berangkat kerja. Dirasa semuanya sudah siap Anna membuka knop pintu dengan semangat, "Baiklah, mari mencetak uang- aduuh!" Rasanya Anna menabrak sesuatu yang tinggi dan besar.
Mungkin tak perlu menebak lagi, "Pagi Anna, ah-" Daniel Saputro mantan Anna yang kedua, Anna sudah mengutuknya kemarin dan sekarang dia akan membuat ulah apalagi?
"Maaf aku ngagetin ya? Anna mau berangkat kerja kan? Aku anter ya.. bareng aja." Daniel menawarkan tumpangan pada Anna, lelaki ini memang intovert tapi terkadang dia bersikap implusif dan lebih berani ketika berhadapan dengan Anna, entah karna sudah lama saling mengenal, ini tetap terasa menganggu.
"Kak Anna pergi barengku, kamu pergi aja sana ke laut." Suara ini Anna tentu kenal, Johan? Ah iya dia sudah tau dimana apartemen Anna.
"Apa? Lo siapa?" Daniel beralih memberikan pertanyaan dengan agak berani.
Johan menatapnya sinis dari atas hingga kebawah, "Harusnya aku yang tanya dasar bau bawang, kamu mau ngapain? Ga liat kak Anna ngerasa terganggu?"
"Apa? Jelas yang tiba-tiba dateng kaya penganggu itu lo." Daniel menatap balik, mendekat dan berhadapan dengan Johan.
"Hah? Bukannya jelas-jelas kamu yang ganggu kak Anna duluan."
Entahlah Anna dibuat pening, ini masih pagi rasanya seperti melihat pertengkaran antara kucing dan anjing. Anna melihat jam tangannya sekilas, 'Pagi hari yang buruk gue harus keluar dari situasi ini keburu telat nanti' batinnya.
"Gue berangkat sendiri aja. Johan, mana kunci mobil gue? " Ujar Anna tegas pada Johan.
"Apaa.. kakak samaku ajaa ya yaa, gapapa kak aku yang nyetir daripada sama wibu jelek ini. " Johan balas menyudutkan Daniel.
"Na, mending samaku aja, kita bisa cepet nyampe, aku tau semua jalan pintas." Daniel yang suaranya kurang keras terkesan membuat alasan agar Anna mau bersamanya.
"Apaan sih, dipikir kakak wilek aja yang tau jalan pintas haahh??" |-Johan
"Apa, wilek? Heh bocah gue tuh dah lama ya tinggal disini jadi tau jalan dengan rinci." |-Daniel
"Iyaa wibu jelek."
"Apa ulangin kata-kata lo bocah prengus."
'Cobaan apalagi ini. ' Anna membatin kemudian pergi sendiri meninggalkan mereka berdua yang bertengkar seperti anak kecil. Daripada telat Anna memutuskan untuk naik taksi saja dan dalam beberapa menit gadis cantik itu sampai di kantornya bekerja.
Sapaan tiap karyawan menyambut Anna dengan ramah dan baik. Anna membalasnya dengan senyuman hingga sampai di ruangan miliknya.
Waktu demi waktu berlalu, Anna selalu kompeten dan menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat baik. "Ah siang nanti makan apa ya, oh iyaa ke tempat Laura aja kali."
Akhirnya jam makan siang yang ditunggu pun tiba, Anna bergegas pergi ke toko kue milik Laura dengan cepat menggunakan taksi online. Sesampainya disana bau kue manis menyapa indra penciuman Anna, "Surga.. gue dateng~ makan apa ya, yang coklat, yang keju, yang- ah.."
"Selamat datang~ woah kak Anna! Apa kabar? Mau makan apa?" Suara yang ceria serta sambutannya yang hangat ini.
Anna terkesiap, "Hah Johan lo ngapain disini?" Entah bagaimana ceritanya Anna merasa akhir-akhir ini jadi sering melihat Johan.
Dengan senyumannya yang lebar, "Aku kerja disini kak hehe ✌ ayoo kak duduk dulu, kakak mau apa nanti aku siapin."
Ada apa dengan hari ini? Anna tak menanggapi sambutan Johan dan bergegas ke dapur, itu hal biasa ketika Anna masuk ke dapur tempat Laura bekerja.
"Kak Anna mau apa? Nyari kak Laura?" Johan bertanya bingung.
Disaat bersamaan; Ponsel Anna memunculkan notif pesan, Anna melihatnya sekilas, ini dari Laura.
***
Laura : Bestie.. maaf banget gue gabisa sambut lo di toko, gue ada urusan harus beli beberapa bahan buat kue
Laura : Tapi tenang aja bestie, gue punya karyawan yang bisa diandelin sekarang, dia lucu banget lagi, ganteng, baik-baik sama dia yaa jangan macem-macemin anak gue
***
Anna mendengus ketika membaca pesan itu; Anna baru ingat, Anna tak pernah cerita tentang mantannya yang bernama Johan ini kepada Laura.
Ting! Bunyi oven menyadarkan keheningan mereka sesaat. Johan dengan sigap menghampiri oven dan mengeluarkan kue yang dipanggangnya.
Bau kue yang keluar dari oven sangatlah menggoda, Anna hampir meneteskan liurnya lagipula ia juga belum makan siang.
"Lo ternyata bisa juga dalam hal begini ya." Ujar Anna sambil melihat Johan yang melakukan semacam aksi untuk menghias kuenya dengan saus stroberi berwarna merah muda.
Johan yang memakai kemeja putih bergaris lengan pendek, rambut coklat wavynya terkesan berantakan namun terlihat manis. Celemek yang melekat di tubuhnya menampilkan dirinya sebagai koki yang membuat kue disini.
Johan terlihat antusias dan telaten menghias kue tersebut, tak mengalihkan pandangan sama sekali, baginya seperti membuat sebuah seni. Mencurahkan semua perasaannya dengan lembut ke kue yang dibuatnya.
Dalam kacamata Anna, Johan memang orang yang seperti itu, cekatan dan sangat bertanggung jawab dalam mengemban tugas maupun pekerjaannya.
"Bisa dong kak, aku kan suka banget makan manis jadi kepikiran mau buat kue sendiri, dulu aku juga pernah kerja di Tokyo-" Johan menghentikan ucapannya secara tiba-tiba, entah ada apa Johan tak melajutkan kalimatnya lagi.
Hal itu membuat Anna penasaran, "Tokyo? Lo pernah tinggal di jepang?"
"Ah itu- kak tolong ambilin saus coklat yang disana dong." Johan mengalihkan, dia menujuk pada mangkuk putih berisi saus coklat di dekat tempat Anna berdiri.
Anna sedikit kecewa karna tak mendapat jawaban namun karna tak ingin menjadi beban di toko Laura, Anna berpikir untuk sedikit membantu Johan.
Saus cokelat itu diambilnya dengan hati-hati ketika sampai di hadapan Johan kejadian tak terduga menimpa mereka berdua. Saus yang harusnya diterima Johan terjatuh kebawah, sepatu Anna terciprat cairan coklat pekat tersebut.
"Ah sorry kak, aku lupa tanganku licin abis pegang mentega." Rasanya mata Johan terlihat berkaca-kaca seperti ingin menangis, anak yang cengeng ini ketika menghancurkan sesuatu pasti menangis tapi kenapa waktu itu ketika Johan menghancurkan hidup Anna dia sama sekali tak menangis?
Anna diam menatap saus coklat yang tumpah di bawah seraya melihat Johan yang panik melihat kerjanya berantakan.
Ini mengingatkan Anna satu hal ketika dulunya masih bersama Johan.
***
*Flashback ONN*
Waktu itu Anna tak sengaja menumpahkan minuman di kaki Johan. Anna diketawai dan dicemooh oleh teman sirkel Johan, "Aduh babu ga bener banget sih haha kasian tuh Johan jadi kotor."
"Ah maaf aku ga sengaja." Anna yang panik ditatap Johan diam dari atasnya.
"Gimana sih kak, bersihin dong." Johan menyuruh Anna membersihkan kecerobohannya pada saat itu. "Pake lidah atuh kak." Dengan gila.
*Flashback OFF*
***
Anna takkan bisa lupa dengan kejadian memalukan yang sangat merendahkannya waktu itu. Meski hubungan mereka seperti terlihat membaik tetapi masih ada dendam yang tersimpan dalam diri Anna, dendam yang ingin Anna balaskan.
"Johan, kerja lo gimana sih? Bersihin tuh kaki gue jadi kotor gara-gara lo." Ucap Anna, hal itu sontak membuat Johan yang ada dibawah kaget dan bergidik ngeri melihat tatapan Anna yang dingin padanya.
"Pake lidah bersihinnya." Lanjut Anna.
Kalau dulu lo buat gue jadi anjing lo, sekarang berbalik, gue yang akan buat lo jadi anjing gue, Johan. |-Anna