Aku berjalan beriringan dengan Mas Hari Abimanyu tiba-tiba dia menghampiri.
"Mendingan kalian jangan sok akrab dengan Wulan kalian berdua jangan jadi musuh dalam selimut!" pekik Ayah Wulan lalu kembali ke dalam.
"Kenapa dia begitu sama kita?" aku mengomel.
"Biarkan saja, jangan dipikirkan," sahut Mas Hari Abimanyu mencoba cuek.
"Aku tahu dia mungkin masih sakit hati denganku, padahal aku sudah minta maaf pada orang tua Wulan dan menjelaskan tentang fitnah waktu itu, tapi ternyata masih benci dan dendam," ungkapku.
Mas Hari Abimanyu menjelaskan padaku jika tidak semua orang mampu memaafkan kesalahan seseorang meskipun sudah minta maaf, padahal aku sudah mengalah minta maaf walaupun tidak salah sekalipun.
Aku mengangguk paham akan hal itu dengan berat hati menerima kemarahan, kebencian, dan dendam dari kedua orang tua Wulan akibat dampak dari salah paham.
"Aku tidak mau ambil pusing lagi soal mereka, biarlah mau berkata apapun, aku sudah tidak peduli," ujarku.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com