webnovel

Reborn as A Haier-Elvian: Sang Pemburu Darah dan Sang Penyihir]

Pada awalnya, aku hanyalah murid biasa yang mengikuti pelantikan anggota baru Klub Taekwondo. Namun entah apa yang terjadi. Tiba-tiba saja ada benda misterius yang menyeretku dan teman-temanku ke sebuah hutan antah berantah. Aku pun menyadari, ini adalah dunia yang sama sekali berbeda dengan yang kuingat. Begitu banyak keanehan di tempat ini. Mulai dari kuda bertanduk, kelinci putih pemakan daging, serta jamur-jamur raksasa setinggi tiga meter. Walau sama sekali tak percaya, aku menyadari bahwa diriku sendiri termasuk ke dalam keanehan itu. Namaku Anggi Nandatria. Yang kini adalah Haier-Elvian, ras campuran manusia-peri yang sangat langka di dunia ini. Ilustrator: Jerifin

WillyAndha · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
53 Chs

Chapter 18 "Ramuan Hitam"

Bersamaan dengan cahaya kehijauan yang menelusup ke dalam kegelapan, sebuah kehangatan mengalir ke dadaku, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Kedua telingaku kini dapat menangkap suara. Jari-jemari yang kaku sekarang dapat kugerakkan dengan bebas. Perlahan-lahan kesadaranku pun pulih.

Ketika membuka mata, hal yang pertama kulihat adalah langit-langit ruangan berwarna putih yang cukup tinggi. Sebuah lampu kristal tampak elegan digantung tepat di tengah ruangan. Aku mendapati diriku sendiri berada di atas kasur. Kemudian pandanganku menyapu ke sekitar. Di ruangan ini aku tidak sendiri, ada dua orang lainnya. Seorang perempuan berseragam seperti pelayan tampak sedang meracik sesuatu di sudut ruangan, sementara seorang lagi adalah pria yang tengah membaca buku di samping kasur.

Kemudian aku bangun dan mengusap mata guna menjernihkan pandanganku. Setelah itu, barulah aku bisa jelas melihat wajah mereka. Si pria tampak menyadariku, ia mengalihkan tatapannya dari halaman buku.

"Kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya pria itu dengan hangat. Sehangat pandangan dan dekapan yang pernah dia berikan padaku. Mendamaikan hati dan mengusir kegelisahan. Efek yang begitu kuat dari sebuah senyuman yang tulus.

Aku mengangguk pelan pada Elvian Berkuncir itu. "Lumayan, tapi badanku masih agak sakit."

Jika dilihat-lihat, seluruh luka luarku nyaris sepenuhnya hilang. Hanya luka dalam saja yang masih terasa, terutama pada perut. Di bagian itulah aku sering ditendang dan dipukuli dengan kejam. Mengingat kembali waktu itu membuatku mual dan ngeri. Sungguh, aku benar-benar ingin melupakan kejadian itu dan menganggapnya tidak pernah terjadi.

"Silakan diminum!" Tiba-tiba saja pelayan perempuan yang berada di sudut ruangan tadi, menyodorkan segelas cairan kehitaman yang berbau menyengat. Di saat aku kebingungan, dia seakan sudah mengerti dan menjawab terlebih dahulu, "itu ramuan obat untuk mengobati luka dalam."

Aku berjengit. Ada potongan rumput dan tangkai tumbuhan di dalamnya. Cairan itu juga memiliki bau aneh seperti sayur busuk dan amis ikan. Bahkan aku sampai beringsut ke belakang ketika aromanya sampai ke lubang hidungku. Kemudian pandanganku beralih pada Elvian Berkuncir, dia mengangguk dan tersenyum tipis, seakan hendak meyakinkan. Tidak seharusnya aku mudah percaya pada orang yang belum dikenal. Tapi kepada siapa lagi aku harus percaya? Selain pada orang yang menyelamatkanku dari ruangan gelap itu.

Pelan tapi pasti, aku mendekatkan gelas itu ke arah mulut. Begitu air itu sudah sampai di tepi lidah, segera kuminum banyak-banyak sampai habis. Tentu karena tidak ingin rasa aneh ramuan itu tertinggal di dalam mulut. Aku hampir saja memuntahkannya kembali kalau saja pelayan itu tidak menghentikanku.

"Jangan dimuntahkan!" serunya. Terpaksa aku harus kembali menelan muntahan yang sudah sampai di tenggorokan.

"Huek ... rasanya sangat aneh. Terbuat dari apa ini?"

"Semak ranting ungu dan tinta gurita. Sangat manjur menyembuhkan luka dalam bila dikonsumsi secara rutin setiap hari."

"Jadi aku harus terus minum ini?" tanyaku sembari memandang jijik pada gelas kosong di tangan.

Wanita itu mengangguk.

"Kau harus meminumnya agar bisa sembuh total," kata Elvian Berkuncir dengan lemah lembut.

Kemudian pandangannya mengarah pada tanganku lalu mengenggam jemariku. Semua kuku tanganku habis dicabut saat disiksa. Ujung jari-jariku seperti daging yang baru saja diiris. Aku menatap ngeri dan takut. Tidak hanya aku seorang, begitu pula dengan Elvian Berkuncir. Tatapannya sayu dan tampak iba.

Lalu ia mendongakkan kepala, sehingga mata kami bertemu. "Kau akan aman di sini, tak ada orang yang akan menyakitimu lagi. Jadi jangan takut! Kau akan dirawat sampai sembuh total."

"Terima kasih ... emm ...."

"Ah, maaf kalau aku terlambat memperkenalkan diri. Namaku Keylan-Zell, pangeran ketiga Kerajaan Elvian Barat. Sekaligus pemimpin tertinggi Ksatria Elvian. Lalu, siapa namamu, Nona?" tanya Elvian Berkuncir dengan sangat sopan.

Sempat terkejut saat mendengar ia adalah seorang pangeran negeri, aku memutuskan untuk menggubris kedudukannya saat ini. "Namaku Anggi Nandatria, seperti yang sudah kau tahu, aku adalah Haier-Elvian." Kami saling berjabat tangan sebagai tanda perkenalan.

"Lalu, apa yang kau lakukan di kota ini? Kau pasti tahu kalau ini adalah wilayah Elvian, bukan?"

"Ceritanya panjang," jawabku singkat.

"Ceritakanlah! Kita memiliki banyak waktu untuk melakukannya."

======================

"Jadi begitu," gumam Elvian Berkuncir—maksudku Keylan. "Kau terbawa oleh kargo dagang kemari secara tidak sengaja. Memang sih, beberapa hari yang lalu kota ini melakukan transaksi dengan Sigrotia Iuna Utara. Tetapi sampai harus masuk ke dalam tong berisi acar ... itukah yang membuat tubuhmu berbau asam? Lucu sekali!"

Pria itu tak kuasa menahan tawa dan langsung tertawa terkekeh-kekeh. Berulang kali ia mengatakan 'acar' dan 'tong' sambil melihat ke arahku. Entah mengapa aku menjadi sedikit sebal. Figurnya mengingatkan akan seorang teman yang tertawa paling awal jika aku terkena kesialan. Mungkin karena hal itulah yang membuatku tanpa sadar memukul bahunya dengan sisa tenagaku.

Suasana seketika hening. Suara tawa Keylan seakan hilang tertelan udara. Keterkejutan muncul di wajahnya dan si pelayan. Butuh lima detik bagiku untuk menyadari bahwa aku telah memukul seorang pangeran.

"Eh, ehm ... maafkan aku!" Dalam sekejap aku langsung menundukkan kepala, jika saja tubuhku bisa bergerak bebas, aku akan berlutut di kakinya. "Aku sungguh minta maaf! Sosok Pangeran Keylan tadi mirip dengan temanku yang sering mengolok-olokku. Jadi tanpa sengaja aku—."

Keylan bangkit dari kursi dan menaruh jari telunjuknya di tengah bibirku. Membuat mulutku terkatup dan terdiam sunyi. "Aku tahu. Tenang saja, aku tidak marah, kok! Lagipula, bahasamu jangan terlalu kaku begitu. Khusus untukmu, abaikan saja statusku sebagai pangeran untuk saat ini. Mengerti?"

Meskipun hatiku adalah lelaki, senyum menawannya membuatku deg-degan. Pria ini memiliki senjata kuat untuk meluluhkan hati perempuan. Dari sorot matanya yang menggoda, aku tambah yakin bila pria ini sedikit playboy. Dengan jarinya yang menempel di bibirku, aku mengangguk pelan.

Mendapat balasan dariku membuat senyumnya semakin lebar. Ia memalingkan wajah pada pelayan wanita. "Airi, bisa kau bantu Anggi membersihkan badannya? Berikan juga dia pakaian yang bagus. Aku mau bersiap-siap sebelum kami pergi ke luar!"

"Tunggu dulu! 'Kami' itu ... maksudnya kau dan aku?"

Keylan mengangguk. "Ini adalah pertama kalinya kau di kota Elvian, kan? Aku akan mengajakmu berkeliling kota."