ReBirth 48
Chapter 20: Kadal Gurun
"Huuaaaam." Shin menguap puas setelah tidur nyenyak seharian.
Ia duduk di atas kasur, lalu melirik seseorang yang masih tidur di sampingnya, Kevi. Shin tersenyum lembut, lalu mengelus kepalanya.
"Baiklah, sekarang kita akan pergi kemana," ucap Shin yang saat itu turun dari kasur dan melirik keluar jendela. Dari pemandangannya, sepertinya ia berada di tingkat 3.
Shin saat ini sedang berada di salah satu hotel, dan Kevi tidak bisa lepas darinya semenjak semalam. Tapi tenang, tidak ada sesuatu yang terjadi antara mereka berdua.
Shin yang sudah puas menghirup udara pagi pergi ke kamar mandi. Saat itu di kamar mandi sudah Shin sediakan pakaian ganti untuknya semenjak semalam. Pakaian yang normal dan tak mencolok.
Selesai mandi, Shin yang merasa segar pun berniat jalan-jalan ke sekeliling area sekitar sini. Tampaknya hampir semua bangunan sudah berubah total. Tak hanya itu, Seharusnya akan banyak sesuatu baru yang bisa ia coba.
Shin lalu meninggalkan Kevi yang masih tertidur dan menutup pintunya.
Shin berjalan keluar dari hotel, ia berdiri menatap lurus ke arah jalanan. Orang-orang mulai menggunakan kendaraan era baru yang di ciptakan oleh sekelompok orang itu. Motor dengan berbagai bentuk dan jenis yang menggunakan bahan bakar energi tubuhmu, seperti sihir, mana, qi, Dll.
Shin yang saat itu sangat tertarik untuk mencoba motor keren langsung pergi ke salah satu toko cabang milik Cera.
"Jika menurut laporannya, toko itu harusnya berada di sini kan?" ucap Shin yang berdiri di depan sebuah toko ... Tidak-tidak, ini bukan sebuah toko tapi Sebuah rumah makan, atau lebih tepatnya kafe? Entahlah.
"Btw, kenapa antriannya panjang gini, dan kursi di bagian dalam juga penuh!" seru Shin di salam hatinya yang saat itu sedang berdiri di deretan orang ke 7 yang menunggu giliran.
Setelah melihat antrian yang cukup panjang, akhirnya tujuan Shin bertambah. Selain bertemu Cera ia berniat merasakan betapa enaknya makanan di sini.
Setelah berdiri cukup lama, Shin menghela nafas panjang, ia pun menghubungi Cera.
"Hey Cera. Aku saat ini sedang berada di salah satu tokomu. Apakah aku benar-benar harus mengantri?"
Cera yang saat itu sedang duduk di atas meja dan menandatangani kertas-kertas. Tertegun.
"A-ah! Tentu saja tidak, tuan saat ini sedang berada di toko mana?" Cera yang panik langsung mengambil telpon miliknya di sebelah kanan.
"Ummmm, di Zakaerta bagian Utara, tepatnya di dekat pertigaan besar."
Setelah mendapat jawaban Shin, Cera langsung mengambil telpon dan menelpon karyawan di toko itu. Cera berkata bahwa bos dirinya datang untuk melakukan survei. Karena itu mereka harus memperlakukan si bos besar ini sebagai sosok yang sangat spesial.
"Baiklah tuan, semuanya sudab saya urus. Tuan tunggu saya akan segera ke sana." Cera pun langsung mengambil jaketnya yang ia pakaikan ke kursi dan berjalan keluar bersama salah satu pelayanannya yang juga bagian dari Silance Sistem.
"Ah, oke." Shin kembali menegakkan badannya dengan semangat. Di tambah, tinggal 3 orang lagi di depannya sebelum gilirannya datang.
Tiba-tiba saja, dari luar Kafe datang seorang laki-laki menggunakan motor besar yang mengkilat warna putih dan tampak mahal. Di belakangnya ia membonceng wanita yang mengenakan banyak sekali perhiasan emas. Pakaian kedua orang itu pun sangat mencolok.
Semua orang di dalam kafe melirik ke arah orang itu yang berjalan masuk, tak terkecuali Shin.
"Idiiiihh, apa-apaan orang itu. Tampilannya mencolok banget. Mana keliatan alay banget. Dih najis," tatap Shin dengan mata risih.
Namun yang mengagetkan Shin saat itu adalah, para pelayan di dalam kafe itu langsung berlarian menuju laki-laki itu. Mereka menyambut dengan sangat baik.
"Selamat datang tuan!" sambut 4 orang pelayan wanita dan menundukan badannya.
"Waah, Waaah. Sambutan yang sangat mengejutkan sekali. Aku sangat tersanjung dengan ini," ucap lelaki yang mengenakan kacamata hitam dan sedang merangkul wanitanya.
"Eh? Apa-apaan ini? Apakah mereka tamu eksklusif atau semacamnya? Yah, terserah lah. Itu semua tak ada hubungannya denganku." Shin saat itu juga kembali melirik kedepan dan melihat meja pesanan.
Tapi di meja pesanannya, tampak bahwa petugas wanita disitu juga bertindak hormat dan menghentikan semua kegiatannya.
Shin yang tidak ingin membuang-buang waktu langsung memanggil wanita di meja pasanan.
"Etooo, mbak. Bisakah kau lanjutkan saja pekerjaanmu? Agar antrian jalan lagi, Aku tidak ingin menunggu lebih lama." Shin melambaikan tangannya ke arah wanita itu.
Tiba-tiba saja wanita di meja pesanan itu melihat Shin dengan tatapan yang kesal.
"Bisakah kau diam saja dasar rakyat jelata! Tamu yang sangat penting saat ini sedang hadir." Wanita itu langsung membentak Shin.
"Eh? Tapikan disini saya juga pelanggan," balas Shin yang masih tidak menerima perbedaan kasta seperti ini
"Diam sajalah! Bahkan jika kau pergi dari sini juga, atau bahkan tidak pernah datang lagi kesini itu tidak akan berefek apapun pada kami!" tambah salah satu wanita pelayan yang menyambut laki-laki itu.
Shin diam tak menjawab karena merasa bahwa situasi ini semakin menyebalkan. Ia tak ingin ada masalah merepotkan di waktu bersantainya.
"Mari tuan silahkan masuk," ucap salah satu pelayan yang menyambut laki-laki itu masuk.
Laki-laki itu berjalan dengan wajah yang sangat menyebalkan, itu membuat Shin sangat ingin menghajarnya. Tapi ia masih bisa mengendalikan diri.
Dan, tiba-tiba saja wanitanya laki-laki itu menyindir Shin dengan kuat.
"Hey, hey, lihat sayang. Ada rakyat jelata yang bilang bahwa dia memiliki posisi yang sama denganmu," sindir wanita itu sambil memandang ke arah Shin.
Shin memasnag wajah datar.
"Hey jangan lakukan itu sayang. Dia hanya rakyat jelata, kasihan nanti jika di teruskan ia akan menangis," tambah laki-laki tadi yang berjalan melewati Shin.
"Haaah, haaah, haaah," hela Shin berkali-kali mengatur kesabarannya.
Laki-laki menyebalkan itu Pun bejalan menuju meja kosong khusus yang sudah di siapkan oleh para pelayan.
"Ana ingin pesan apa tuan?"
"Bawa yang termahal disini," ucapnya dengan sombong.
"Baik."
Semua orang langsung memandang ke arah laki-laki itu dengan kagum. Karena yang termahal disini katanya cukup untuk mentraktir 30 orang menu normal.
Laki-laki itu bersender di kursi dan menumpukan kaki kanannya di lutut kirinya.
"Sialan!! Aku benar-benar ingin memukul wajah menybalkan kadal gurun ini!" teriak Shin yang saat itu benar-benar marah.
Namun, marahnya teralihkan karena antrian mulai jalan dan ini adalah gilirannya.
"Hummmm," gumam Shin melihat menu yang di sajikan dan memilah-milah.
"Kenapa kau belum pergi juga," ucap si wanita di meja pesanan yang menyebalkan tadi.
"Kenapa? Karena aku hanya ingin makan enak? Apakah salah?" balas Shin dengan datar dan bahkan tak menatap wajah wanita tadi.
"Apa kau yakin bisa membayarnya nanti rakyat jelata?"
Shin diam tak menjawab karena kalau ia menjawab hanya akan mengucapkan kalimat kasar. Tiba-tiba saja, Seorang perempuan muda di sebelah wanita tua itu menyela.
"Hey, hey. Hentikan itu, kau terus mengucapka kata-kata yang tidak baik lo. Mari aku saja yang menanganinya." Perempuan muda itu maju dan mengambil alih pesanan Shin.
"Cih, dasar pekerja baru. Tidak tau mana yang membawa untung dan tidak."
Perempuan itu tak menjawab, ia kemudian berdiri tegap dan tersenyum dengan lembut ke arah Shin.
"Tuan pesan apa?"
Melihat itu, Shin pun merasa sangat tenang.
"Baiklah, aku pesan yang kau rekomendasikan saja." Shin balik senyum dengan senang.
Perempuan itu lalu menunjuk Menu yang di rekomendasikannya, Shin setuju dan makanan pun langsung di buat. Shin di suruh menunggu di kursi yang kosong. Namun, Sialnya kursi itu bersebalahan dengan si kadal gurun tadi.
"Haaaah, hari yang sangat menyebalkan." Shin menghela nafas panjang seperti biasa. Dan ia mulai berjalan menuju ke meja.
Namun, saat ia melewati mja di kadal gurun, dia langsung mengeluarkan kakinya dan mencoba membuat Shin tersandung.
Tetapi, karena keberuntungan Shin yang sangat tinggi seperti biasa, ia tidak tersandung tapi malah menginjak kaki si kadal gurun yang di palangkan.
"Aaaarrgghhh!" teriaknya
"Kau! Kau beraninya menginjak kakiku!"
Shin tersentak kaget, ia langsung memindahkan kakinya.
"Eh, ah maaf ga sengaja."
Si kadal gurun tampak sangat marah.
"Tidak mungkin! Kau pasti sengaja!" bantahnya yang merasa marah.
"Beraninya kau menginjak kakinya? Apakah kau tau dia adalah Gery, tuan muda kedua dari keluarga Rick! Keluarga dengan kekuatan terbesar ke 3 setelah hari kebangkitan?" teriak si Wanita itu yang mencoba membela Gery.
"Eh. Si kadal gurun ini rupanya adik si bangsad yang aku temui di pesta dulu. Pantas mukanya ga asing, sama-sama nyebelin kaya abangnya." Shin mengoceh di dalam hati.
Di dalam kafe langsung heboh, mereka mengata-ngatai kebodohan shin. Dan berani-beraninya menginjak kaki seseorang sepertinya.
"Haaaah, kuharap Cera cepat datang." Shin mengeluh di dalam hatinya.
Saat itu, para pelayan yang tadi menyambut laki-laki itu ikut mengata-ngatai Shin. Shin yang merasa pusing dan kesal menyumbat lubang telinganya dengan kekuatannya.
Tiba-tiba saja, di sampingannya ia merasakan kekuatan berkumpul. Rupanya Si Gery yang merasa di abaikan langsung menggunakan kekuatan kebangkitannya untuk mencoba menyerang Shin. Kekuatannya adalah bisa menembakkan api dari dalam tangannya, juga membuat kedua tangannya menjadi sangat panas.
Shin yang terlebih dahulu merasakan aura itu, langsung menepis tangan Gery dan mengarahkannya ke atas.
"Hey, kau sudah cukup untuk membuatku kesal." Tatap Shin dengan mata membunuh lalu mendorong Gery jatuh kembali ke kursinya.
Shin lalu menatap ke arah para pelayan dengan mata yang sama.
"Bukankah di dinding tertera sangat besar. Bahwa penggunaan kekuatan disini sangat di larang. Dan dua melanggar peraturan itu, apakah kalian berani menghukumnya?" Semua orang terdiam. Tidak, bukan karena mereka tidak bisa menjawab. Tapi tubuh mereka membeku karena hawa membunuh Shin.
"Tidak bisa kan? Kalian sangat mengecewakan!" Bentak Shin dengan acuh lalu berjalan beberapa langkah dan duduk di kursinya.
"Bawakan pesananku cepat!" ucap Shin dengan nada menakutkan.
Semua pelayan langsung bergegas ke dapur dan mengambil makanan pesanan Shin dan segelas kopi.
Beberapa saat kemudian, akhirnya Gery bisa bergerak lagi, ia langsung bangun dengan kesal.
"Kau bangsad!" teriaknya berbalik dan mencoba menyerang Shin lagi.
Zabs!
Tiba-tiba saja sebuah garpu lewat di sebelahnya dan melukai pipi kirinya. Garpu tersebut lalu menancap di langit-langit.
Suasana sangat hening, di keheningan itu tiba-tiba saja seseorang buru-buru masuk.
Dia tampak sangat kelelahan, namun setelah melihat suasana yang mencekam ini. Dan posisi Gery yang tangannya sedang bernyala api mencoba menyerang Shin. Dengan tatapan kesal Cera berjalan ke arah mereka berdua.
Cera kini berdiri di hadapan Gery.
"Kebetulan sekali kau datang Nona Cera. Si miskin tak tau diri ini mencari masalah denganku." Gery mencoba membalikkan fakta.
Tapi, tanpa menjawab apapun. Cera langsung menampar Gery dua kali di pipi kanan dan kirinya.
Setelah itu, dengan hening Cera berjalan menuju Shin dan langsung menundukkan badannya.
"Maaf tuan! Saya datang terlambat dan karena itu anda harus mengalami masalah ini," seru Sera dengan kuat.
Shin lalu melirik ke Cera dengan mata yang masih sama, mata gelap dan mengerikan. Cera langsung merinding, ia takut apa yang akan terjadi setelah melihat pertempuran Shin langsung saat itu.
Shin menghela nafas panjang.
"Ke-kenapa anda menghormati si miskin ini Nona Cera," ucap Gery terbata-bata.
"Diam! Kau tak tau dengan siapa kau sedang berbicara! Bahkan orang tertinggi di keluargamu, yaitu ayahmu sangat menghormati dirinya!" teriak Cera yang saat itu merasa sangat kesal.
"CERA!" teriak Shin dengan kuat.
"Ya master!" ia langsung kembali menundukan badannya.
"Apa kau ingin mengungkap identitasku?" ucap Shin dengan pelan, namun hawa tekanan yang ada di sekitar Shin sangat kuat.
"Ma-maaf, saya tidak bermaksud seperti itu. Saya hanya merasa sangat kesal setelah mencerna semua yang terjadi master. Saya tidak menerima jika anda mendapatkan perlakuan seperti ini."
"Baiklah, aku hargai kepedulianmu. Aku akan melupakan masalah ini jika kau bisa mengatasi semuanya saat ini juga," ucap Shin dengan acuh tanpa melihat Cera. Ia kemudian mulai memakan kue yang ada di meja.
"Terimakasih atas kemurahan hati anda master," ucap Cera yang kemudian langsung menatap para palayan.
"Hey! Bukankah sudah kubilang untuk menyambut tuan Shin! Apa yang terjadi dengan kalian? Apakah telinga kalian tuli!" teriak Cera dengan sangat kesal.
"Ta-tapi, bukankah seorang bos besar harusnya mengendarai kendaraan mahal dan membawa wanitanya," jawab wanita menyebalkan yang ada di meja pesanan tadi.
"Apakah aku bilang untuk menyambut seseorang yang berpakaian mewah dan memakai motor mahal? Aku bilang! Sambut seseorang yang bernama Shin. Apakah kalian tidak menjalankan perintahku untuk menanyakan seseorang yang bernama Shin?" teriak Cera lagi yang masih sangat kesal.
"Ta-tapi. Kami kira dia hanya rakyat jelata jadi kami membiarkannya mengantri," balas salah satu pelayan.
"Kau bilang rakyat jelata lagi, ku jamin mulutmu sudah tidak ada saat kau sampai di rumah." Cera langsung mengeluarkan hawa membunuh.
Semua pelayan langsung menunduk.
"Maafkan kami!" teriak semua pelayan yang menggigil ketakutan.
Shin merasa hatinya semakin baik setelah memakan kue yang sangat lezat, begitu juga dengan kopinya. Sangat enak, dan Shin sekali lagi menyeruput kopinya dengan santai seperti tidak terjadi sesuatu.
"Dan kau! Kuhitung sampai 5, jika kau masih ada di sini, aku jamin kau tidak akan pulang dengan bagian tubuh yang utuh." Cera kini mentap Gery.
Gery bersama wanitanya langsung lari ketakutan keluar Kafe.
Kini, Cera kembali menundukkan badannya di hadapan Shin.
"Sekarang, tinggal master yang memutuskan apa yang harus saya lakukan pada mereka." Cera menutup matanya karena ketakutan. Ia benar-benar takut melihat sosok yang sangat mengerikan sepertinya marah.
Shin, dengan santai meletakkan gelas kopinya di meja.
"Karena suasana hatiku sudah mendingan. Aku tidak peduli pada mereka, aku serahkan mereka padamu. Oiya, kecuali untuk perempuan pekerja baru yang memperlakukanku dengan layak tadi. Berikan dia bonus."
"Baik!"
Cera kembali menatap para pelayan tadi.
"Ku beri waktu satu jam untuk kalian, kemasi barang-barang kalian. Jika kalian berani menginjakkan kaki di salah satu tokoku lagi. Kalian akan menyesal!" tatap Cera dengan mengerikan.
Semua pelayan tadi langsung lari ke ruang belekang dan merapikan barang-barang mereka. Kini tinggal satu orang pelayan yang berdiri.
"Toko kami hari ini tutup! Semua pelanggan di persilahkan keluar, bahkan tanpa membayar!" teriak Cera.
Seketika semua orang di dalam kafe langsung berlarian keluar dengan panik.
Dan sekarang, hanya tersisa 3 orang di dalam kafe.
"Sekali lagi maaf master. Anda bisa menghukum saya apapun. Saya akan menerimanya dengan senang hati." Cera lagi-lagi menunduk.
Shin pun menyeringai.
"Baiklah."
Mendengar kalimat itu, seluruh bulu kuduk Cera berdiri.
"Duduk di kursi depanku," ucap Shin singkat.
"Eh?" Cera dengan kebingungan mengangkat kepalanya.
"Aku bilang duduk," tekan Shin sekali lagi."
"Ah, baik!" Cera pun langsung duduk di hadapan Shin.
Cera duduk dengan gugup dan terus melihat ke meja.
"Hey, hentikan kegugupanmu itu. Saat ini aku sedang mencoba memperbaiki suasana hatiku. Jadi temani aku makan makanan enak di sini. Itu adalah hukumannya," ucap Shin dengan santai sambil menatap Cera.
Cera yang kaget dan kebingungan melirik Shin, melihat betapa tulusnya Shin, dan tatapan matanya yang sudah berubah menjadi hangat. Membuat Cera terpesona.
"Hey, rapikan mejanya dan bawakan menu terbaik ke sini," ucap Cera dengan gugup dan mengalihkan pandangannya.
"Ba-baik!"
Perempuan pekerja baru tadi langsung melakukan apa yang di perintahkan.
Shin tersenyum.
Cera terus memandang ke arah lain.
....
....
"Eh bangsad! Kenapa jadi canggung gini suasananya! Sial! Kenapa aku mengucapkan kalimat seperti tadi! Aku hanya ingin menikmati makanan di sini lebih lagi! Aaaaaa!" teriak Shin yang sebenarnya sangat panik di dalam hatinya. Ia tak tau harus melakukan apa sekarang.
>>Bersambung<<
~Higashi