webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
377 Chs

CH.350 Death nor Alive

Kehidupan dan kematian. Kalian seharusnya tahu, ini adalah dua hal yang paling harus diketahui oleh seorang makhluk hidup.

Tidak, bukan hanya manusia, semuanya. Memang ini terdengar begitu fantasi, tetapi aku yakin semua makhluk hidup memiliki apa yang disebut dengan keinginan.

Tanpa keinginan, bahkan yang bernafas pun tidak bisa disebut makhluk hidup. Kenapa? Karena setiap hidup, pasti akan memiliki tujuan, entah seberapa besar atau kecilnya, dan berapa banyak.

Kupastikan itu yang terus memacu seseorang untuk tetap hidup. Namun, bagaimana soal kematian? Apa manusia lupa bahwa kematian pasti akan datang menyusul?

Seharusnya siapa pun tahu, bahwa cepat atau lambat, apa yang namanya kematian pasti akan menjemput kita.

Hanya saja, bagi orang lain, mungkin setelah mati, semuanya akan selesai, entah dengan berbagai teori dan cabang pemikiran yang rumit untuk dijelaskan secara detil.

Jika bukan karena semuanya, sepantasnya aku akan terus berpikir dengan hal yang sama. Namun apa yang terjadi? Hal persoalan hidupku bahkan membuatku berpikir kematian tidak pernah ada.

Mungkin memang secara lahiriah memang ada, tetapi secara batin, aku tidak pernah mati, tidak sedetik pun.

Bisa dikatakan, kehidupan dan kematian menjadi hal mutlak dalam kasus normal. Itu jika dalam kasus normal, tetapi bagiku, bahkan aku tidak bisa menyebut diriku hidup.

Lebih dari itu, aku penasaran, apakah sebenarnya selama ini aku menghidupi ini? Atau bahkan ini semua mimpi? Kurasa tidak, karena aku masih merasakan sakit.

Hanya saja memang begitu seperti yang kukatakan, entah mati, atau hidup, aku tidak berada dalam kedua kategori itu. Aku berada dalam kategori 'BALAS DENDAM'.

"Tuan, semuanya sudah terlaksa dengan baik, hanya saja tetap ada kerusakan yang tertimbul. Juga lokasi Thulahga Cortin sudah terlacak, hanya saja dia menyadarinya lalu melarikan diri lagi."

"Melawan orang jenius memang berbeda, lanjutkan pencariannya, tetapi jangan biarkan dia menyadarinya. Lalu, soal kerusakan itu, berikan aku data komplitnya dalam suatu dokumen, aku akan baca ringkasannya selama bertarung."

"Perintah diterima dan akan dilaksanakan."

Sebenarnya soal kecerdasan buatanku, aku ingin membuatnya lebih manusiawi dari ini, bahkan benar-benar sebuah replika manusia.

Hanya saja, mengenai konsekuensinya, itu akan lebih besar dari yang kubayangkan. Terlalu banyak hal buruk jika ada kesalahan terjadi.

Bisa dibilang IAI dan ELISBETH bisa lebih pintar dariku karena memori mereka yang lebih luas. Namun secara akademik, aku masih terlebih pintar jika situasinya seimbang.

Buatku saja sebenarnya mengontrol sesuatu yang berintelegensi tinggi masih berbahaya. Bukan kecerdasan buatannya, tetapi akunya.

Manusia dikenal sebagai keserakahannya. Maka dari itu, aku cukup membatasi diriku untuk melakukan hal yang di luar kapasitas normal walau sebenarnya mampu.

"Ini… mengerikan…."

"Ada apa sayang? Bagaimana datanya?"

"Apanya bagaimana? Bahkan sekarang sudah ada miliaran nyawa yang melayang. Itu bahkan sudah seperdelapan dari populasi seluruh dunia ini."

Seperdelapan? Tidak, bahkan lebih dari itu. Dan setiap detiknya jumlahnya akan terus bertambah. Ini tidak akan berhenti dengan mudah.

Kalau kalian bertanya kenapa monster dengan jumlah ratusan ribu bisa membunuh nyawa miliaran orang, maka akan kujawab, 'semuanya sudah tidak terkontrol'.

Seharusnya kalian paham bahwa aku adalah tipe orang yang terperencana. Tanpa rencana atau rencana dadakan, aku sama saja sampah.

Bukannya bermaksud untuk merendahkan diriku sampai sebegitunya, tetapi aku hanya melatarkan faktanya saja.

Hidupku sudah dipenuhi rasa sombong dan egois. Dan jujur, itu semua yang membawaku kepada masalah-masalah yang ada.

Kelihatannya aku dari luar itu sangat kokoh, tetapi begitu kau masuk dan melihat dari dalam, kau akan tahu betapa mudah runtuhnya aku ini.

Alasan dibalik semua mentalku yang sering terbanting itu hanya ini, maafkan aku kalau aku orang yang seperti ini, itulah diriku.

"Miliaran… jadi bahkan kita tidak bisa menangani semua ini ya?"

"Mau bagaimana lagi, jumlah mereka yang kuprediksi hanya jutaan, melejit menjadi puluhan juta dalam sekejap. Terlebih lagi, banyak portal yang terbuka di seluruh penjuru dunia. Kita, hanya berenam, berencana menyelamatkan satu dunia? Jangan bercanda."

Sejak awal, siapa yang berniat menyelamatkan dunia ini dan menjadi pahlawan? Aku? Tidak, niatku bukan menjadi pahlawan, hanya saja aku merasa sayang dunia bagus ini rusak.

Perlu diketahui sejak awal niatanku memang tidak murni. Jika aku mengharapkan sesuatu yang tinggi padaku, coba pikir lagi, karena aku adalah seorang pembalas dendam, bukan dewa.

Ya, mungkin secara kekuatan aku dewa, tetapi tidak dengan sifatku. Berbeda dengan dewa murni yang dituhankan, ah tapi sejak awal, aku tidak percaya.

Mau bagaimana lagi, ekspetasiku soal kepercayaan pada 'Divine Being' sudah hancur. Bahkan malaikat pun juga bisa berpikiran licik. Ya, yang kumaksud diriku sendiri, Lucifer sebenarnya.

Entahlah, sampai kemana pun, aku tak pernah berniat percaya kepada tuhan mana pun, kepercayaan mana pun, apalagi dewa. Toh, mereka yang memulainya, tak berniat menodai.

"Itu tanda kita masih lemah… mau bagaimana lagi, kita immortal, mereka mortal, agak sia-sia sih begitu banyak nyawa melayang."

"Beruntung kalau sayang masih berpikir itu hanya sia-sia. Karena kalau kau sadar di dalam mereka, hanya akan muncul kelicikan, sama sepertiku."

Licik? Tentu aku iya, mana mungkin aku tidak menyadarinya. Bahkan semua orang pun pasti akan pernah licik, setidaknya sekali. Hanya saja aku mampu menekan dan mengontrolnya.

Hah… lupakan soal itu. Akhir-akhir ini aku tidak bisa berpikir lurus, seperti ada yang kurang dalam hidu—maksudku apa pun yang kujalani ini.

Boleh dikatakan, aku lelah dengan semua yang kuhadapi. Tidak, bukan hanya masalah, tetapi semuanya. Bahkan tidak terkecuali hal terpenting dalam hidupku, keluargaku tentunya.

Bukannya aku membenci mereka, itu hal mustahil, hanya saja semua ini terlalu kaku. Rasanya fokusku selalu tercampur aduk ataupun menyebar.

Aku tahu betapa aku tidak menikmatinya hidup ini, bahkan sejak lama. Kau pikir aku menikmatinya? Tidak, kalian tidak tahu karena tak pernah bertemuku atau melihat raut wajahku.

Orang yang paling menyadarinya dan mengamati hal ini selalu tentu adalah Kiera. Hanya saja, kurasa dia tahu betapa dia harus menjaga jarak dan tidak membahas hal penting ini.

Memang kupastikan dia penasaran, tetapi dia menahan diri, setidaknya sampai aku menceritakannya sendiri dengan mulutku.

"Tuan!! Aku menemukan Cortin lagi! Kali ini dia tidak menyadarinya!"

"Itu berita bagus. Sebenarnya aku ingin menginterogasinya, atau memintanya untuk menarik semua tindakannya, tetapi itu mustahil. Eksekusi prosedur pembunuhan kelas atas, kirimkan para sniper dari jarak jauh juga tempat di mana internet tidak ada."

Ada alasan di balik setiap tindakanku. Semisal untuk yang sniper dengan detil seperti ini, tentunya supaya Cortin tidak mengetahuinya.

Untuk berjaga-jaga semisal dia menguasai internet di sekitarnya, makanya aku menggunakan taktik seperti ini. Dia adalah salah satu buruan berharga sekarang.

Ngomong-ngomong, semua yang kuperintahkan selalu langsung dieksekusi oleh IAI dan pegawaiku dengan baik. Untuk berjaga-jaga, kontrolnya kupegang sendiri.

Jadi aku mengawasi pergerakan pegawaiku yang memasang sebuah kamera padanya. Namun di sisi lain, aku juga mengawasi Cortin.

Walau memang dia tersembunyi di ruang tertutup tanpa jendela ke arah luar, tetapi itu bukan masalah. Setidaknya aku sudah pernah membuat sniper dengan kekuatan peluru mampu menembus sebuah tembok ketebalan 5 centimeter.

"Maju dengan berhati-hati. Kesempatanmu hanya sekali, selesaikan dalam satu serangan."

"Dimengerti tuan."

Sniper, bisa dibilang ini adalah keandalanku juga. Dibanding semua senjata yang ada, sniperlah yang menjadi kesukaanku.

Hanya saja, karena sniper dibagi menjadi dua tipe, sang rusher yang maju atau sang Assassin yang diam di tempat tersembunyi dan menyelesaikan dalam satu serangan, itu jadi merepotkan.

Bagiku, menyerang dengan tersembunyi lebih baik, karena resiko menjadi rusher itu besar apalagi membawa sniper bukan assault rifle.

"Huft… hah… satu serangan. Akan kuakhiri dalam satu serangan."

Oh ya, selain bisa menembus tembok dengan peluru yang masih tetap utuh, sniper ini masih banyak dilengkapi fitur lain. Semisal saja trajectory yang bisa memanuver arah peluru ke target.

Dengan ini, target dipastikan tidak akan bisa kabur karena arah peluru ini tidak hanya lurus, tetapi juga memungkinkan untuk menekuk.

"Tembak!!"

Dan benar saja, dalam satu tembakan, entah bagaimana Cortin berhasil terbunuh oleh pegawaiku. Itu sudah bisa dipastikan karena detak jantungnya tidak beresonansi lagi.

Sebenarnya untuk mengetahui hal ini, agak rumit juga, tetapi tidak masalah selagi aku memiliki kepandaian dalam beberapa aspek walau aku terfokus dengan teknologi.

Hah… akhirnya masalah Cortin selesai. Kau tahu, bahwa sebenarnya detak jantungku terpacu begitu cepat karena ketakutan akan kegagalan.

Namun karena satu masalah sudah selesai, artinya aku bisa terfokus pada masalah monster walau efek dari tindakan Cortin masih di sana sini.

"Selesai… akhirnya dia menghilang juga dari daftar masalah."

"Cortin sudah terbunuh? Mantap!! Akhirnya satu masalah kita berkurang."

"Itu bagus, tetapi ingat, masalah monster dengan jumlah puluhan jutaan ini, tidak akan berakhir dengan mudah."

Biar kuberi tahu kondisi kami sekarang ini. Jumlah estimasi seberapa banyak monster adalah 24.566.210 juta monster dari beberapa macam kelas evolusi.

Namun untuk lebih sedikit detil, ada 11 monster raksasa, 12 monster kelas evolusi 19, 7 monster kelas evolusi 20, dan satu raja monster. Sisanya, kecuali monster kelas evolusi 18, jumlahnya ratusan, ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan.

Yang paling merepotkan di sini adalah kuantitas dan kualitasnya sama-sama diperhatikan. Selain itu, jumlah energi yang kami miliki sangat terbatas.

Sekarang ini hanya ada sebuah taruhan, mana yang lebih cepat. Kami berenam dan semua pemburu, atau para monster. Waktu setiap detiknya mengubah banyak hal, kami harus cepat.

Baru kali ini aku direpotkan dengan semacam ini karena kualitas para pemburu hanya sedikit di atas rata-rata, yang tingkat atas bisa dihitung dalam jumlah puluhan saja.

"Sin, apa kau yakin masalah monster bisa diselesaikan dengan mudah? Bukannya aku meragukan dirimu, rencanamu, ataupun kekuatan kita, tetapi…."

"Kalau itu pun aku sudah menyadarinya. Hanya saja, kalau kita membiarkan semua ini, bisakah kita dikatakan masih memiliki rasa kemanusiaan?"

"Tentu saja… aku mengerti."

"Maka dari itu, masalah Cortin selesai, dan masalah monster akan kita selesaikan juga!!"

Kata seorang yang setengah hidup, dan setengah mati. Well, itulah aku, never judge the book by it's cover right?

ARC 8 Life/Blood End