webnovel

Ratu Tanah Jawa

Seorang mahasiswa arkeoleogi berusaha untuk mendapatkan nilai terbaik di universitasnya. Ia pergi ke reruntuhan dan menemukan sebuah gulungan kitab secara tidak sengaja. Kitab tersebut memceritakan seorang wanita yang hidup kembali setelah seseorang meracuninya. Tidak hanya terjadi satu kali namun setiap kali wanita itu dibunuh, ia tidak bisa mati. Justru sang pembunuhlah yang pada akhirnya menjadi korban. Merasa menemukan benda berharga, mahasiswa tersebut membawa gulungan itu pulang. Ia mencoba meneliti dan memberikannya kepada dosen sebagai timbal balik nilai baik untuk tugas akhirnya. Siapa sangka, saat membaca gulungan itu sang dosen langsung marah dan meminta mahasiswa itu berhenti menyelidiki. Ia tidak ingin mahasiswa tersebut menggunakan kitab yang ia temukan untuk penelitian tugas akhir dengan alasan, isi kitab tersebut tidak relevan dengan sejarah yang ada. Sakit hati, mahasiswa tersebut mengadu kepada ayah yang merupakan seorang konglomerat dan meminta agar dosen yang membimbingnya dilenyapkan. Sebelum menuruti keingingan sang anak, sang ayah meminta beberapa orang untuk menyelidiki dosen tersebut. Ia tidak menyangka hasil penyelidikan menunjukkan, bahwa wanita yang ada di cerita gulungan kitab itu adalah dosen pempimping anaknya. Siapakah sebenarnya wanita yang ada didalam gulungan cerita tersebut? Apa benar, wanita itu abadi dan hidup sampai saat ini debagai seorang dosen?

Rahel_Andrea_Go · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
30 Chs

Kilas Balik ~Terkubur Hidup-Hidup~

"Ming, bertahanlah!" kata Siane sambil menguncang-guncangkan tubuh Ming yang mulai melemah.

Ini adalah hari ke sepuluh, setelah Siane terbaring di dalam makamnya. Ming, yang mengetahui bahwa Siane tidak akan pernah mati ikut menemaninya di dalam makam sampai Siane bangun hari ini.

"Ming, aku akan membuat mereka semua menyesal!" teriak Siane.

"Mereka menguburmu bersamaku! Dan menjebakmu di sini! Tidak akan aku biarkan seorangpun hidup!

Bertahanlah, kita akan keluar dari sini!"

"Yang Mulia" kata Ming dengan sangat lemah.

"Jangan bunuh siapa pun lagi. Aku menemani anda di dalam makam atas inisiatifku sendiri. Raja Edward sudah mencegahku dan mengirimkan beberapa orang untuk memastikan aku baik-baik saja. Hanya saja, sepertinya kekacauan terjadi di istana. Ku dengar, Raja pergi berperang dan para sesepuh itu merebut tahta.

Merekalah yang membuatku terkunci di makam. Jika Kau selamat dan berhasil keluar, jangan bunuh semua orang. Bunuhlah mereka yang benar-benar bersalah!"

"Bersalah atau tidak, jika mereka punya hati nurani pasti mereka yang diluar akan tetap membuka pintu makam ini. Mereka mendengar kita namun membiarkan kita terperangkap. Mereka tidak lebih baik dari pada binatang. Tenanglah, aku akan membereskan mereka!"

Ming meraih tangan Sang Ratu, "Yang Mulia, berjanjilah. Berjanjilah, Anda tidak akan menghabisi semua orang yang tidak bersalah. Jika kau melakukannya, maka apa yang orang katakan tentang anda, semua itu akan menjadi benar. Anda bukan orang jahat….jadi…"

Seketika itu Ming pingsan dan tak sadarkan diri. Siane yang panik, menggoncang-goncangkan tubuh Ming. Tanpa sadar air mata menetes begitu deras ke pipi wanita itu.

~Mengapa? Apakah sebuah tahta jauh lebih penting dari nyawa manusia? Jika ingin membunuhku, mengapa harus membunuh orang lain juga?~

Siane tak tahu harus bagaimana. Ia meletakkan kembali tubuh Ming. Ia mengamati tubuh kawannya yang sangat kurus dan lemah itu. Hatinya benar-benar hancur. Ia tidak mengira ada teman sebaik Ming yang bahkan rela dikubur hidup-hidup bersama dirinya.

~Ming, aku tidak akan mengecewakanmu!~

Perlahan tapi pasti, Siane mengambil pedang Ming. Ia mengambilnya dengan sebuah rencana terlintas di benaknya. Ia mendekati peti tempat ia dibaringkan dulu. Peti itu terbuka setengah terbuat dari batu.

~Orang-orang itu? Bukankah mereka percaya pada hantu dan sebagainya? Kita lihat siapa yang lebih menakutkan, hantu atau aku?~

Siane mendorong tutup peti yang terbuat dari batu yang penuh dengan ukiran indah. Ia mendorongnya hingga terjatuh dan pecah ke lantai. Suaranya sangat keras. Ini membuat para normal yang berjaga di depan membuka mata.

"Ki Warno, apa Anda dengar?" tanya seorang prajurit yang menemaninya.

Ki Warno yang duduk dalam posisi semedi membuka mata dan melihat ke arah angklo yang ia isi dengan kemenyan dan bunga.

"Sepertinya wanita itu benar-benar bangkit" kata Ki Warno pada yang lain.

Tiba-tiba saja kengerian terlintas di mata para penjaga makam. Mereka membayangkan sosok wanita hantu yang menyeramkan seperti kuntilanak.

"A..apa tidak sebaiknya kita pergi dari sini?"

Ki Warno yang mendengar hal itu menggeleng. Ia bangkit diikuti dua orang muridnya yang juga menemaninya bersemedi menjaga makam.

"Kita harus melenyapkan wanita ini. Kita tidak bisa membiarakannya bangkit. Jika ia bangkit bahkan menjadi hantu, aku yakin. Dia akan menghabisi seluruh orang di istana. Ini tidak boleh terjadi!"

"Ki Warno, hamba rasa kata bangkit, sedikit berlebihan. Yang Mulia Ratu masih bernafas ketika semua orang memakamkannya."

Ki Warno menyuruh prajurit itu diam.

"Yang tidak bisa membuka mata berarti mati. Apa Kau sudah jelas?"

Prajurit itu terdiam seketika. Ia tidak berani melanjutkan perkataannya.

~Yang Mulia Ratu, mengapa nasib Yang Mulia begitu tragis? Anda dimakamkan dalam keadaan hidup hanya karena hasutan dari seorang dukun yang bahkan tidak diketahui apakah ia memang sakti atau hanya pura-pura. Yang Mulia, semoga Anda tenang di alam sana. Batin prajurit itu~

Setelah lima prajurit yang berjaga dan dua orang murid Ki Warno membuka segel, pintu makam yang berat dan besar terbuka. Sore itu, suara burung gagak terdengar sangat keras terbang melintasi tempat mereka berada.

"Ayo masuk, takut apa? Kita harus menghentikan iblis wanita ini dari kebangkitannya!"

"Baik Guru" jawab kedua murid Ki Warno.

Mereka pun masuk, hanya dua orang yang berjaga di luar. Bulu kudu prajurit yang berjaga di luar berdiri.

"Matahari belum terbenam, kenapa aku sudah merasa takut?"

"Takut apa? Hantu? Asal kau tahu, Yang Mulia Ratu masih bernafas saat dimakamkan. Bahkan ada tabib yang nememai beliau. Ku rasa kata-kata bangkit dari kematian sedikit berlebihan."

"Jika memang begitu? Mengapa ia di makamkan? Bukankah itu sama dengan pembunuhan?"

"Entahlah, takdir manusia tidak ada yang tahu"

Di dalam makam, Ki Warno dan dua orang murid serta tiga prajurit mengamati sekeliling sambil berjaga-jaga dengan baik. Mereka mengeluarkan pedang untuk melindungi sang guru.

"Berantakan, sesajipun sudah tidak ada. Ku rasa tabib itu memakan sesaji agar bertahan hidup" kata Ki Warno yang perlahan mendekati tubuh Ming.

Sementara dua orang murid lainnya, dengan perasaan gemetar mendekati peti yang sudah terbuka. Mereka berjalan perlahan sambil mengucapkan berbagai mantra yang hanya mereka sendiri yang tahu apa fungsinya.

~Yang Maha Agung, ku harap jasad wanita ini tidak membusuk. Batin salah satu murid Ki Warno~

"Buka matamu! Apa yang Kau takutkan?" tegor murid lainnya. "Lihat peti ini kosong!"

"Mustahil!" dan mata mereka berpandangan.

Ki Warno yang mendengar kata-kata dua orang muridnya seketika meminta semua orang waspada. Ia berjongkok untuk memeriksa nadi Ming, tabib yang ia kurung bersama Siane.

"Ia masih hidup" kata Ki Warno. Tak lama, ia mengeluarkan keris yang ia simpan.

"Guru, apa guru berniat membunuh pria ini?"

"Benar, semua harus mati"

Baru saja, keris akan ditancapkan. Ki Warno dan ke dua muridnya dikejutkan oleh erangan ke tiga prajuritnya. Mereka terkapar ke tanah.

"Apa yang terjadi?" teriak salah satu Ki Warno. "Cepat lindungi guru"

Suara tawa terdengar menggema. Suara tawa yang lembut tapi cukup mengerikan.

"Mana yang lebih kalian takutkan? Hantu atau aku?" tanya Siane yang perlahan mendekati mereka.

Dua orang murid Ki Warno gemetar. Seumur hidup mereka, ini adalah pertama kalinya ia melihat hantu. Satu diantara mereka bahkan tidak bisa berkata apa-apa. Kaki mereka semakin lemas. Keris yang mereka acungkan perlahan jatuh ke tanah karena takut.

"Han..hantu.!"