webnovel

Hujan

Jessy bangun dari tembat tidurnya kepalanya masih terasa sakit akibat terlalu banyak minum saat berada dirumah Vika. Dia lalu pergi ke dapur untuk mengambil segelas air.

"Akhirnya kau bangun juga, aku pikir kau akan tidur seharian." Kata Scout. "Ahh, tentu saja aku tidak akan melakukan hal itu. Oh iya apa kemarin aku melakukan sesuatu?"

Scout tertegun mendengar hal tersebut. "Yah kau memang melakukan sesuatu kepada diriku." "Memangnya apa yang aku perbuat kepada dirimu?"

"Seperti berkata Scout kau memiliki dada yang hangat dan menggosokan pipi mu ke dada milik ku, oh ya tambah satu lagi saat kau tertidur kau juga memeluk ku seperti sebuah guling." katanya dengan santai

Semua perkataan Scout membuat diriku malu kenapa aku bisa lupa kalau aku memiliki kebiasaan seperti itu, dia pasti akan berpikiran aneh tentang diriku sekarang.

"Sebenarnya aku melakukan hal seperti itu hanya kepada orang terdekat saja." Ekspresi Scout lalu berubah dan dia berkata. "Kalau begitu kau dilarang meminum alkohol tanpa seizin ku mengerti!"

"Kenapa aku harus meminta izin kepada dirimu?" Lalu Scout datang mengahmpiri diriku dan dia berkata. " Karena kau istriku mengerti." katanya tepat disamping telinga ku.

Dan itu membuat tubuh ku gemetaran. "Cepat makan sarapan mu kau pasti akan pergi kehotel bukan." Aku lalu duduk dikursi dan memakan sarapan yang telah dibuat olehnya.

Aku lalu pergi kehotel entah kenapa Scout mau mengantar diriku biasanya dia tidak pernah melakukan hal tersebut. Apa mungkin dia menyukai diriku.

Aku kira hal semacam itu tidak mungkin hanya karena dia bertingkah laku selalu menggoda diriku bukan berarti dia menyukai diriku. Sikapnya yang seperti orang tua tidak mungkin dia bertindak seperti anak muda yang labil.

Akhirnya aku tiba juga di hotel aku langsung pergi keruang kerja milik ku disana Emery menyambut diriku. " Selamat pagi Jessy." sapanya, dan aku juga membalasnya dengan senyuman.

Tumpukan map yang menghiasi meja kerja ku seolah meminta dirinya untuk segera memeriksa satu persatu. "Seingat ku aku baru meninggalkan dirimu tiga hari kenapa kau sudah sebegitu banyaknya." keluh diriku.

Mata ku menatap tajam sebuah dokumen yang ada di atas meja kerjan ku. Aku meneliti setiap kata kata yang tertera di dalamnya. Memahami isi tulisan yang ada disana.

"Emery bisa kau datang keruangan ku?" Aku panggil Emery. "Ada apa nona kau memanggil diriku." Aku lalu menyerahkan dokumen tadi kepada dirinya.

"Aku ingin bertanya siapa yang membuat ini?"

"Ah, rancangan itu sebenarnya itu rancangan yang aku buat untuk acara tahun baru nanti memang kenap?"

"Bukan apa apa hanya saja acara ini sudah sering kita lakukan aku ingin sesuatu yang berbeda nanti. Bagaimana bagian perhubungan kita suruh membuat rancangan untuk acara tersebut."

"Hmm...aku sih tidak masalah aku akan coba hubungi bagisan perhubungan. Tapi boleh aku bertanya kenapa bagian perhubungan yang kau minta?"

"Oh itu...tidak ada yang spesial karena mereka bekerja di bagian perhubungan mereka akan bertemu berbagai orang dan tempat baru sehingga mereka memiliki pandangan yang cukup luas untuk hal semacam ini."

Emery tidak bertanya lagi lalu dia pergi untuk menemui kepala perhubungan. Suara telepon berbunyi aku lalu melihatnya rupanya Daniel mengirim pesan kepada diriku.

"Senang bisa melihat dirimu kembali di hotel."

"Aku sangat merindukan dirimu."

Aku hanya tersenyum membaca pesan tersebut, aku lalu membalas pesan nya. "Kita baru berpisah dua hari bagaimana bisa kau merindukan diriku?"

"Memangnya salah ya?" Balasnya dengan cepat.

"Tidak, aku juga merindukan dirimu juga. Kau sebaiknya kembali bekerja bila tidak kau akan mendapat masalah."

Dia langsung mengirimkan stiker hormat kepada diriku. Aku lalu melanjutakan pekerjaan ku. Aku melihat jam sudah menunjukan pukul delapan sudah waktunya aku kembali pulang.

Saat aku berjalan menuju parkiran aku baru sadar bahwa tadi aku tidak membawa mobil. Aku lalu coba menghubungi Emery untuk mengantar diriku pulang.

Saat aku mau menghubungi dirinya tiba tiba Scout menghubungi diriku dia memberitahu aku bahwa dia ada diparkiran. Aku lalu pergi kesana benar saja dia memang ada disana.

"Kau lama sekali aku sampai lelah menunggu dirimu."

"Memangnya kenapa kau menunggu diriku?"

"Kenapa, kau tidak senang?"

Aku lalu memasuki mobil di dalam mobil kami sama sekali tidak berbicara satu sama lain. "Kau belum makan bukan?" Aku hanya menggelengkan kepala tanda tidak.

Bersambung