webnovel

Pelaku

Biên tập viên: AL_Squad

"Apa?"

Nada marah terdengar dari dalam ruangan. Suara itu berasal dari remaja berambut pirang.

"Kam bilang orang itu terbunuh?"

"Dan pembunuhnya adalah kakaknya sendiri, Marvin dari Lembah Sungai Putih? Bukankah dia tidak penting? Seseorang yang bahkan tidak mempunyai kelas tempur?"

Dia berdiri di depan orang pendek bermantel hitam. Kemudian berkata dengan perlahan,"Tuan Muda White, menurut sumber kami, Tuan Marvin tidak memiliki kelas tempur sama sekali."

"Lalu bagaimana dia mengalahkan anak buahku dengan dua petarung lainnya, di depan banyak orang, sebelum pihak berwenang menghentikannya?"

White terlihat sangat marah.

Ia telah menyuruh orang untuk mengurusi urusan tersebut, tetapi dia bahkan tidak menggubrisnya sama sekali. Malahan, dia mati terbunuh.

Si brengsek kecil itu menyulitkan sekali, dia tidak menyangka kakaknya akan membuat masalah seperti ini.

"Aku tak tahu. Mungkin ada yang salah dari informasi itu."

Orang bermantel hitam menunduk sekali lagi dan meminta maaf, "Aku harap Tuan Muda mengerti. Tempat kecil seperti Lembah Sungai Putih terlalu jauh untuk dijelajahi dan kami belum mengirim orang kesana."

"Tidak mungkin kalian melakukan kesalahan sebesar ini!" White menghela nafas panjang, meninjukkan ketidaksukaanya."Marvin ini tidak senaif yang terlihat. Dia lebih piawai dari saudaranya."

"Mampu membunuh pembantu penyihir (catatan tl: sebelumnya penyihir magang) beserta pengikutnya merupakan bukti, bagaimana orang ini berada di ranking 1, posisi terbaiknya."

"Dengan menggunakan Medali Bulan Kesembilan itu, nampaknya Marvin akan melakukan sesuatu yang besar..."

"Harus kuakui, dia pintar. Namun di keluarga Unicorn, siasat sederhana tidak akan dapat menyelamatkannya. Bahkan mereka akan mengirimnya ke Neraka!"

Pria bermantel hitam mengangguk.

"Menara Abu sebentar lagi akan bersentuhan dengan tongkat sihir Aliansi Penyihir Selatan. Aku rasa mereka akan memulai prosesnya."

"Akan lebih mudah untuk mengendalikannya." White menyeringai, "Para Hakim, Penengah (sebelumnya arbiter), tukar mereka dengan orang suruhan kita."

"Aku ingin lihat seberapa mampu Marvin melawan mereka!"

"Ya! Akan saya siapkan segera!" Pria berbaju hitam segera pergi.

...

Di sebuah ruangan, sebelah asrama.

Bau menyengat obat sihir menutupi seluruh ruangan. Bahkan hingga ruangan itu berasap.

Dupa bakaran diletakkan di pinggir tempat tidur, menebarkan bau yang aneh. Bau aneh ini berguna untuk meningkatkan konsentrasi.

Marvin masuk dengan perlahan. Ada orang lain sebelah Wayne yang masih pingsan di tempat tidur.

Seorang anak perempuan, berumur 11 atau 12 tahun. Ia terkejut akan kehadiran Marvin.

"Aku adalah kakak Wayne, raja Lembah Sungai Putih, Marvin."

Marvin menyapa dengan sopan.

"Ah! Salam." Sedikit segan, muka gadis itu. "Namaku Lulu, teman kelas Wayne."

Teman sekelas?

Tidak sesederhana itu, kan?

Marvin memperhatikan wajah gadis itu dan Wayne yang terbaring. Para bangsawan Feinan dewasa dengan cepat. Mereka biasanya penasaran mencoba buah terlarang pada umur 11 dan 12. Wayne baru 9 tahun dan sudah punya pacar?

Sungguh terlalu cepat.

Namun dengan derajat penyihir yang tinggi, mencari wanita tidaklah susah. Marvin melihat Lulu. Seorang pembantu penyihir dengan bakat alkimia. Tetapi bakatnya tidak terlalu hebat. Bahkan untuk melanjutkan penelitiannya akan sangat sulit. Wajahnya lumayan cantik, tetapi belum bisa menarik penyihir tingkat atas.

Lulu berdiri di sisi tempat tidur Wayne, nampak pucat.

"Nona Lulu yang mengurus Tuan Muda Wayne setelah terkena penyakit." Sang pelayan tua tersebut menjelaskan selagi memasuki ruangan.

Marvin mengangguk dan berterima kasih pada Lulu.

Sesaat Marvin mengubah topik pembicaraan."Nona Lulu, kamu mungkin sudah kelelahan seharian ini. Aku telah datang, ada baiknya kamu beristirahat dan aku yang akan menggantikanmu."

Setelah melamun beberapa saat, Lulu melihat wajah Wayne, seakan ia tidak mau berpisah dari Wayne. Ia mengangguk dan kemudian pergi.

Hanya si pelayan tua dan Marvin yang masih berjaga. Keduanya saling memperhatikan, namun melihat perubahan Marvin yang jauh berbeda.

Sebuah perubahan spiritual. Meskipun Anna mengirim pesan kepadanya, meskipun Marvin yang sebenarnya berdiri di depannya, rasanya seperti ilusi semata.

Marvin yang sekarang seperti kakeknya ketika masih muda.

Bijaksana, penuh ambisi dan bertenaga.

Sebuah ciri khas seorang raja.

"Tuan Muda Marvin..." pelayan tua berkata dengan tenang, "Tidak perlu khawatir. Para guru akademik sangatlah marah, mereka telah bekerja keras untuk mencari pelakunya."

"Aku percaya mereka akan menemukannya cepat atau lambat."

Marvin tidak mengatakan apapun. Bahkan, ia melihat Wayne yang terbaring di kasur.

Selimut tebal menutupi adiknya itu. Wajahnya pucat pasi, pipinya nampak kurus dan rambutnya mulai kering bagai batang pohon tua.

"Hmm?"

Marvin bersedih.

Marvin membuka selimut itu dengan perlahan. Perut Wayne sedingin es, namun jantungnya masih berdetak kencang.

"Dia biasanya terbangun tiga kali sehari dan terbangun karena mimpi buruk, kemudian muntah-muntah."

"Dan yang ia muntahkan...sungguh menjijikkan," pelayan tua menjelaskan.

"Katak, ular beracun, dan lainnya. Saya sudah menjelaskan di surat itu."

"Guru Wayne berkata bahwa ini ulah dari pengikut ular kembar."

Marvin dengan tenang menutup Wayne kembali dan menggeleng. "Ini bukan ulah mereka."

"Hah?" Pelayan tua itu terkejut sesaat.

"Ini bukan ulah pengikut ular kembar, tetapi seseorang telah meniru serangan ini."

Mata Marvin kehilangan fokus.

"Ini bukan kutukan biasa. Ini kutukan campuran."

"Sekilas nampak seperti kutukan [Hibernasi]. Namun faktanya, dibalik jurus itu ada jurus lain yang mengeringkan di tubuh Wayne."

"Dia sekarang sangat lemah dan aku harus menghilangkan kutukan ini!"

Marvin mengepalkan kedua tangannya, berpikir dengan keras.

Yang jelas, ini bukan ulah ular kembar; ini hanya pengalihan saja, tidak lebih. Seseorang berada dibalik ini semua.

Dan tentunya seseorang yang berasal dari Akademi.

Dan juga orang terdekat Wayne!

"Tunggu dulu..."

Marvin mengangkat kepalanya.

Dia sepertinya bisa menjawab!

...

Akademi Magore, di ruang pertemuan.

"Sepertinya aku mengetahui dari mana kutukan itu berasal." Bisik suara terdengar.

"Kita harus menghukum pelakunya."

"Apa yang kamu tahu? Putaran akhir kualifikasi akan dimulai satu minggu dari sekarang, aku ragu pembantumu akan mendukungmu nantinya," suara bicara tajam terdengar.

"Bagaimana bisa? Suara pertama mengelak," Jangan bilang kalau seseorang sengaja mencelakakan pengikutku, secara langsung mengutuk pembantu utusan Magore, dan tidak ada seorangpun yang peduli akan hal itu?"

Semua terdiam.

Akhirnya suara mengusir kesunyian itu. "Hanzer, karena ini adalah anak didikmu, ini merupakan kehilangan yang cukup besar."

"Tetapi orang itu harusnya belajar di tempat kita, jika dia mau-"

"Jika dia memberikan penawarnya padaku, aku tidak akan membunuhnya," Hanzer berkata.

...

"Tok tok tok! Tok tok tok" Seseorang mengetuk pintu.

Pelayan tua terkejut.

Siapa yang datang malam-malam begini?

Pelayan itu membuka pintunya.

Seseorang dengan baju hitam dan topi hitam datang. Terlihat sangat tua, namun tampak elegan dan menakjubkan.

Penyihir tingkat 2 teratas.

Marvin menebak dalam sekejap. Dia tidak berani memeriksanya, karena penyihir itu akan merasa tersinggung.

Dia memperkirakan dari pengalamannya.

"Tuan Hanzer?" Pelayan tua berkata sambil terkejut.

"Orang ini adalah?" Hanzer melihat Marvin dengan tatapan aneh.

"Aku kakak dari Wayne, raja Lembah Sungai Putih, Marvin." Marvin memperkenalkan dirinya sekali lagi.

"Salam. Kita bertemu di saat Wayne masuk ke dalam Akademi."

Seperti teringat sesuatu, Hanzer tiba-tiba tersenyum sesaat. "Dan kau juga berani mengancam akan membunuh di depan gerbang Akademi Magore. Orang pertama dalam 300 tahun terakhir ini."

"Seseorang mencoba menangkap adikku."

"Aku akan membalasnya."

Suara tenang Marvin sedikit apatis. Bahkan Hanzer, seorang Ahli, tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya bisa menatap Marvin.

Anak ini nampak berbeda. Ketika ia mendengar Marvin membunuh seseorang di depan gerbang Magore, ia kira Marvin adalah seorang pemarah.

Namun ternyata tidak.

Ia tidak menginginkan ini.

Hanzer berkata,"Aku sudah menangkap pelaku yang membuat Wayne seperti ini."

"Pelakunya adalah pacarnya sendiri, Lulu, benar?" Marvin menyelesaikan kalimatnya.

"Kau tahu?" Hanzer terkejut.