webnovel

Morfin Biru

Biên tập viên: AL_Squad

"Ini bukan ulah pengikut ular kembar."

Marvin menunjuk muka Wayne yang tampak kurus dan berkata,"Jika bukan karena aliran ular kembar, Wayne tidak akan semenderita ini."

"Sekilas terlihat seperti [Hibernasi], ada tanda dari salah satu dari pengikut ular kembar, dimana membuat korbannya koma. Tetapi hibernasi tidak dapat membunuh seseorang."

"Detak jantungnya juga sangat kencang, dan ini bukan gejala hibernasi biasa."

Mata Hanzer sedikit melotot. Dia bertanya,"Bagaimana kamu tahu?"

"Kakekku adalah seorang penyihir tingkat tinggi."

Marvin sudah mempersiapkan alasannya. "Sebelum berangkat, aku membaca banyak buku dan memahami banyak hal baru."

"Kamu dan Wayne sama-sama cerdas, sayang sekali kalian tidak bisa menjadi penyihir."

Hanzer mengangguk. "Baik, aku juga merasa bahwa seseorang sengaja meniru jurus dari aliran ular kembar."

"Namun bagaimana kamu tahu itu karena Lulu? Padahal kamu baru saja datang bukan?"

Marvin tersenyum. "Dibawah ilusi kutukan hibernasi, terdapat kutukan lain yang menurunkan vitalitas. Kutukan ini membutuhkan perawatan intensif dan bacaan mantra yang terus-menerus."

"Wayne orang yang sangat pemalu, jadi dia mungkin tidak ingin menemui banyak orang terlalu lama. Selain pelayan tua, siapa lagi?"

Satu-satunya orang yang tersisa hanyalah pacarnya, bukan?

Pemikiran yang logis.

Hanzer mencoba berpikir. "Kamu memang cocok untuk menjadi seorang raja!"

"Karena dirimu ada disini, apakah kamu ingin mengikutiku mencari pelaku dibalik ini semua?"

"Ini adalah hakmu."

...

Penjara Akademi Magore.

Seorang gadis kecil duduk sendirian di pinggir pagar, terlihat ketakutan.

Penjara ini terletak diatas pohon tinggi. Tiap ujung dahannya terdapat penjara yang menggantung dari atas ke bawah.

Lulu melihat lautan hitam dibawahnya.

Jika dia jatuh kebawah, maka badannya akan hancur oleh cairan hitam ini!

Tidak banyak tawanan disini karena kebanyakan orang yang berulah di Akademi Magore akan mati.

Selagi ia melihat kebawah, ketakutan, penjara tersebut tiba-tiba bergoyang!

Lulu awalnya takut, namun segera bereaksi. 'Seseorang menggoyangkan dahan ini!'

Ada dua sosok bayangan di bagian batang utama.

Seorang yang tinggi mengucap mantra yang membuat dahan bergoyang.

Selanjutnya, penjara itu terjatuh di sebuah penampang.

Lulu melihat dua orang misterius itu berdiri, pintu penjara itu pun terbuka.

"Keluarlah, Nona Lulu," Hanzer berkata dengan lembut.

Lulu perlahan keluar dari penjara itu.

"Aku tidak mengerti, mengapa kamu melakukan ini?"

"Siapa yang aku celakai?"

Lulu menunjukkan gerak-gerik yang naif. Dia sama sekali tidak mengerti.

"Dia berbohong..." Hanzer berkata sebelum Marvin bertindak.

"Aku sangat terkesan dengan sandiwaramu."

Sebagai penyihir ranking 2, Hanzer yang lucu tidak cocok dengan penampilannya.

"Sebagai pembantu alkimia, mengapa kamu melakukan ini? Kamu telah bersama-sama dengan Wayne selama 6 bulan belakangan ini, mengapa kamu mengutuknya? Kamu pikir kami bodoh?"

Lulu terdiam.

Lulu sudah mempersiapkan dirinya. Namun ia masih tidak menyangka.

Dia tahu Hanzer akan memenjarakannya dengan bukti-bukti yang sudah ada.

Apapun yang akan dilakukan Lulu percuma.

"Aku mencintai Wayne. Sungguh."

Dia mulai menangis. "Tetapi, aku tidak bisa melakukan apapun."

"Melihatnya setiap hari sangatlah membuatku sedih, seperti pisau menusuk jantungku."

"Seseorang memaksaku untuk melakukan ini. Jika tidak… Aku akan mati mengenaskan."

"Aku ketakutan. Jadi aku terpaksa menurutinya. Aku tidak menyangka akan seburuk ini."

"Aku tahu aku salah. Aku tidak ingin membuat Wayne menjadi seperti ini."

...

Tangisan Lulu semakin menjadi-jadi. Membuat mereka kasihan kepada Lulu.

Namun Marvin hanya semakin jijik.

Bersandiwara untuk meraih simpati, mencuci tangan setelah berbuat salah...

Gadis 11 tahun bisa seberandal ini?

Dunia yang kejam ini memaksa anak-anak dewasa lebih awal.

"Diam!" Hanzer menggertak tangisan Lulu.

"Aku hanya menginginkan dua hal. Pertama, beritahu padaku siapa yang menyuruhmu melakukan ini."

"Kedua, angkat kutukan yang kamu berikan pada Wayne!"

"Jika kamu melakukan yang kuperintahkan, aku sebagai perwakilan Akademi Magore akan mengampuni perbuatanmu!"

Kata-kata Hanzer berhasil memikat Lulu.

Lulu langsung menghentikan tangisannya. Matanya melihat secercah harapan, "Sungguh?"

Hanzer menatap Marvin.

"Tentu saja," Hanzer mencoba meyakinkan.

Dia hanya ingin pengikutnya sembuh untuk sekarang. Sisanya…'Hmph, hutangnya akan kutulis, jangan khawatir.'

Lulu berhenti menangis dan mencoba bercerita. Ia berkata perlahan, "Pertama, aku tidak tahu pasti siapa orang itu. Jangan salah sangka, aku memang benar-benar tidak tahu. Sebulan lalu, aku sedang berjudi… Akhirnya, mereka curang dan aku mengalami kerugian. Hutangku sangat banyak dan ketika Wayne tahu, ia bilang akan membantuku."

"Ia sangat baik kepadaku, aku tahu itu. Tetapi bagaimana ia bisa mencari cara? Ia bahkan kesulitan membayar biaya pelajarannya. Ia tahu ia tidak dapat berbuat banyak untuk membayar semua hutangku itu."

"Orang-orang yang ku hutangi juga menakutkan. Kekuatan mereka dikenal di seluruh Akademi Magore. Mungkin Hanzer dapat menerkanya."

"Aku tidak dapat berbuat banyak dengan hutang itu, dan orang-orang ini membuatku gila. Akhirnya, seseorang dari antara mereka memberikanku peluang untuk melunasi hutangku itu."

Ia terdiam setelah mengatakan ini.

"Jadi kamu memilih untuk mengutuk Wayne?" tanya Marvin.

Ia mengangguk dengan terpaksa.

Harus diakui, bahkan jika rayuan Lulu cukup menggerakkan hati, tampangnya yang menyedihkan juga sangat mendukung penampilannya.

"Siapa? Namanya." Hanzer berkata dengan sopan.

"[Morfin Biru]...Orang itu bernama Earl." kata Lulu.

"Earl? Nama macam apa itu. Itu adalah nama panggilan." Hanzer kesal, tidak puas.

"Aku sudah memberitahumu semuanya," kata Lulu. "Mengangkat kutukan Wayne sangat mudah. Ada kotak di bawah tempat tidurku. Bakar saja itu, dan itu sudah cukup mengangkat kutukannya."

Hanzer dan Marvin saling melihat satu sama lain.

"Apa itu Morfin Biru?" tanya Marvin.

Hanzer bersikeras. "Sebuah organisasi di Menara Tiga Cincin. Sekelompok anak-anak dari keturunan penyihir kuat."

Marvin mengangguk, tidak berkata apa-apa lagi. Tetapi ia mengingat nama Earl itu.

Lulu seharusnya tidak berbohong. Berhubung orang-orang jahat itu ingin melakukan hal semengerikan ini, mereka pasti akan bersembunyi.

Mereka siap untuk menjalankan rencana busuk ini. Lagipula, ini merupakan wilayah penyihir dan Lulu dijadikan saksi.

...

"Tuan Hanzer..." Lulu melihatnya penuh harap.

"Aku mencintai Wayne! Jika bukan karena aku menemui jalan buntu ini, aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu terhadap Wayne."

Hanzer merasa jijik, tapi dia tetap memaafkannya, "Aku, mewakili Akademi Magore, memaafkanmu atas kesalahnmu untuk saat ini. Jika kamu tidak mau bekerjasama dalam penyidikan ini, maka akibatnya… Hmph!"

"Terima kasih Tuan!" Lulu bergembira karena kabar baik itu.

Tapi bagaimana bisa ia menebak Marvin akan berjalan ke arahnya.

Hanzer nampak bingung, sepertinya harus menghentikan Marvin, tetapi ia sendiri tiba-tiba tidak dapat bergerak.

"Akademi Magore memaafkanmu, tetapi Lembah Sungai Putih belum."

"Wayne adalah keturunan pertama Lembah Sungai Putih. Aku adalah kakaknya, dan aku masih belum memaafkanmu."

Suara Marvin memang tenang saat mengatakan itu, tetapi Lulu tiba-tiba berubah ketakutan!

"Tuan Marvin! Aku tidak bermaksud melakukan ini."

"Aku sungguh mencintai Wayne! Melihat ia menderita seperti itu, aku pun juga tidak sanggup. Sungguh! Aku akan membakar kotak itu seminggu lagi, dan Wayne akan terbangun. Mereka hanya ingin membuat Wayne tidak bisa ikut bersaing, itu saja."

"Dan dia juga mencintaiku!"

Melihat Marvin yang semakin mendekat, cara bicara Lulu mulai tidak karuan. Segel ajaib terletak pada tubuhnya, membuat ia tidak bisa mengelak.

"Kamu bilang dia cinta kepadamu?" Marvin merunduk ke telinga Lulu dan berbisik, "Tetapi aku tidak yakin kalau kalian akur-akur saja."

Sekejap, perut Lulu terasa sakit!

Marvin menendangnya dan Lulu terjatuh dari pinggir dahan itu!

Dia menjerit, kemudian jatuh ke dalam lautan hitam. Tubuh dan tulang-tulangnya hancur dan menguap dengan sekejap, semuanya tenggelam dalam lautan itu.

Sebuah pemandangan yang mengerikan!

Bagaimanapun, Marvin tidak menggubris jatuhnya Lulu.

"Siapapun yang menyakiti adikku, harus mati." Marvin berkata dengan pelan, sebelum berbalik badan.

Hanzer melihat Marvin dan bertanya, "Mengapa kamu tidak menggunakan belatimu?"

Marvin berjalan melewati Hanzer dan berhenti. "Menjijikkan."