Sementara Raissa dan teman-temannya menguatkan Asya di Kontrakan, seluruh Dewan Direksi Bhagaskara Group berkumpul di ruang rapat dewan Gedung Menara Bhagaskara yang terletak di jalan jenderal Sudirman Jakarta.
Aditya dan Alex memasuki lobi Menara Bhagaskara yang megah bersamaan walaupun mereka menaiki kendaraan yang berbeda. Mereka berdua sudah dapat menebak alasan mereka dipanggil oleh dewan direksi hari ini. Dewan direksi yang dimaksud tidak lain dan tidak bukan terdiri dari para ayah dan ibu mereka. Bhagaskara Group adalah perusahaan keluarga, karena itu dewan direksinya juga terikat tali persaudaraan. Dewan tersebut diketuai oleh Ayah Alex, Arganta Bhagaskara. Arganta Bhagaskara adalah pencetus ide untuk mendirikan Bhagaskara Group sekaligus yang paling tua dari enam bersaudara.
"Alex, sudah siap? pengumuman yang kau buat di acara makan malam keluarga besar semalam benar-benar menghebohkan. Sudah datang terlambat, hampir jam setengah sebelas malam, datang-datang langsung menjadi sorotan, Aku yakin Paman dan bibi tidak bisa tidur semalam memikirkanmu. Kenapa kamu tidak jalani saja dulu hubunganmu dengan Asya diam-diam lalu kalau segala persiapan pernikahan kalian sudah siap baru beri pengumuman? Aku khawatir dengan tindakan Paman Arganta padamu nanti."kata Aditya sambil berjalan bersama Alex menuju elevator. "Jangan khawatir Dit, aku sudah biasa menentang Ayahku, aku sudah biasa juga jadi kambing hitam keluarga. Dari dulu aku tidak pernah bisa mengikuti keinginan ayahku. Otakku bukan untuk menjalankan bisnis. Otak bisnis ayah sepenuhnya turun ke Aleisha, adikku. Andai Aleisha laki-laki, sudah dari dulu dia jadi pengganti Ayahku. Tapi apa nasibnya sekarang, cuma jadi CFO dari salah satu perusahaan Ayah, walaupun anak itu berkemampuan menjadi CEO perusahaan tersebut, bahkan mungkin melebihi ayah. Keluarga kita ini perlu perombakan besar-besaran Dit." kata Alex sambil memasuki elevator. "Lalu maksudmu melamar Asya hanya untuk membuat jengkel Paman?" tanya Aditya. "Tidak, maksudku adalah aku tidak ingin diatur oleh Ayahku, atau status sosialku atau posisiku, hartaku. Aku mau bebas menentukan hidupku, menentukan karierku. Kau ingat betapa Ayah sangat menentang aku menjadi dokter? sampai uang kuliah saja harus kakek yang turun tangan membiayai kuliah ku. Aku merindukan Kakek dan Nenek, hanya mereka yang paling waras dikeluarkan kita, heran kenapa mereka bisa punya enam anak yang luar biasa mata duitan." kata Alex kesal. "Tapi serius Lex, kalau hanya urusan sekolah mungkin paman bisa mengalah, tapi ini soal jodohmu, kurasa Paman tidak akan semudah itu mengalah. Perasaanku tidak enak soal ini." kata Aditya. Alex hanya mengangkat bahu, "Aku tidak mungkin mundur, apapun resikonya aku tetap akan menikahi Asya." kata Alex. Aditya menepuk punggung Alex sebagai tanda solidaritas. Mereka memasuki ruang rapat bersama, sebagian besar anggota dewan sudah datang, termasuk Ayah Alex. Tetapi keduanya tidak saling menyapa, mengacuhkan satu sama lain hingga semua anggota dewan berkumpul.
"Selamat malam semuanya, maaf harus mengumpulkan kalian semua dengan mendadak malam ini karena ada satu agenda masalah yang mempunyai potensi menjadi masalah lain yang lebih besar." kata Paman Arganta memulai rapat. Aditya melirik Alex yang tampak mulai tersinggung dengan ucapan ayahnya. "Seperti yang kita semua sudah dengar, semalam anak saya Alexander mengumumkan akan menikah dengan wanita pilihannya, wanita yang bukan dari kalangan kita, wanita yang biasa saja, tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan dalam ikatan pernikahan ini. Sejujurnya saya kecewa, karena Alexander sudah saya rencanakan untuk berjodoh dengan putri dari pemilik Bank Delta agar merger dengan bank kita akan berjalan mulus bila ada ikatan keluarga. Tetapi tampaknya putra saya ini cukup egois untuk membatalkan merger ini yang sangat menguntungkan bagi kelangsungan Bhagaskara Group. Karena itu saya memanggil kita semua, untuk berkolaborasi mengurus masalah ini dan meminimalisir dampak yang akan terjadi. Tapi sebelnya saya berharap putra saya ini dapat berubah pikiran dan kembali pada rencana kita semula agar semua kerepotan ini tidak terjadi. Bagaimana Alexander?" kata Paman Arganta yang sukses membuat Alexander menahan amarah dengan susah payah. "Saya tidak akan berubah pikiran." kata Alexander pendek. " Anak kurang ajar!! kamu tahu betapa susahnya mengatur rencana bisnis ini.."Paman Arganta mulai naik pitam, " Kalau memang sudah diatur dengan baik seharusnya tidak usah pakai perjodohan juga akan berhasil dengan baik mergernya." kata Alexander. "Kamu!!! kamu tahu semua orang jadi susah hanya karena pengumuman mu semalam! Cemas apakah merger akan berhasil atau tidak!! pegawai-pegawai yang sudah berharap akan mendapat bonus atas hasil kerja kerasnya!" kata Paman Arganta. "Kerja keras apa? Kalau mau dapat bonus ya harus bekerja keras, mana bisa dapat bonus dengan mengorbankan kebahagian orang lain!! Saya sudah bilang dari awal saya menolak perjodohan ini karena saya sudah mempunyai calon, kalian saja yang tidak mendengarkan!" kata Alex dengan nada tinggi. Beberapa anggota dewan yang lain mulai berbisik bisik tak setuju. "Alex, tidak adil kalau kau berkata begitu, kami semua bekerja sama untuk mendapatkan merger itu, membangun relasi, perjodohanmu adalah untuk mengukuhkan perjanjian tersebut. Kalau bisa diganti dengan Aditya pasti sudah dari dulu kami dengarkan permohonan mu, sayangnya putrinya pemimpin bank Delta hanya mau menyetujui apabila dijodohkan denganmu." Kata Paman Daryanta adik bungsu Arganta sekaligus paman favorit Aditya dan Alex. "Maaf Paman, aku tidak bisa ikut dalam skenario ini, tidak tanpa mengorbankan kewarasan dan kebahagianku" kata Alex pada Daryanta. "Kamu Egois nak!" kata Bibi Maya.Bibi Maya adalah anak perempuan tertua lahir setelah paman Arganta. Alex tidak menanggapi bibi Maya, dia malas meladeni. "'Baiklah, kalau tidak ada lagi yang dibicarakan lebih baik saya pergi dari sini." kata Alex sambil berdiri. " Dit aku duluan, besok kutemui kau." sambungnya.
"Tunggu!! Alex, kalau kamu tidak mengikuti rencana kami, mulai detik ini kamu bukan pewarisku lagi, semua uang tunjanganmu kami cabut. " kata Paman Arganta dengan senyum culas. Tetapi Alex hanya terus berjalan sambil berkata, "Tidak masalah ayah, sampai jumpa!" lalu Alex keluar dari ruang rapat. Aditya terkejut, lebih kepada pamannya, Ayah mana yang tega mengorbankan kebahagiaan anaknya bahkan mencabut hak warisnya. Rupanya Pamannya tega. "Adit, mulai besok, pecat Alex dari Bhagaskara Medika." kata Paman Arganta galak. " Maaf Paman, saya tidak bisa asal memecat pegawai tanpa alasan jelas. Lagipula Alex merupakan dokter favorit, banyak pasien mencarinya. Nanti pemasukan kami berkurang drastis kalau Alex pergi." kata Adit mencari alasan. "Kalau begitu secepatnya cari pengganti dan gantikan Alex secepatnya!" kata Paman Arganta. Setelah itu rapat dibubarkan. Aditya sangat bingung. Ia segera melajukan mobilnya menuju kondominium yang ditempati Alex, sesampainya disana ia langsung menggunakan elevator pribadi untuk mencapai kondominium Alex.
Aditya melihat Alex baru saja keluar kamar setelah mandi. Aditya hanya berkacak pinggang saja melihat sepupunya itu, bingung harus berkata darimana. "Kenapa? Apa lagi yang ayahku inginkan?" tanya Alex menebak kedatangan Aditya pasti berhubungan dengan ayahnya. Aditya menghembuskan nafas.
"Ayahmu memintaku memecatmu, tapi aku tak mau, lalu ia menyuruhku mencari penggantimu secepatnya. Seperti ya Paman benar-benar ingin kau jadi gelandangan, tanpa uang dan tanpa pekerjaan. Sebenarnya aku tahu kau tak akan kenapa-kenapa kalau pun kau berhenti besok juga, aku yakin masih banyak RS yang menerimamu dengan tangan terbuka. Masalahnya Bhagaskara Medika akan timpang kalau kau pergi mendadak. Aku tidak suka itu, dari dulu ayahmu selalu meremehkan Bhagaskara Medika dan sejak ayahku meninggal menganggap Bhagaskara Medika dapat dikorbankan." kata Aditya dengan kesal. "Hmm, sepertinya aku memang harus hengkang dari Bhagaskara Medika, kalau tidak ayahku pasti akan terus merecokimu, jangan khawatir, aku akan carikan pengganti yang handal dan menarik banyak pasien ke klinikm au." kata Alex. "Terimakasih, untuk pengganti spesialis jantung mungkin mudah, tetapi untuk posisi COO itu yang agak susah. Belum lagi posisi tersebut sudah dari dulu dipegang oleh keluarga, satu satunya dokter yang ada di keluarga kita selain dirimu adalah Satya, anak itu baru lulus dua tahun lalu, kurang pengalaman, tapi pasti ayahmu akan menaruhnya diposisi penggantimu." kata Aditya. "Paling tidak paman Daryanta akan senang, dia sangat menyayangi dan membanggakan anak semata wayangnya itu. Anak itu baik sebenarnya, tetapi agak naif. Memang kurang pengalaman hahahaha." kata Alex sambil tertawa. " Kalau begitu jangan cepat-cepat cari pengganti, Paman Arganta biar aku yang urus." kata Aditya. "Waktumu setahun Dit, setelah aku dan Asya menikah kami akan keluar dari Bhagaskara Medika, atau setidaknya aku akan keluar dari sana, Kalau Asya betah disana aku tidak akan memaksa dirinya keluar dari sana." kata Alex.
"Aku juga harus keluar dari sini, kondominium ini milik ayah. Aku akan mengepak semua barangku malam ini. Kalau tidak besok pasti akan dibuang ke jalanan oleh ayah." kata Alex kembali sambil meringis. Ia menyukai tempat ini, tetapi tempat ini milik ayahnya dan Alex tidak sudi mengemis pada orangtuanya. "Menginap dulu saja di rumahku."kata Aditya. "Tidak, kau masih tinggal di rumah Ayahmu, bersama ibu dan kakakmu, yang semuanya berpandangan buruk tentang Asya. sama saja cari perang namanya. Aku akan mencari tempat, jangan khawatir aku masih punya tabungan." kata Alex.
"Baiklah, aku akan bantu Carikan apartemen sementara untukmu, aku yakin kalau menikah nanti kau dan Asya akan mencari rumah. Ya kan?" kata Aditya. "Belum pernah kubicarakan dengan Asya, tetapi tipe gadis seperti Asya adalah gadis rumahan, bukan tipe gadis yang tinggal di apartemen. Gampang lah itu. Baiklah aku akan mengepak barang-barang dulu, kau mau ikut?" ajak Alex. "Hoaaaammm .. aku lelah.. sebaiknya aku pulang saja." kata Aditya sambil pura-pura menguap. "Bilang saja kalau kau malas.. sudah sana pulang!" kata Alex sambil mendengus. Aditya tertawa,"sampai besok di kantor!" kata Aditya sambil berjalan memasuki elevator.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, Aditya tak berhenti mengagumi sepupunya itu, memperjuangkan cintanya, masa depannya dan kebahagiaannya. Ada rasa cemburu dalam hati Aditya. Cemburu karena Alex dapat melawan kekangan keluarganya. Ingatan tentang Raissa didalam ruang EKG terbayang di otaknya. Bagaimana kalau ia bersikap masa bodoh saja seperti Alex dan mendekati Raissa? kemungkinannya adalah ia akan dicoret dari ahli waris seperti Alex, tetapi tidak seperti Alex yang tidak punya tanggungan, Aditya mempunyai Ibu dan Karina yang bergantung padanya. Selama Aditya tetap bergabung dalam perusahaan keluarga, mengikuti rencana Paman Arganta, Ibu dan Karina akan terjamin. Gaya hidup ibu dan Karina tidak murah. Walaupun Aditya mempunyai tabungan sendiri, Aditya ragu tabungannya akan habis dalam sebulan untuk membiayai Ibu dan Kakaknya yang terkenal sebagai sosialita yang selalu menjadi trend setter itu. Aditya menghembuskan nafas perlahan, lalu menginjak pedal gas dan mengebut pulang ke rumah untuk melampiaskan rasa frustasinya.
hufft.. jadi ikutan frustasi bareng Aditya.. hahaha.. Oya kalau ada typo atau pengulangan pengulangan kasih tau yaa.. buat perbaikan kedepan.. makasih sudah membaca Raissa, jangan lupa vote dan masukan ke library yaaa