webnovel

Rahim Pengganti

Cerita 21+ "Air mata, Kesetiaan, Kebahagian, menjadi satu dalam kisah mereka." Carissa dan Della sudah bersahabat sejak lama, mereka berdua sama sama berasal dari panti asuhan. Tapi ketika lulus SMA Della lebih dulu mendapatkan jodohnya, dan merekapun menikah. Sedangkan Carissa, harus berjuang semampunya untuk melanjutkan pendidikan agar bisa hidup lebih baik 10 tahun kemudian Carissa di pertemukan kembali dengan Della di sebuah Toko Bunga, dimana Carissa berkerja. Pertemuan itu menjadi awal dimulainya sebuah drama kehidupan untuk Carissa. Lalu Della datang meminta Carissa untuk menjadi Rahim Pengganti untuknya karena, sudah selama 10 tahun ini pernikahan Della dengan Bian suaminya belum memiliki anak. Carissa bimbang ia menerima tawaran tersebut atau tidak, apa lagi dihadapkan dengan kenyataan bahwa ternyata Bian adalah cinta pertama Carissa. Bagaimana jadinya, hubungan mereka? Bisakah Carissa mengandung anak dari suami sahabatnya sendiri? Design cover by: ARCELYOS (Picture from: Pexel) Silakan follow IG aku @ochagumay24

Ocha_Gumay24 · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
205 Chs

Permintaan Tak Masuk Akal

Sudah selama satu bulan ini Carissa bekerja sebagai sekretaris Bian. Hubungan keduanya pun hanya sebatas bawahan dan juga atasan tak ada pembicaraan yang serius diantara keduanya.

Carissa berusaha menghindari Bian, jika dirinya tidak di butuhkan. Begitupun dengan Bian dirinya juga seolah menghindari kehadiran Carissa.

Pagi ini Bian dan Della bertengkar hebat, apa lagi pemicu pertengkaran mereka kalau bukan masalah anak, keluarga Bian selalu saja mendesak Bian untuk menceraikan Della atau menikah lagi dengan wanita pilihan keluarga.

Tapi tidak Bian tidak akan pernah melakukannya, hingga tadi pagi Della memberikan sebuah saran yang berhasil membuat Bian murka.

"Mas aku mohon," ucap Della dengan memelas. Ia menanggis di depan sang suami, Bian tidak pernah melihat Della serapuh ini tapi lihat istri duduk dilantai dengan tangisan yang sungguh menyayat hati.

"Tidak sayang, aku tidak akan pernah melakukan hal konyol seperti itu."

"Tapi Keluarga kamu butuh seorang penerus Mas. Aku tidak bisa memberikan penerus untuk kamu, aku wanita yang tak berguna."

"Jangan seperti ini Della, selamanya aku tidak akan pernah melakukan hanya itu," bentak Bian lalu keluar dari dalam kamar sambil menutup pintu dengan keras.

Della menangis sejadi jadinya dirinya juga tidak sanggup lagi, jika seperti ini penyakit yang ada di dirinya tidak memungkinkan untuk hamil tapi keluarga sang suami selalu mendesak. Apalagi sang ibu mertua, yang memang sejak awal tidak menyukai Della.

***

Dengan kecepatan di atas rata rata Bian mengendarai mobil itu dengan penuh emosional Bian sudah berulang kali mengatakan bahwa selamanya dirinya hanya akan menikahi Della sampai kapanpun.

Mengenai anak itu tidak jadi masalah asalkan dirinya selalu bersama sang istri, tapi pagi ini semuanya menjadi kacau ketika sang Mama sengaja menelpon Della untuk merestui Bian agar bisa menikah dengan orang lain.

"Sial, kenapa jadi begini. Kenapa orang orang selalu, berpikiran bahwa anak itu wajib dalam suatu pernikahan."

Bian segera menuju kantor, dirinya saat ini sungguh tidak bisa mengerti dengan pikiran orang orang tentang anak. Sampai di lobby semua orang yang biasa menegur Bian, seolah mengerti saat melihat saat BOS berjalan dengan tatapan yang sangat menyeramkan.

"Pagi pak," sapa Carissa. Tapi Bian berjalan begitu saja tanpa menoleh atau juga membalas sapaan dari sekretarisnya itu.

"Tumben raut wajah seperti itu. Ini pasti lagi ada masalah." Gumam Carissa dalam hatinya.

Bian tak memperdulikan sapaan yang sekretaris nya itu, saat ini dia sedang kesal dan juga marah emosinya sedang tidak bisa di kontrol. Masuk ke dalam ruangannya Bian lagi lagi teringat kembali dengan perkataan yang dilontarkannya oleh sang istri.

"Apa yang sedang merasuki Della hingga dia bisa berpikiran seperti itu, mau bagaimana pun aku tetap gak akan nikah lagi."

Bian benar benar pusing dan kesal dengan pemikiran sang istri di kira perkara rumah tangga hanya anak dan anak saja. Dering ponsel Bian membuat lamunan laki laki terganggu, dan segera mengambil handphone.

Tertera nama sang adik di sana, segera Bian mengangkat telpon tersebut.

"Hallo Assalamualaikum, ada apa dek?"

"Waalaikumsalam Mas kamu dimana?" tanya Siska adik perempuan satu satunya Bian.

"Mas di kantor dek kenapa?"

"Mas bisa ke rumah sakit sekarang? Mama jatuh pingsan Mas."

Deg

Deg

Deg

Perasaan Bian saat ini tidak karuan, di tambah mendengar sang adik jika Mamanya pingsan, bagaimana bisa. Mama Bian itu sangat kuat mau sakit atau pun apa saja tidak akan mungkin pingsan.

"Mas kesana sekarang," jawab Bian.

***

Di sini lah Bian bersama Carissa, di rumah sakit tempat Mama Bian dirawat, kenapa ada Carissa karena saat itu Bian dan kondisi yang tidak memungkinkan menyetir mobilnya, dan Carissa menawarkan diri. Bukan tanpa sebab Carissa melakukan hal tersebut, ia juga ingin berkunjung ke tempat tersebut, menjenguk salah satu anak panti yang di rawat.

"Mas Mama Mas," ucap Siska Adik Bian yang setia air mata yang sudah tak terbendung lagi.

"Sttt, sudah kamu jangan menangis seperti itu, Mama pasti sehat dan sembuh. Kamu harus yakin itu," jawabnya sambil menenangkan sang Adik.

Siska hanya bisa memeluk Bian dengan erat, sungguh saat ini dirinya tidak mau hal yang tidak di inginkan terjadi, Siska dan Bian hanya tinggal memiliki Mamanya saja, Papa Bian sudah lama meninggal dunia.

"Mas," panggil seseorang membuat Bian, Siska, maupun Carissa menoleh kearah tersebut. Ternyata itu Della dengan derai air mata berlari menuju ke arah sang suami.

Plak

Siska segera menampar kakak iparnya itu, dengan tatapan sangat kesal dan marah.

"Untuk apa kamu datang ke sini?" bentak Siska.

"Ada apa ini," ucap Bian yang tidak tahu keadaan yang sebenarnya.

"Harusnya kamu sejak awal jangan menikah dengan dia Mas. Mama sakit karena dia, Mama hanya minta cucu Mas. Tapi apa hingga saat ini kalian tidak memberikannya, Mas umur Mama sudah tua, jika Siska bisa sudah lama Siska memberikan Mama cucu," ucap sang Adik dengan isakan yang sudah tak terbendung lagi.

Della menangis, sebelum tadi pagi dirinya meminta sang suami untuk menikah lagi. Della sudah lebih dulu bertemu dengan ibu mertuanya. Dan ternyata ide konyol itu, datang dari sang ibu mertua, itulah kenapa Della meminta Bian menikah lagi.

Bukan tanpa sebab sang mertua meminta seperti itu, sudah bertahun tahun mereka menikah tapi tidak kunjung di berikan anak. Ibu mana yang mau melihat anaknya seperti itu.

"Permisi Ibu Sofia ingin bertemu," ucap perawat tersebut.

Semuanya masuk ke dalam ruangan itu, tanpa terkecuali. Carissa yang memeluk sahabatnya yang saat ini terpuruk dan Bian yang menenangkan sang adik. Keempat masuk ke dalam ruang rawat ibu Sofia.

"Bi-bian," panggilnya dengan nada bicara yang sangat paruh.

"Bian di sini Ma, Mama butuh sesuatu?" tanya Bian sambil memegang erat tangan sang ibu.

"Mama mau minta sesuatu boleh nak?"

"Mama mau apa pasti Nian turutin, Nian cuma punya Mama. Jadi Bian mohon Mama harus sembuh," ucap Bian.

"Menikahlah dengan wanita pilihan Mama Nak."

Deg

Deg

Deg

Bian terdiam apa maksudnya itu, tidak Bian tidak akan pernah mengkhianati sang istri Bian tidak akan menikah lagi sampai kapan pun istrinya hanya Della seorang, tatapan mata Bian melirik ke arah sang istri yang sudah memeluk erat Carissa dengan air mata yang tak henti hentinya mengalir.

"Tidak Ma, Bian gak bisa melakukan hal itu."

Ibu Sofia kembali menangis dan Bian hanya bisa terdiam, pertengkaran dan adu pendapat tadi membuatnya saat ini tidak tahu harus seperti apa.

"Mas," panggil Della.

Bian dan semua yang ada di sana menatap kearah Della yang sedang berjalan kearah tempat tidur sang ibu mertua.

"Mama maafin Della, sesuai dengan janji Della. Della akan mengizinkan Mas Bian menikah lagi," ucapnya dengan nada menahan tangisan.

"Gak, aku gak akan pernah melakukan hal itu Della," bentak Bian yang suara keras.

"Siapa wanita itu?" tanya Mama Sofia.

"Dia Carissa sahabat aku sendiri Ma."

Deg

Deg

Deg

To Be Continue ...

Semoga kalian suka ya, jangan lupa untuk tinggalkan jejak kalian. Terima kasih.